Malaikat yang Bertugas Menyampaikan Wahyu Bukan Hanya Jibril

Minggu, 27 Februari 2022 - 16:36 WIB
loading...
A A A
Para sahabat juga pernah melihat Jibril dalam wujud seorang Badui. Allah mengirim seorang malaikat kepada laki-laki itu, yang berkunjung kepada saudara fillah (di jalan Allah). Ia diutus untuk menyampaikan kabar gembira bahwa Allah mencintainya karena ia cinta kepada saudaranya. Hal seperti ini banyak terjadi, tetapi di sini sebagai catatan saja.



Selanjutnya, bagaimana wahyu datang kepada Rasulullah?

Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah wahyu datang kepadamu?”

Rasulullah SAW menjawab, “Kadangkala wahyu datang kepadaku seperti bunyi lonceng. Inilah yang paling berat bagiku. Selanjutnya, bunyi terputus sementara aku telah memahami maksudnya. Terkadang malaikat datang menyerupai bentuk laki-laki lalu aku memahami apa yang dikatakannya.”

Jadi, Jibril mendatangi Rasulullah SAW dan berkomunikasi dalam wujudnya sebagai malaikat. Cara ini terasa sangat berat bagi Rasulullah SAW. Adapun yang kedua adalah dengan cara Jibril mengubah wujud dari wujud malaikat menjadi wujud manusia. Cara ini lebih ringan bagi Rasulullah SAW.

Rasulullah pernah melihat wujud asli Malaikat Jibril sebanyak dua kali: satu kali terjadi tiga tahun sesudah pengangkatan sebagai rasul. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Shahih Bukhari bahwa Rasulullah bersabda:

"Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba kudengar suara dari langit. Aku pun menengadah ke atas dan ternyata ia adalah malaikat yang pernah mendatangiku di Gua Hira. Ia duduk di atas kursi di antara langit dan bumi. Aku gemetar karenanya lalu aku pun pulang dan berkata: Selimutilah aku"” (HR Bukhari)

Kali kedua, beliau melihat Jibril ketika membawanya naik ke langit. Dua kesempatan ini dituturkan dalam surah an-Najm: “Yang mempunyai akal yang cerdas dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli sedang ia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian ia mendekat lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah ia dekat (pada Muhammad sejauh) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).

Lalu ia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekkah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.” (QS An-Najm: 6-17)



Tak Hanya Sampaikan Wahyu
Tugas Jibril tidak terbatas hanya menyampaikan wahyu dari Allah Taala. Setiap tahun, pada bulan Ramadhan, Jibril mendatangi Rasulullah pada tiap malam dan meminta beliau untuk membacakan al-Quran. Hadis ini adalah sahih dan diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya.

"Jibril Menjadi Imam Nabi SAW. Jibril pernah mengimami Rasulullah dengan tujuan untuk mengajarkan cara sholat sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Taala."

Dalam Shahih Bukhari tercatat bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jibril turun kemudian mengimami aku. Aku pun sholat bersama Jibril kemudian aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat bersamanya.” (Beliau menghitung dengan jari lima kali). (HR Bukhari)

Dalam Sunan Ahmad, Sunan Nasa'i, dan Abu Dawud dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jibril mengimamiku di Baitullah sebanyak dua kali. Ia mengimamiku ketika matahari tergelincir seukuran tali terampah. Dan Jibril mengimamiku sholat ashar ketika bayang-bayang sesuatu sama ukuran dengan barang itu sendiri.

Selanjutnya, ia mengimamiku ketika orang puasa berbuka. Ia mengimamiku sholat isya saat tenggelamnya awan. la pun mengimamiku saat diharamkan makan dan minum bagi orang yang berpuasa.

Esok harinya, Jibril mengimamiku sholat zuhur ketika panjang bayang-bayang segala sesuatu sama dengan barang itu sendiri. Lalu ia mengimamiku sholat ashar saat panjang bayang-bayang segala sesuatu dua kali lipat dari sesuatu itu sendiri.

Selanjutnya, ia mengimamiku sholat maghrib saat orang yang puasa berbuka. Lalu ia mengimami aku sholat isya hingga sepertiga malam dan mengimamiku sholat ketika fajar menyingsing kemudian sinarnya menguning.

Selanjutnya, ia menoleh kepadaku dan berkata: Wahai Muhammad, ini adalah waktu sholat para nabi sebelum engkau. Waktu (sholat) adalah di antara kedua waktu ini.” (HR Ahmad, an-Nasa'i, dan Abu Dawud))
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2599 seconds (0.1#10.140)