Kisah Syaiba, Kakek Nabi Muhammad SAW yang Namanya Dilupakan karena Dikira Budak
loading...
A
A
A
Syaiba, nama yang pendek dan harusnya mudah diingat. Namun nama ini menjadi asing bagi warga Mekkah. Dia lebih dikenal sebagai budak milik Muthalib dan orang menyebutnya Abdul Muthalib . Dialah kakek Nabi Muhammad SAW .
Kisah Syaiba sungguh menyentuh hati. Muhammad Husain Haekal dalam buku yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" mengisahkan sedikit perjalanan hidup Syaiba.
Syaiba adalah putra Hasyim dari hasil perkawinannya dengan Salma putri 'Amr. Salma sendiri berasal dari kabilah Khazraj yang bermukim di Jathrib (kini Madinah ).
Kisah cinta Hasyim dan Salma bersemi tatkala Hasyim tengah berada di Jathrib. Kala itu, Hasyim dan kafilahnya melakukan perjalanan dagang ke Suriah. Ketika melalui Yathrib, Hasyim melihat perempuan yang menarik hatinya. Kesan yang ia tangkap dia adalah perempuan baik-baik dan terpandang. Perempuan itu muncul di tengah-tengah orang yang sedang mengadakan perdagangan dengan Hasyim.
Singkat cerita, Hasyim tertarik dengan perempuan itu. Ia memberanikah diri untuk bertanya, adakah ia sedang dalam ikatan dengan laki-laki lain?
Setelah diketahui bahwa dia seorang janda dan tidak mau kawin lagi kecuali bila ia memegang kebebasan sendiri, Hasyim lalu melamarnya. Perempuan itu pun menerima, karena dia mengetahui kedudukan Hasyim di tengah-tengah masyarakatnya.
Salma anak 'Amr menikah dengan Hasyim dan sempat tinggal di Mekkah, namun tidak lama. Ia kembali ke Jathrib. Dan di kota ini ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Syaiba.
Beberapa tahun kemudian dalam suatu perjalanan musim panas ke Ghazza (Gaza), Hasyim meninggal dunia. Kepemimpinan di Mekkah pun berganti. Muthalib, adik Hasyim mengambil alih kedudukannya.
Sesungguhnya Umayyah anak Abd Syams -sepupu Hasyim- sangat berambisi menggantikannya. Muthalib adalah adik Abd Syams. Namun dia sangat dihormati oleh masyarakatnya. Karena sikapnya yang suka menenggang dan murah hati oleh Quraisy ia dijuluki Al-Faidz', ("Yang melimpah").
Pada suatu hari terpikir oleh Muthalib akan kemenakannya, anak Hasyim itu. Ia pergi ke Jathrib. Dan karena anak itu sudah besar, dimintanya kepada Salma supaya anaknya itu diserahkan kepadanya. Oleh Muthalib dibawanya pemuda itu ke atas untanya dan dengan begitu ia memasuki Mekkah.
Orang-orang Quraisy menduga bahwa yang dibawa itu budaknya. Oleh karena itu mereka lalu memanggilnya: Abdul Muthalib (Budak Muthalib). "Hai," kata Muthalib. "Dia kemenakanku anak Hasyim yang kubawa dari Jathrib. Namanya Syaiba."
Tetapi sebutan Abdul Muthalib sudah melekat pada pemuda tersebut. Orang sudah memanggilnya demikian dan nama Syaiba yang diberikan ketika dilahirkan sudah dilupakan orang.
Pada mulanya Muthalib ingin mengembalikan harta Hasyim untuk kemenakannya itu. Tetapi Naufal menolak, lalu menguasainya.
Itu sebabnya Abdul Muttalib meminta bantuan kepada saudara-saudara ibunya di Jathrib untuk mengambil alih harta yang menjadi haknya dari tangan saudara ayahnya itu. Selanjutnya, pihak Khazraj di Jathrib mengirimkan 80 orang pasukan perang untuk membantu Abdul Muthalib. Naufal pun menyerah dan terpaksa mengembalikan harta peninggalan Hasyim.
Selanjutnya, Abdul Muthalib mengambil alih kedudukan ayahnya, Hasyim. Sesudah pamannya Muthalib, dialah yang mengurus pembagian air dan persediaan makanan.
Nama Syaiba kian tenggelam dan makin dilupakan. Sampai kini, kakek Nabi Muhammad SAW ini terkenal dengan nama Abdul Muthalib.
Kisah Syaiba sungguh menyentuh hati. Muhammad Husain Haekal dalam buku yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" mengisahkan sedikit perjalanan hidup Syaiba.
Syaiba adalah putra Hasyim dari hasil perkawinannya dengan Salma putri 'Amr. Salma sendiri berasal dari kabilah Khazraj yang bermukim di Jathrib (kini Madinah ).
Kisah cinta Hasyim dan Salma bersemi tatkala Hasyim tengah berada di Jathrib. Kala itu, Hasyim dan kafilahnya melakukan perjalanan dagang ke Suriah. Ketika melalui Yathrib, Hasyim melihat perempuan yang menarik hatinya. Kesan yang ia tangkap dia adalah perempuan baik-baik dan terpandang. Perempuan itu muncul di tengah-tengah orang yang sedang mengadakan perdagangan dengan Hasyim.
Singkat cerita, Hasyim tertarik dengan perempuan itu. Ia memberanikah diri untuk bertanya, adakah ia sedang dalam ikatan dengan laki-laki lain?
Setelah diketahui bahwa dia seorang janda dan tidak mau kawin lagi kecuali bila ia memegang kebebasan sendiri, Hasyim lalu melamarnya. Perempuan itu pun menerima, karena dia mengetahui kedudukan Hasyim di tengah-tengah masyarakatnya.
Salma anak 'Amr menikah dengan Hasyim dan sempat tinggal di Mekkah, namun tidak lama. Ia kembali ke Jathrib. Dan di kota ini ia melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Syaiba.
Beberapa tahun kemudian dalam suatu perjalanan musim panas ke Ghazza (Gaza), Hasyim meninggal dunia. Kepemimpinan di Mekkah pun berganti. Muthalib, adik Hasyim mengambil alih kedudukannya.
Sesungguhnya Umayyah anak Abd Syams -sepupu Hasyim- sangat berambisi menggantikannya. Muthalib adalah adik Abd Syams. Namun dia sangat dihormati oleh masyarakatnya. Karena sikapnya yang suka menenggang dan murah hati oleh Quraisy ia dijuluki Al-Faidz', ("Yang melimpah").
Pada suatu hari terpikir oleh Muthalib akan kemenakannya, anak Hasyim itu. Ia pergi ke Jathrib. Dan karena anak itu sudah besar, dimintanya kepada Salma supaya anaknya itu diserahkan kepadanya. Oleh Muthalib dibawanya pemuda itu ke atas untanya dan dengan begitu ia memasuki Mekkah.
Orang-orang Quraisy menduga bahwa yang dibawa itu budaknya. Oleh karena itu mereka lalu memanggilnya: Abdul Muthalib (Budak Muthalib). "Hai," kata Muthalib. "Dia kemenakanku anak Hasyim yang kubawa dari Jathrib. Namanya Syaiba."
Tetapi sebutan Abdul Muthalib sudah melekat pada pemuda tersebut. Orang sudah memanggilnya demikian dan nama Syaiba yang diberikan ketika dilahirkan sudah dilupakan orang.
Pada mulanya Muthalib ingin mengembalikan harta Hasyim untuk kemenakannya itu. Tetapi Naufal menolak, lalu menguasainya.
Itu sebabnya Abdul Muttalib meminta bantuan kepada saudara-saudara ibunya di Jathrib untuk mengambil alih harta yang menjadi haknya dari tangan saudara ayahnya itu. Selanjutnya, pihak Khazraj di Jathrib mengirimkan 80 orang pasukan perang untuk membantu Abdul Muthalib. Naufal pun menyerah dan terpaksa mengembalikan harta peninggalan Hasyim.
Selanjutnya, Abdul Muthalib mengambil alih kedudukan ayahnya, Hasyim. Sesudah pamannya Muthalib, dialah yang mengurus pembagian air dan persediaan makanan.
Nama Syaiba kian tenggelam dan makin dilupakan. Sampai kini, kakek Nabi Muhammad SAW ini terkenal dengan nama Abdul Muthalib.
(mhy)