Hukum Istri Mendiamkan Suami dalam Pandangan Islam

Jum'at, 11 Februari 2022 - 16:03 WIB
loading...
Hukum Istri Mendiamkan Suami dalam Pandangan Islam
hukum seorang istri mendiamkan suami sebenarnya diperbolehkan, dengan catatan jika tujuannya untuk menghindari pertengkaran yang sia-sia. Foto ilustrasi/ist
A A A
Dalam Islam, hukum seorang istri mendiamkan suami sebenarnya diperbolehkan, dengan catatan jika tujuannya untuk menghindari pertengkaran yang sia-sia. Kenapa demikian? Karena Islam memberikan tuntunan yang sangat komplit, bukan hanya pada persoalan ibadah yang melibatkan manusia dengan Allah, namun juga mengatur persoalan muamalah yang melibatkan manusia dengan sesamanya. Salah satu di antaranya ialah bagaimana Islam mengatur mengenai permasalahan istri mendiamkan suami atau sebaliknya tersebut.

Mengutip pendapat Ustadz Muhammad Ibnu Sahroji, ia menjelaskan hubungan suami istri merupakan sebuah hubungan yang sangat sakral dalam syariat Islam. Dengan adanya ikatan pernikahan yang terjalin di antara keduanya, menjadikan kedua belah pihak memiliki hak dan kewajiban yang sama.



Allah Ta’ala berfirman:

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


Artinya: “Dan mereka (para wanita) memiliki hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang pantas. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Al-Baqarah : 228)

Kelebihan suami terhadap istri tersebut dikarenakan suami memiliki kewajiban memberikan nafkah kepada istri sehingga dia memiliki hak mendapatkan ketaatan dari seorang istri.

Meskipun demikian, dalam hubungan suami istri seringkali terjadi perselisihan paham yang berujung pada perdebatan dan biasanya istri memilih untuk melakukan aksi mogok bicara dan bahkan pasangan tersebut tidak saling tegur sapa.

Hukum Asal Sikap Hajr

Sikap mendiamkan orang lain termasuk dalam hal ini seorang istri mendiamkan suaminya dalam syariat Islam disebut sebagai hajr, di mana hukum asalnya ialah haram apabila melewati batas waktu 3 hari, sebagaimana hadis:

"Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi muslim memutuskan persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu, lalu seseorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Bukhari, no. 6077 dan Muslim, no. 2560)

Meskipun demikian, menurut Muhammad Ibnu Sahroji yang kandidat Doktor Hukum Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, tindakan istri mendiamkan suami itu diperbolehkan apabila dilakukan dengan maksud untuk menghindari pertengkaran yang sia-sia sambil berharap dalam diam tersebut, masing-masing pihak akan bisa saling introspeksi diri. Terlebih, Rasulullah bahkan mengingatkan bahwa apabila salah satu di antara pasangan suami istri marah, maka pasangannya tersebut sebaiknya diam:

وَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ


Artinya: “Apabila seseorang dari kalian marah, hendaklah ia diam” (HR. Bukhari).

Perlu diingat, bahwa aksi saling diam ini sebaiknya jangan dilakukan terlalu lama, karena bagaimanapun juga, setiap pasangan suami istri sebaiknya mengedepankan komunikasi sehat dari hati ke hati dengan penuh kesadaran dan saling memaafkan.



Wallahu A’lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)