Akhir Tragis Raja Kisra II, Seluruh Keluarganya Dibunuh

Rabu, 08 Desember 2021 - 15:38 WIB
loading...
Akhir Tragis Raja Kisra II, Seluruh Keluarganya Dibunuh
Para anak keturunan Anushirwan yang dibunuh oleh Shiruyah diperkirakan mencapai 15 hingga 18 orang, baik dewasa maupun anak-anak. (Foto/Ilustrasi : Pinterest.com)
A A A
Penguasa Persia dari Dinasti Sasaniyah, Kisra II atau Abarwiz , berakhir tragis. Ia dibunuh putranya sendiri dalam aksi kudeta. Kisra II adalah raja yang angkuh. Ia merobek-robek surat ajakan masuk Islam Rasulullah SAW .



Agha Ibrahim Akram dalam bukunya berjudul "The Muslim Conquest of Persia" menyebut pada saat aksi kudeta itu bukan hanya Raja Kisra II yang dibunuh. Shiruyah, putranya, juga membunuh seluruh anggota keluarganya yang laki-laki, terkecuali putranya sendiri, Ardashir.

Para anak keturunan Anushirwan yang dibunuh oleh Shiruyah diperkirakan mencapai 15 hingga 18 orang, baik dewasa maupun anak-anak.

Al-Tabari dalam bukunya berjudul "Tarikh al-Rusul wa al-Muluk" meriwayatkan pada hari setelah Shiruyah membunuh saudara-saudaranya, dua saudara perempuannya yang tidak dibunuh,, Buran dan Azarmidukht, datang ke hadapannya dan mencaci serta menghina dia dengan kasar.

“Keserakahan akan takhta kerajaan yang masih belum kokoh telah mendorongmu untuk membunuh ayahmu dan semua saudara laki-lakimu, dan engkau telah melakukan tindakan yang tidak terhormat,” ujarnya.



Merobek Surat Nabi

Sebelumnya, Rasulullah SAW mengutus Abdullah bin Hudzafah untuk menyerahkan surat kepada Kisra II. Kala itu, Kisra memanggil seluruh pembesar supaya hadir ke majlis Kisra. Kemudian sang kaisar mengizinkan Abdullah bin Hudzafah masuk menghadap baginda di majlis yang serba gemilang itu.

Tatkala Kisra melihat Abdullah menghadap, dia memberi isyarat kepada pengawal supaya menerima surat yang dibawa Abdullah. Tetapi Abdullah menolak memberikannya kepada pengawal.

“Jangan...! Rasulullah memerintahkan supaya memberikan surat ini langsung ke tangan Kisra tanpa perantara. Aku tidak mau menyalahi perintah Rasulullah,” ujarnya.

Kisra bisa memahami. “Biarkan dia mendekat kepadaku!” kata Kisra kepada pengawal.

Abdullah pun menghampiri Kisra, kemudian menyerahkan surat dari Rasulullah itu. Selanjutnya kaisar memanggil sekretaris berkebangsaan Arab, berasal dari Hirah. Kisra memerintahkan sekretaris itu membuka surat tersebut di hadapan baginda dan menyuruh membacakan isinya:

“Dari Muhammad Rasulullah, kepada Kisra, Maharaja Kisra. Berbahagialah siapa yang mengikut petunjuk....”

Baru sampai di situ sekretaris membaca surat, api kemarahan menyala di dada Kisra. Mukanya merah, dan urat lehernya membengkak. Ia tersinggung berat karena Rasulullah menyebut nama dirinya sendiri lebih dahulu sebelum menuliskan nama Kisra. Lalu Kisra merebut surat tersebut dari tangan sekretaris, dan menyobeknya tanpa mengetahui isi surat selanjutnya.

“Berani-berani dia menulis seperti itu kepadaku....! padahal dia budakku...!” teriak Kisra.

Lalu ia memerintahkan Abdullah bin Hudzafah diusir dari majlis. Abdullah pun keluar dari Majlis Kisra.



Gubernur Yaman

Setelah itu Kisra memerintahkan Badhan, gubernurnya di Yaman, membawa Nabi Muhammad SAW ke hadapannya. Selanjutnya Badhan menugaskan dua orang bawahannya untuk menemui Rasulullah sambil membawa surat untuknya.

Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam bukunya berjudul"Sirah Nabawiyah" menuturkan ketika dua utusan tersebut tiba di Madinah dan menghadap Rasulullah, salah seorang di antara mereka dengan nada mengancam berkata, “Sesungguhnya Syahinsyah (Rajanya para raja) Kisra telah mengirim surat kepada Raja Badhan, agar dia mengirim utusan untuk menemui Tuan, lalu membawa Tuan ke hadapannya.”

Rasulullah kemudian meminta mereka untuk menemuinya lagi pada keesokan harinya.

Pada saat yang sama di Persia terjadi pemberontakan besar-besaran yang diprakarsai oleh putra Kisra sendiri, Shiruyah, atau yang memiliki nama monarki Qubadh II (di Barat dikenal dengan nama Kavadh II).

Michael G. Morony dalam bukunya berjudul "Iraq After the Muslim Conquest" mengisahkan saat itu, pada malam hari, para prajurit penjaga malam (hurras) di Madain yang biasanya menyerukan nama raja yang berkuasa ketika melewati jalan-jalan, malah menyebutkan nama Shiruyah sebagai Syahinsyah (Shahshanah) ketimbang Kisra II (Abarwiz), sebuah tanda kudeta telah dimulai.



Masuk Islam

Rasulullah SAW melalui wahyu yang diterimanya mengetahui kejadian ini meskipun berada di tempat yang jauh. Maka pada keesokan harinya beliau memberitahukan peristiwa pemberontakan di Persia kepada kedua utusan Badhan.

Mereka lalu bertanya, “Apakah Tuan betul-betul yakin dengan apa yang Tuan katakan ini? Sebenarnya kami tidak seberapa membenci Tuan. Maka apakah kami harus mencatat apa yang Tuan katakan ini dan menyampaikannya kepada Raja (Badhan)?”

Beliau menjawab, “Benar. Sampaikan hal ini kepadanya. Sampaikan pula pesanku kepadanya bahwa agama dan kekuasaanku akan merambah seperti yang dicapai Kisra, menguasai yang kaya maupun yang miskin.

“Sampaikan pula kepadanya, ‘Apabila Tuan mau masuk Islam, kuberikan apa yang menjadi milik Tuan dan mengangkat Tuan sebagai pemimpin bagi kaum Tuan’.”

Maka kedua utusan itu segera kembali menemui Badhan dan menyampaikan pesan Rasulullah. Tak seberapa lama kemudian datang sebuah surat kepada Badhan yang memberitakan bahwa Kisra telah tewas.

Dalam surat itu Shiruyah lalu berkata kepada Badhan, “Awasilah orang yang sudah dikirimi surat oleh ayahku itu (Rasulullah) dan janganlah engkau menyerangnya sebelum ada perintah dariku.”

Al-Khadry dalam Muhadharat Tarikhul-Umam al-Islamiyah dan Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari sebagaimana dikutip Shafiyyur-Rahman mengatakan hal inilah yang kemudian mendorong Badhan beserta rakyatnya di Yaman untuk masuk Islam.

Sebelum Shiruyah membunuh Kisra, salah seorang tokoh negarawan Persia datang kepada Shiruyah setelah dia memenjarakan ayahnya, dan berkata kepadanya: “Tidaklah pantas bagi kita memiliki dua orang raja: Apakah engkau membunuh Kisra, dan kami akan menjadi hambamu yang setia dan patuh, atau kami akan menggulingkanmu dan memberikan kesetiaan kami kepadanya seperti yang selalu kami lakukan sebelum engkau mendapatkan takhta kerajaan.”

Kata-kata ini mendatangkan ketakutan di hati Shiruyah. Dia lalu memerintahkan Kisra untuk dipindahkan dari istana pemerintah ke rumah seorang pria yang bernama Marasfand.

Al-Tabari mengisahkan Shiruyah kemudian membuat berbagai tuduhan atas kejahatan-kejahatan Kisra dan memerintahkan Mihr Hurmuz, salah seorang putra pejabat Persia, untuk membunuhnya. Belakangan, Shiruyah malah mengeksekusi Mihr Hurmuz juga atas tuduhan pembunuhan ayahnya.

Selanjutnya, Shiruyah juga membunuh seluruh anggota keluarganya yang laki-laki. Meski demikian, ketika dia membunuh saudara-saudaranya, dia menunjukkan kesedihan yang luar biasa.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2169 seconds (0.1#10.140)