Keperkasaan Daulah Fathimiyah, Penjaga dan Penguasa Perairan Laut Mediterania
loading...
A
A
A
Keperkasaan Daulah Fathimiyah sebagai penguasa dan penjaga perairan Laut Mediterania menjadikan angkatan laut dinasti ini yang terbesar dan terkuat setelah angkatan laut Daulah Umayyah .
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan angkatan laut Daulah Fathimiyah menguasai wilayah perairan Mesir, Syam, dan Afrika Utara.
Prestasi tersebut menempatkan dinasti ini pada posisi terhormat dalam barisan negara-negara bahari. "Bahkan, para ahli sejarah menempatkan daulah ini dalam posisi kedua setelah Daulah Umayyah dalam pengembangan dunia maritim Islam," tulis Syaikh Abdul Aziz.
Daulah Fathimiyah pantas kuat karena didukung pimpinan yang peduli terhadap sektor maritim. Di samping itu, sumber daya wilayah kekuasaan dinasti ini sangat mendukung. Tenaga terampil di sektor perkapalan dan kelautan melimpah. Begitu juga bahan baku untuk membangun industri perkapalan.
Sumber Daya Pendukung
Kehidupan maritim merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa ini, baik dalam bidang sosial atau ekonomi. Luasnya perairan wilayah Afrika Utara menjadikan penduduknya handal dalam bidang kelautan.
Ibnu Khaldun menulis, “Penduduknya hidup di alam laut yang keras dan pantai-pantai ganas. Kenyataan ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan yang tidak dialami oleh bangsa-bangsa bahari lainnya.
Bangsa Romawi, Eropa, dan Outh ada di dataran tinggi utara negeri dari wiayah laut Romawi ini. Aktivitas-aktivitas perang dan perdagangan sering mereka lakukan di kapal-kapal. Karena itu, mereka handal dalam mengarungi lautan dan piawai berperang dengan menggunakan armada laut...”
Selain tenaga kerja terampil, angkatan laut Daulah Fathimiyah menjadi kuat juga karena ketersediaan bahan baku industri perkapalan yang melimpah. Kayu, besi, bahan sabut, cat, dan minyak banyak tersedia.
Bahan-bahan ini didatangkan dari wilayah sangat luas yang masuk dalam wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah. Kayu-kayu didatangkan dari pohon-pohon yang banyak tumbuh di wilayah Sicilia, Cyprus, lembah Bijayah, dan daerah Kistamah (sekarang berada di tengah dan selatan wilayah Aljazair).
Tahun 305 H, Daulah Fathimiyah membangun pabrik pembuatan kapal di wilayah Al-Mahdiyah, Sousa, dan kota Marsa Al-Kharaz. Pabrik-pabrik ini dibangun untuk melengkapi pabrik-pabrik yang berada di Tunisa dan peninggalan Daulah Umayyah.
Kota Pelabuhan Strategis
Wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah memiliki kota-kota pelabuhan yang strategis. Garis pantai Tunisia dan Aljazair, misalnya, sangat panjang. Di sebelah timur, garis pandai tersebut tersambung dengan pantai Burgah dan Tripoli. Di sebelah barat tersambung dengan pantai-pantai Maghrib Al-Agsha.
Kondisi geografi ini menyebabkan banyaknya pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan utama dan penting. Selain itu, wilayah-wilayah tersebut memiliki banyak teluk yang masuk hingga wilayah terdalam daratan. Kondisi ini juga menyebabkan pelabuhan-pelabuhan yang ada aman dari embusan angin kencang dan arus air deras.
Perairan Laut Putih juga memiliki banyak pulau kecil dan besar. Keberadaan pulau-pulau tersebut berdampak positif bagi armada laut Islam dalam menghadapi armada Byzantium dan Eropa.
Daulah Fathimiyah menguasai sejumlah besar pulau-pulau di bagian barat wilayah negeri. Pulau-pulau tersebut menjadi benteng terdepan untuk menghadang gerakan armada musuh yang hendak merapat ke pantai-pantai Maghribi.
Di sisi lain, pulau-pulau tersebut juga menjadi garda depan untuk melakukan ekspansi ke wilayah musuh yang berada di selatan Eropa.
Daulah Fathimiyah berhasil menguasai Sicilia, Sardinia, Garsyagah (Carseca), Malta, Gushirah, Oarganah, Malthiyah, Jarbah, Qimlariyah, pulau-pulau Kreta, Jamurfi, Zarga, Ahasi, dan pulau-pulau lain yang berada di Laut Mediterania bagian barat.
Siasat Daulah Fathimiyah
Setelah memindahkan pusat pemerintahan ke Mesir dan menggabungkan wilayah Syam yang mencakup Aleppo dan Antiokia di utara ke dalam wilayah kekuasaannya, batas wilayah Daulah Fathimiyah memanjang dari batas Asia Kecil hingga wilayah Tilmisan (Tlemcen).
Daulah ini membagi wilayahnya menjadi enam sektor:
1. Mesir dengan batas-batasnya yang memanjang dari Rafah hingga Agabah Salum.
2. Syam dengan batas perairannya yang memanjang dari Rafah hingga Antiokia.
3. Libya dan Maragiya. Daulah Fathimiyah menggabungkan wilayah ini dalam kekuasaan Mesir setelah terjadinya Revolusi Abu Rakwah Al-Umawi tahun 396 H/ 1005 M.
4. Tripoli yang memanjang dari Sirte hingga Oabis.
5. Ifrigiya (Tunisia) dan Maghrib Al-Ausath.
6. Sicilia. Wilayah ini digabungkan dengan Mesir setelah tahun 361 H. Tripoli dijadikan kota penghubung antara Sicilia dengan wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah di Mesir. Armada laut Daulah Fathimiyah berperan menjaga perairan Laut Mediterania.
Setiap sektor dijaga oleh armada laut khusus. Setiap sektor memiliki pabrik pembuatan kapal dan kantor administrasi yang mengatur urusan maritim.
Selain itu, setiap sektor memiliki angkatan laut-nya sendiri. Angkatan laut ini bertugas sebagai badan pertahanan dan juga sebagai agen yang melakukan serangan ofensif terhadap wilayah musuh.
Dalam aktivitas maritimnya, Daulah Fathimiyah membentuk Dewan Jihad yang berpusat di Mesir. Dewan ini mengurus manajemen kemaritiman yang menyangkut jumlah dan jenis kapal, kepala dan anak buah kapal serta pembayaran gaji mereka, pengawas kapal, dan lain-lain.
Untuk menambah pabrik pembuatan kapal yang telah ada sebelumnya, Daulah Fathimiyah juga membangun pabrik baru di Maks atau Mags. Pabrik ini masuk dalam wilayah kota Iskandariya.
Pabrik baru ini memiliki kemampuan produksi dengan kapasitas yang lebih besar dari pabrik-pabrik lain yang telah ada sejak lama.
Pabrik baru ini dibangun oleh Khalifah Al-Muiz pada tahun 362 H untuk menjaga negara dari ancaman Byzantium dari utara dan kaum Qaramitah dari timur.
Setiap pabrik kapal memproduksi tipe khusus. Pabrik di Raudah memproduksi kapal perang. Pabrik di Dimyath memproduksi kapal pengangkut logistik. Pabrik di Iskandariya memproduksi kapal perang dan sekoci.
Perlu diingat, pabrik di Maks pernah mengalami kebakaran besar pada 24 Rabiul Awal 386 H. Pada waktu itu, sebuah kapal besar yang siap diberangkatkan terbakar. Sedianya kapal itu akan diberangkatkan ke kota Tripoli di wilayah Syam untuk menghentikan ekspedisi armada Byzantium yang hendak memasuki wilayah Syam.
Setelah diperiksa, biang dari kebakaran itu adalah orang-orang Romawi yang tinggal di Iskandariya. Para pelaut dan sejumlah awak sipil di dalam kapal melakukan perlawanan. Mereka merangsek ke arah orang-orang Romawi dan membunuh sebagian besar di antaranya.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan angkatan laut Daulah Fathimiyah menguasai wilayah perairan Mesir, Syam, dan Afrika Utara.
Prestasi tersebut menempatkan dinasti ini pada posisi terhormat dalam barisan negara-negara bahari. "Bahkan, para ahli sejarah menempatkan daulah ini dalam posisi kedua setelah Daulah Umayyah dalam pengembangan dunia maritim Islam," tulis Syaikh Abdul Aziz.
Daulah Fathimiyah pantas kuat karena didukung pimpinan yang peduli terhadap sektor maritim. Di samping itu, sumber daya wilayah kekuasaan dinasti ini sangat mendukung. Tenaga terampil di sektor perkapalan dan kelautan melimpah. Begitu juga bahan baku untuk membangun industri perkapalan.
Sumber Daya Pendukung
Kehidupan maritim merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa ini, baik dalam bidang sosial atau ekonomi. Luasnya perairan wilayah Afrika Utara menjadikan penduduknya handal dalam bidang kelautan.
Ibnu Khaldun menulis, “Penduduknya hidup di alam laut yang keras dan pantai-pantai ganas. Kenyataan ini menyebabkan mereka mengalami penderitaan yang tidak dialami oleh bangsa-bangsa bahari lainnya.
Bangsa Romawi, Eropa, dan Outh ada di dataran tinggi utara negeri dari wiayah laut Romawi ini. Aktivitas-aktivitas perang dan perdagangan sering mereka lakukan di kapal-kapal. Karena itu, mereka handal dalam mengarungi lautan dan piawai berperang dengan menggunakan armada laut...”
Selain tenaga kerja terampil, angkatan laut Daulah Fathimiyah menjadi kuat juga karena ketersediaan bahan baku industri perkapalan yang melimpah. Kayu, besi, bahan sabut, cat, dan minyak banyak tersedia.
Bahan-bahan ini didatangkan dari wilayah sangat luas yang masuk dalam wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah. Kayu-kayu didatangkan dari pohon-pohon yang banyak tumbuh di wilayah Sicilia, Cyprus, lembah Bijayah, dan daerah Kistamah (sekarang berada di tengah dan selatan wilayah Aljazair).
Tahun 305 H, Daulah Fathimiyah membangun pabrik pembuatan kapal di wilayah Al-Mahdiyah, Sousa, dan kota Marsa Al-Kharaz. Pabrik-pabrik ini dibangun untuk melengkapi pabrik-pabrik yang berada di Tunisa dan peninggalan Daulah Umayyah.
Kota Pelabuhan Strategis
Wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah memiliki kota-kota pelabuhan yang strategis. Garis pantai Tunisia dan Aljazair, misalnya, sangat panjang. Di sebelah timur, garis pandai tersebut tersambung dengan pantai Burgah dan Tripoli. Di sebelah barat tersambung dengan pantai-pantai Maghrib Al-Agsha.
Kondisi geografi ini menyebabkan banyaknya pelabuhan yang berfungsi sebagai pelabuhan utama dan penting. Selain itu, wilayah-wilayah tersebut memiliki banyak teluk yang masuk hingga wilayah terdalam daratan. Kondisi ini juga menyebabkan pelabuhan-pelabuhan yang ada aman dari embusan angin kencang dan arus air deras.
Perairan Laut Putih juga memiliki banyak pulau kecil dan besar. Keberadaan pulau-pulau tersebut berdampak positif bagi armada laut Islam dalam menghadapi armada Byzantium dan Eropa.
Daulah Fathimiyah menguasai sejumlah besar pulau-pulau di bagian barat wilayah negeri. Pulau-pulau tersebut menjadi benteng terdepan untuk menghadang gerakan armada musuh yang hendak merapat ke pantai-pantai Maghribi.
Di sisi lain, pulau-pulau tersebut juga menjadi garda depan untuk melakukan ekspansi ke wilayah musuh yang berada di selatan Eropa.
Daulah Fathimiyah berhasil menguasai Sicilia, Sardinia, Garsyagah (Carseca), Malta, Gushirah, Oarganah, Malthiyah, Jarbah, Qimlariyah, pulau-pulau Kreta, Jamurfi, Zarga, Ahasi, dan pulau-pulau lain yang berada di Laut Mediterania bagian barat.
Siasat Daulah Fathimiyah
Setelah memindahkan pusat pemerintahan ke Mesir dan menggabungkan wilayah Syam yang mencakup Aleppo dan Antiokia di utara ke dalam wilayah kekuasaannya, batas wilayah Daulah Fathimiyah memanjang dari batas Asia Kecil hingga wilayah Tilmisan (Tlemcen).
Daulah ini membagi wilayahnya menjadi enam sektor:
1. Mesir dengan batas-batasnya yang memanjang dari Rafah hingga Agabah Salum.
2. Syam dengan batas perairannya yang memanjang dari Rafah hingga Antiokia.
3. Libya dan Maragiya. Daulah Fathimiyah menggabungkan wilayah ini dalam kekuasaan Mesir setelah terjadinya Revolusi Abu Rakwah Al-Umawi tahun 396 H/ 1005 M.
4. Tripoli yang memanjang dari Sirte hingga Oabis.
5. Ifrigiya (Tunisia) dan Maghrib Al-Ausath.
6. Sicilia. Wilayah ini digabungkan dengan Mesir setelah tahun 361 H. Tripoli dijadikan kota penghubung antara Sicilia dengan wilayah kekuasaan Daulah Fathimiyah di Mesir. Armada laut Daulah Fathimiyah berperan menjaga perairan Laut Mediterania.
Setiap sektor dijaga oleh armada laut khusus. Setiap sektor memiliki pabrik pembuatan kapal dan kantor administrasi yang mengatur urusan maritim.
Selain itu, setiap sektor memiliki angkatan laut-nya sendiri. Angkatan laut ini bertugas sebagai badan pertahanan dan juga sebagai agen yang melakukan serangan ofensif terhadap wilayah musuh.
Dalam aktivitas maritimnya, Daulah Fathimiyah membentuk Dewan Jihad yang berpusat di Mesir. Dewan ini mengurus manajemen kemaritiman yang menyangkut jumlah dan jenis kapal, kepala dan anak buah kapal serta pembayaran gaji mereka, pengawas kapal, dan lain-lain.
Untuk menambah pabrik pembuatan kapal yang telah ada sebelumnya, Daulah Fathimiyah juga membangun pabrik baru di Maks atau Mags. Pabrik ini masuk dalam wilayah kota Iskandariya.
Pabrik baru ini memiliki kemampuan produksi dengan kapasitas yang lebih besar dari pabrik-pabrik lain yang telah ada sejak lama.
Pabrik baru ini dibangun oleh Khalifah Al-Muiz pada tahun 362 H untuk menjaga negara dari ancaman Byzantium dari utara dan kaum Qaramitah dari timur.
Setiap pabrik kapal memproduksi tipe khusus. Pabrik di Raudah memproduksi kapal perang. Pabrik di Dimyath memproduksi kapal pengangkut logistik. Pabrik di Iskandariya memproduksi kapal perang dan sekoci.
Perlu diingat, pabrik di Maks pernah mengalami kebakaran besar pada 24 Rabiul Awal 386 H. Pada waktu itu, sebuah kapal besar yang siap diberangkatkan terbakar. Sedianya kapal itu akan diberangkatkan ke kota Tripoli di wilayah Syam untuk menghentikan ekspedisi armada Byzantium yang hendak memasuki wilayah Syam.
Setelah diperiksa, biang dari kebakaran itu adalah orang-orang Romawi yang tinggal di Iskandariya. Para pelaut dan sejumlah awak sipil di dalam kapal melakukan perlawanan. Mereka merangsek ke arah orang-orang Romawi dan membunuh sebagian besar di antaranya.
(mhy)