Tsauban: Jangan Kabari Rasulullah

Jum'at, 12 Juni 2020 - 16:22 WIB
loading...
A A A
"Bagaimana keadaan sahabat mudaku, Tsauban?" Tanya Rasulullah tersenyum.

"Keadaannya masih demam tinggi, duhai Rasulullah !" jawab ayah Tsauban.

"Semoga Allah memberinya kesembuhan atau memberinya pilihan terbaik!" demikian doa Rasulullah.

"Biar kami bangunkan putra kami terlebih dahulu untuk mengabarkan kedatangan Anda, ya Rasulullah," ujar ibu Tsauban.

"Biarkan dia istirahat dulu!" sergah Rasulullah .

"Tapi, tadi dia berpesan kepada kami jika engkau datang dia meminta agar dibangunkan, duhai Rasulullah!" ujar ayah Tsauban.

"Tidak! Biarkan sahabatku itu tertidur nyenyak. Besok saja lagi insya Allah aku akan kembali datang mengunjunginya," ujar Rasulullah.

Nampak Tsauban tertidur nyenyak. Rasulullah dan Abu Bakar meminta izin pamit. "Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh."

Malam kian larut. Hawa dingin kian menyeruak menyelimuti malam yang hening, senyap, tanpa suara. Angin menyelinap membawa kesejukan hawa surgawi. Malam begitu tenang. Tsauban masih tertidur lelap.

Sepulang Rasulullah, Tsauban terbangun dari tidur pulasnya. Setelah terbuka matanya, maka nama yang pertama ia ingat adalah nama kekasihnya, Muhammad Rasulullah .

"Apakah Rasulullah sudah datang?" tanya anak muda itu.

Kedua orang tuanya yang sedari tadi berjaga di kasur putranya itu saling berpandangan dalam diam. "Apakah Rasulullah sudah menjengukku?" tanya Tsauban lagi.

"Iya benar, Nak! Barusan tadi Rasulullah telah berkunjung!" jawab ibunya.

"Rasulullaah!" lirih Tsauban berbinar.

"Tapi, mengapa aku tidak kalian bangunkan?!" tanya Tsauban lagi.

Ibunya menatap wajah ayahnya. Sang ayah berkata: "Ya, tadi ibumu ingin membangunkanmu, Nak! Tapi, kata Rasulullah biarlah Tsauban beristirahat dahulu!" terang ayahnya.

Tsauban terdiam. Ayahnya mendekati putranya sembari menyeka keringat putranya. Keringat dingin membanjiri dahi anak muda tersebut. Namun, hawa panas makin semakin tinggi. Wajah anak muda itu makin pucat.

Dengan lirih, Tsauban berkata, "Ayah! Mungkin usiaku tidak akan panjang lagi. Sudah saatnya aku pulang menghadap Allah 'Azz wa jalla!"

Kata-kata Tsauban mulai tercekat saat ia ingin menyebut nama kekasihnya Rasullah. Air mata hangat perlahan mengalir di ekor matanya.

"Wahai ayah! Jika malam ini aku berpulang ke rahmatullah, tolong jangan kabari Nabi malam ini. Aku kasihan bila beliau harus kembali datang kedua kali ke sini!"
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1658 seconds (0.1#10.140)