Berikut Ini Tiga Ibadah yang Paling Dicintai Allah Ta'ala
loading...
A
A
A
Maka mengeluarkannya dari waktunya adalah haram. Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
[ الماعون:4-5]
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (QS. al-Ma’uun:4-5)
Dan firman-Nya: ‘Bagi orang-orang yang salat”: yaitu orang-orang yang melaksanakan salat, kemudian mereka lalai darinya. Bisa jadi meninggalkannya sama sekali dan bisa jadi melalaikannya dari waktunya yang sudah ditentukan secara syara’ maka ia mengeluarkannya dari waktunya secara menyeluruh.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Orang-orang yang menundanya dari waktunya. Dari Abul ‘Aliyah: mereka tidak melaksanakannya dalam waktu, tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.
Orang-orang yang lalai dari salatnya, bisa jadi dari waktunya yang pertama, maka mereka menundanya hingga akhirnya secara terus menerus atau biasanya, bisa jadi lalai dari menunaikannya dengan rukun-rukunya dan syarat-syaratnya menurut cara yang diperintahkan, bisa jadi lalai dari khusyu’ dan tadabbur terhadap makna-maknanya.
Witir
Selanjutnya, Allah SWT menyukai witir. Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((وإن الله وترٌ يحبُّ الوتر)) [رواه مسلم].
“Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala witir (ganjil) menyukai yang witir.” HR. Muslim.
Menurut Asma' witir sama dengan tunggal. Maknanya dalam sesuai sifat Allah SWT, Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada taranya.
Esa pada zat-Nya, maka tidak ada yang serupa dan bandingnya. Esa pada sifat-Nya: maka tidak ada yang menyerupai dan setara. Dan Esa pada perbuatan-Nya; maka tidak ada sekutu dan pembantu bagi-Nya.
Ada yang berpendapat, sesungguhnya makna ‘menyukai witir’ mengutamakan yang witir dalam amal ibadah, maka Dia menjadikan salat lima waktu, bersuci tiga kali, thawat tujuh kali, sa’i tujuh kali, melontar jumrah tujuh kali, hari-hari tasyriq tiga hari, istinja` tiga kali, dan demikian pula kafan.
Dan Dia menjadikan mayoritas makhluk-Nya yang besar berjumlah witir, di antaranya langit, bumi, laut, hari-hari dalam seminggu dan yang lainnya.
Dan ada yang berpendapat, sesungguhnya maknanya ditujukan kepada sifat orang yang menyembah Allah SWT dengan wahdaniyah secara ikhlas. Ada yang berpendapat, memberi pahala dan menerimanya. Ada yang berpendapat bahwa maksudnya adalah salat witir berdasarkan hadis:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن الله وتر يحب الوتر فأوتروا يا أهل القرآن )) [أخرجه الترمذي]
“Sesungguhnya Allah SWT menyukai witir, maka salat witirlah wahai ahli al-Qur`an.” (HR At-Tirmidzi). Akan tetapi makna hadis itu tidak hanya untuk pengertian itu, akan tetapi bersifat umum lebih nampak.
Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Selanjutnya, amal yang paling dicintai Allah adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala?
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((الصلاة على وقتها» قلتُ: ثم أي قال: «ثم بر الوالدين)) [رواه البخاري].
قال الله تعالى: ﴿ فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
[ الماعون:4-5]
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (QS. al-Ma’uun:4-5)
Dan firman-Nya: ‘Bagi orang-orang yang salat”: yaitu orang-orang yang melaksanakan salat, kemudian mereka lalai darinya. Bisa jadi meninggalkannya sama sekali dan bisa jadi melalaikannya dari waktunya yang sudah ditentukan secara syara’ maka ia mengeluarkannya dari waktunya secara menyeluruh.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Orang-orang yang menundanya dari waktunya. Dari Abul ‘Aliyah: mereka tidak melaksanakannya dalam waktu, tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.
Orang-orang yang lalai dari salatnya, bisa jadi dari waktunya yang pertama, maka mereka menundanya hingga akhirnya secara terus menerus atau biasanya, bisa jadi lalai dari menunaikannya dengan rukun-rukunya dan syarat-syaratnya menurut cara yang diperintahkan, bisa jadi lalai dari khusyu’ dan tadabbur terhadap makna-maknanya.
Witir
Selanjutnya, Allah SWT menyukai witir. Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((وإن الله وترٌ يحبُّ الوتر)) [رواه مسلم].
“Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala witir (ganjil) menyukai yang witir.” HR. Muslim.
Menurut Asma' witir sama dengan tunggal. Maknanya dalam sesuai sifat Allah SWT, Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada taranya.
Esa pada zat-Nya, maka tidak ada yang serupa dan bandingnya. Esa pada sifat-Nya: maka tidak ada yang menyerupai dan setara. Dan Esa pada perbuatan-Nya; maka tidak ada sekutu dan pembantu bagi-Nya.
Ada yang berpendapat, sesungguhnya makna ‘menyukai witir’ mengutamakan yang witir dalam amal ibadah, maka Dia menjadikan salat lima waktu, bersuci tiga kali, thawat tujuh kali, sa’i tujuh kali, melontar jumrah tujuh kali, hari-hari tasyriq tiga hari, istinja` tiga kali, dan demikian pula kafan.
Dan Dia menjadikan mayoritas makhluk-Nya yang besar berjumlah witir, di antaranya langit, bumi, laut, hari-hari dalam seminggu dan yang lainnya.
Dan ada yang berpendapat, sesungguhnya maknanya ditujukan kepada sifat orang yang menyembah Allah SWT dengan wahdaniyah secara ikhlas. Ada yang berpendapat, memberi pahala dan menerimanya. Ada yang berpendapat bahwa maksudnya adalah salat witir berdasarkan hadis:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( إن الله وتر يحب الوتر فأوتروا يا أهل القرآن )) [أخرجه الترمذي]
“Sesungguhnya Allah SWT menyukai witir, maka salat witirlah wahai ahli al-Qur`an.” (HR At-Tirmidzi). Akan tetapi makna hadis itu tidak hanya untuk pengertian itu, akan tetapi bersifat umum lebih nampak.
Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Selanjutnya, amal yang paling dicintai Allah adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah ibadah yang paling dicintai Allah subhanahu wa ta’ala?
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((الصلاة على وقتها» قلتُ: ثم أي قال: «ثم بر الوالدين)) [رواه البخاري].