Kisah Sufi Majnun Qalandar: Anjing dan Keledai
loading...
A
A
A
Kisah "Anjing dan Keledai" ini yang menyerupai salah satu kisah Jalaluddin Rumi, adalah fabel dari koleksi terkenal milik Majnun Qalandar. Beliau adalah sufi yang mengembara selama empat puluh tahun pada abad ketiga belas. Beliau menceritakan kisah teladan di pasar-pasar.
Sesuai dengan arti namanya, Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" menjelaskan beberapa orang mengatakan bahwa Majnun Qalandar benar-benar gila. Sedangkan yang lain beranggapan bahwa ia termasuk salah seorang di antara 'Yang Berubah' --yang menyebarkan pemahaman tentang hubungan antara segala sesuatu yang oleh orang biasa dianggap terpisah.
Berikut kisahnya:
Suatu hari, seorang lelaki yang telah menemukan cara memahami arti suara-suara binatang, sedang berjalan menyusuri jalan desa.
Di tengah jalan, ia melihat seekor keledai, yang baru saja meringkik, dan di sebelahnya ada seekor anjing yang menyalak keras-keras.
Ketika ia mendekat, ia bisa menangkap arti sahut-sahutan suara tersebut.
"Huh, dari tadi kau bicara terus tentang rumput dan padang rumput, sedangkan aku hanya ingin dengar tentang kelinci dan tulang, bosan ah!" kata anjing itu.
Lelaki itu tak tahan tidak berkomentar. "Tetapi yang utama adalah kegunaan jerami, seperti juga, fungsi daging." sergahnya.
Kedua binatang itu menoleh kepadanya sejenak. Anjing itu menyalak sengit sehingga suara orang itu pun tak kedengaran dan keledai menyepak sekerasnya dengan kaki belakangnya hingga orang itu jatuh terjerembab.
Kemudian, mereka kembali cekcok.
Kisah ini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam bukunya berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.
Sesuai dengan arti namanya, Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" menjelaskan beberapa orang mengatakan bahwa Majnun Qalandar benar-benar gila. Sedangkan yang lain beranggapan bahwa ia termasuk salah seorang di antara 'Yang Berubah' --yang menyebarkan pemahaman tentang hubungan antara segala sesuatu yang oleh orang biasa dianggap terpisah.
Berikut kisahnya:
Suatu hari, seorang lelaki yang telah menemukan cara memahami arti suara-suara binatang, sedang berjalan menyusuri jalan desa.
Di tengah jalan, ia melihat seekor keledai, yang baru saja meringkik, dan di sebelahnya ada seekor anjing yang menyalak keras-keras.
Ketika ia mendekat, ia bisa menangkap arti sahut-sahutan suara tersebut.
"Huh, dari tadi kau bicara terus tentang rumput dan padang rumput, sedangkan aku hanya ingin dengar tentang kelinci dan tulang, bosan ah!" kata anjing itu.
Lelaki itu tak tahan tidak berkomentar. "Tetapi yang utama adalah kegunaan jerami, seperti juga, fungsi daging." sergahnya.
Kedua binatang itu menoleh kepadanya sejenak. Anjing itu menyalak sengit sehingga suara orang itu pun tak kedengaran dan keledai menyepak sekerasnya dengan kaki belakangnya hingga orang itu jatuh terjerembab.
Kemudian, mereka kembali cekcok.
Kisah ini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia antara lain oleh Ahmad Bahar dalam bukunya berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi. Juga oleh Sapardi Djoko Damono dalam buku Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau.
(mhy)