Akhir Hindun binti Utbah, Si Pemakan Hati Hamzah Bin Abdul Muthalib
loading...
A
A
A
Dia berkata, “Membuat kalian bingung. Jadikanlah masalah ini rahasia, karena ini adalah kesalahan.”
Ketika Abu Sufyan hendak berangkat pulang, dia naik ke puncak gunung dan berteriak dengan keras, “Kalian telah melakukan pekerjaan yang bagus; Kemenangan dalam perang berjalan bergantian. Hari ini sebagai gantinya hari (Perang Badar)! Tunjukkan kehebatanmu, Hubal,” yaitu membela agama kalian.
Nabi memerintahkan Umar bin Khattab untuk bangkit dan menjawabnya, dan berkata, “Allah itu Maha Tinggi dan Maha Mulia. Kita (Quraisy dan Muslim) tidak sama. Orang-orang yang mati pada sisi kami berada di surga; (orang-orang) mati (di sisi)mu berada di neraka.”
Mendengar jawaban ini Abu Sufyan berkata kepada Umar, “Kemarilah padaku.”
Nabi menyuruhnya pergi dan melihat apa yang dia inginkan. Ketika dia datang Abu Sufyan berkata, “Demi Allah, Umar, apakah kami (Quraisy) sudah membunuh Muhammad?”
“Demi Allah, tidak, beliau mendengarkan apa yang engkau katakan sekarang,” jawabnya.
Dia berkata, “Aku menganggap engkau lebih jujur dan dapat dipercaya ketimbang Ibnu Qamiah, mengacu pada klaim terakhirnya bahwa dia telah membunuh Muhammad.”
Kemudian Abu Sufyan berkata, “Ada beberapa mayat yang dimutilasi di antara yang mati di sisimu. Demi Allah, hal itu tidak memberiku kepuasan, dan tidak ada kemarahan (diriku kepada para jenazah). Aku tidak melarang mau pun memerintahkan untuk memutilasi.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq)
Di kemudian hari karena perbuatannya ini, Hindun terkenal di kalangan kaum Muslim sebagai “Hindun si pemakan hati”, dan anak-anaknya kemudian terkenal sebagai “anak wanita pemakan hati”.
Dialog Hindun dan Rasulullah SAW
Dendam Hindun membara kepada kaum muslimin menyusul tewasnya saudara Hindun seperti Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah dalam Perang Badar.
Pada saat Perang Uhud itu, Abu Sufyan (suami Hindun) menjadi salah seorang panglima pasukan kafir Quraisy Makkah. Dia berperang bersama Hindun yang tergabung dalam 15 orang wanita lainnya.
Pada saat peristiwa Fathu Makkah (pembukaan kota Makkah) dengan masuknya pasukan kaum Muslimin secara damai di Kota Suci itu, Hindun menjadi salah seorang yang masuk Islam. Keislamannya ini dilakukan dengan baik.
Hal itu pernah dikatakannya pada Abu Sufyan, "Aku ingin menjadi pengikut Muhammad.
"Bukankah aku lihat kau kemarin begitu membencinya," kata Abu Sufyan.
"Sesungguhnya aku sebelumnya tidak pernah melihat orang yang beribadah pada Allah itu dengan benar hingga apa yang kusaksikan tadi malam. Demi Allah, mereka betah berdiri, ruku’ dan sujud."
"Jika kau tetap dengan keputusanmu maka laksanakanlah, pergilah membawa seorang dari kaummu untuk menemanimu," kata Abu Sufyan.
Kemudian Hindun berangkat menemui Rasulullah untuk berbaiat. Ia datang dengan menyamar menggunakan cadar, merasa takut bila kemudian Rasulullah menangkapnya setelah mengenal suaranya.
Saat itu banyak pula pria—termasuk Abu Sufyan—dan wanita yang datang berbaiat. Rasulullah didampingi oleh para sahabatnya.
Hindun berkata, "Wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah menurunkan agama yang menjadi pilihan-Nya, agar dapat bermanfaat bagi diriku. Semoga Allah memberi rahmat-Nya padamu, wahai Muhammad. Sesungguhnya aku wanita yang telah beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang disampaikan Rasul-Nya."
Ketika Abu Sufyan hendak berangkat pulang, dia naik ke puncak gunung dan berteriak dengan keras, “Kalian telah melakukan pekerjaan yang bagus; Kemenangan dalam perang berjalan bergantian. Hari ini sebagai gantinya hari (Perang Badar)! Tunjukkan kehebatanmu, Hubal,” yaitu membela agama kalian.
Nabi memerintahkan Umar bin Khattab untuk bangkit dan menjawabnya, dan berkata, “Allah itu Maha Tinggi dan Maha Mulia. Kita (Quraisy dan Muslim) tidak sama. Orang-orang yang mati pada sisi kami berada di surga; (orang-orang) mati (di sisi)mu berada di neraka.”
Mendengar jawaban ini Abu Sufyan berkata kepada Umar, “Kemarilah padaku.”
Nabi menyuruhnya pergi dan melihat apa yang dia inginkan. Ketika dia datang Abu Sufyan berkata, “Demi Allah, Umar, apakah kami (Quraisy) sudah membunuh Muhammad?”
“Demi Allah, tidak, beliau mendengarkan apa yang engkau katakan sekarang,” jawabnya.
Dia berkata, “Aku menganggap engkau lebih jujur dan dapat dipercaya ketimbang Ibnu Qamiah, mengacu pada klaim terakhirnya bahwa dia telah membunuh Muhammad.”
Kemudian Abu Sufyan berkata, “Ada beberapa mayat yang dimutilasi di antara yang mati di sisimu. Demi Allah, hal itu tidak memberiku kepuasan, dan tidak ada kemarahan (diriku kepada para jenazah). Aku tidak melarang mau pun memerintahkan untuk memutilasi.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq)
Di kemudian hari karena perbuatannya ini, Hindun terkenal di kalangan kaum Muslim sebagai “Hindun si pemakan hati”, dan anak-anaknya kemudian terkenal sebagai “anak wanita pemakan hati”.
Dialog Hindun dan Rasulullah SAW
Dendam Hindun membara kepada kaum muslimin menyusul tewasnya saudara Hindun seperti Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah dalam Perang Badar.
Pada saat Perang Uhud itu, Abu Sufyan (suami Hindun) menjadi salah seorang panglima pasukan kafir Quraisy Makkah. Dia berperang bersama Hindun yang tergabung dalam 15 orang wanita lainnya.
Pada saat peristiwa Fathu Makkah (pembukaan kota Makkah) dengan masuknya pasukan kaum Muslimin secara damai di Kota Suci itu, Hindun menjadi salah seorang yang masuk Islam. Keislamannya ini dilakukan dengan baik.
Hal itu pernah dikatakannya pada Abu Sufyan, "Aku ingin menjadi pengikut Muhammad.
"Bukankah aku lihat kau kemarin begitu membencinya," kata Abu Sufyan.
"Sesungguhnya aku sebelumnya tidak pernah melihat orang yang beribadah pada Allah itu dengan benar hingga apa yang kusaksikan tadi malam. Demi Allah, mereka betah berdiri, ruku’ dan sujud."
"Jika kau tetap dengan keputusanmu maka laksanakanlah, pergilah membawa seorang dari kaummu untuk menemanimu," kata Abu Sufyan.
Kemudian Hindun berangkat menemui Rasulullah untuk berbaiat. Ia datang dengan menyamar menggunakan cadar, merasa takut bila kemudian Rasulullah menangkapnya setelah mengenal suaranya.
Saat itu banyak pula pria—termasuk Abu Sufyan—dan wanita yang datang berbaiat. Rasulullah didampingi oleh para sahabatnya.
Hindun berkata, "Wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah menurunkan agama yang menjadi pilihan-Nya, agar dapat bermanfaat bagi diriku. Semoga Allah memberi rahmat-Nya padamu, wahai Muhammad. Sesungguhnya aku wanita yang telah beriman kepada Allah dan membenarkan apa yang disampaikan Rasul-Nya."