MUI Luruskan Kalimat Hasbunallah Bukan Dzikir Perang
loading...
A
A
A
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH M Cholil Nafis memberi respons terhadap kalimat "Hasbunallah..." sebagai dzikir perang yang beredar luas di media sosial.
Dzikir "Hasbunallah wa ni'mal Wakil" yang dibaca warga Desa Wadas Purworejo saat ratusan anggota polisi datang ke desa tersebut bukanlah dzikir perang seperti yang disebutkan.
"Dzikir Hasbunallah wani'mal yaqin itu sikap menyerahkan urusan kepada Allah dan mohon perlindunganNya. Itu zikir Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat dikabarkan akan diserang pasukan kuffar Quraisy dan dzikir Nabi Ibrahim ketika dilempar ke api. Itu bukan dzikir melawan kezaliman apalagi bersiap perang," tulis Kiyai Cholil dalam akun twitternya @cholilnafis, Senin 14 Februari 2022.
Selain MUI, Ustaz Yusuf Mansur juga ikut memberikan tanggapannya. Menurut Ustaz Yusuf Mansur, dzikir حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (cukuplah Allah jadi penolong bagi kami) diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam kobaran api, dan diucapkan juga oleh Nabi Muhammad ketika orang-orang (Quraisy) mengumpulkan pasukan untuk menyerang beliau.
Tidak diragukan lagi bahwa ucapan "Hasbunallah wa Ni'mal Wakil itu..." memiliki faedah yang besar dan pengaruh besar untuk menghilangkan kesulitan dan musibah. Karena dalam kalimat dzikir tersebut kita meminta perlindungan kepada Allah, dan bersandar kepada-Nya, dan menyerahkan urusan kepada-Nya, mendeklarasikan keberserahan diri kepada Allah.
Ini adalah doa yang sesuai dalam setiap keadaaan yang menimpa seorang muslim berupa kesedihan, kekhawatiran, maupun kecemasan, atau kesulitan, ujian serta musibah. Jadi ucapannya yang pantas di saat tersebut adalah kembali kepada Allah, meminta pertolongan dengan perlindungan dan pemeliharaan-Nya yang besar dari segala makhluk.
Oleh sebab itu Imam An-Nasa'i menyebutkan doa "Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil" ini dalam kitabnya pada "Bab Doa" yang diucapkan ketika takut dengan sekelompok orang". Imam Ibnul Qayyim juga menyebutkan doa ini dalam kitabnya Al Wabil Ash Shayyib, dalam judul: "Dzikir yang diucapkan ketika menghadapi musuh, atau khawatir terhadap penguasa atau siapa pun."
Dzikir "Hasbunallah wa ni'mal Wakil" yang dibaca warga Desa Wadas Purworejo saat ratusan anggota polisi datang ke desa tersebut bukanlah dzikir perang seperti yang disebutkan.
"Dzikir Hasbunallah wani'mal yaqin itu sikap menyerahkan urusan kepada Allah dan mohon perlindunganNya. Itu zikir Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat dikabarkan akan diserang pasukan kuffar Quraisy dan dzikir Nabi Ibrahim ketika dilempar ke api. Itu bukan dzikir melawan kezaliman apalagi bersiap perang," tulis Kiyai Cholil dalam akun twitternya @cholilnafis, Senin 14 Februari 2022.
Selain MUI, Ustaz Yusuf Mansur juga ikut memberikan tanggapannya. Menurut Ustaz Yusuf Mansur, dzikir حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (cukuplah Allah jadi penolong bagi kami) diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam kobaran api, dan diucapkan juga oleh Nabi Muhammad ketika orang-orang (Quraisy) mengumpulkan pasukan untuk menyerang beliau.
Tidak diragukan lagi bahwa ucapan "Hasbunallah wa Ni'mal Wakil itu..." memiliki faedah yang besar dan pengaruh besar untuk menghilangkan kesulitan dan musibah. Karena dalam kalimat dzikir tersebut kita meminta perlindungan kepada Allah, dan bersandar kepada-Nya, dan menyerahkan urusan kepada-Nya, mendeklarasikan keberserahan diri kepada Allah.
Ini adalah doa yang sesuai dalam setiap keadaaan yang menimpa seorang muslim berupa kesedihan, kekhawatiran, maupun kecemasan, atau kesulitan, ujian serta musibah. Jadi ucapannya yang pantas di saat tersebut adalah kembali kepada Allah, meminta pertolongan dengan perlindungan dan pemeliharaan-Nya yang besar dari segala makhluk.
Oleh sebab itu Imam An-Nasa'i menyebutkan doa "Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil" ini dalam kitabnya pada "Bab Doa" yang diucapkan ketika takut dengan sekelompok orang". Imam Ibnul Qayyim juga menyebutkan doa ini dalam kitabnya Al Wabil Ash Shayyib, dalam judul: "Dzikir yang diucapkan ketika menghadapi musuh, atau khawatir terhadap penguasa atau siapa pun."
(rhs)