Ramadhan Terdiri 5 Huruf, Ini Penjelasan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
loading...
A
A
A
Bagi Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, Ramadhan memiliki makna dan keistimewaan sendiri. Beliau menjelaskan arti kata Ramadhan yang jarang diketahui umat muslim.
Secara bahasa, Ramadhan sering dimaknai bulan yang panas menyengat atau membakar. Makna ini berasal dari kata Romadh (رمض) yang artinya Matahari pada bulan ini memang jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain.
Dalam Kitab Ghunyah at-Thalibin Juz 2, Syaikh Abul Qadir Al-Jilani menjabarkan arti Ramadhan yang terdiri dari lima huruf:
1. Ra' (ﺭ) artinya: Ridhwanuh (ridhanya Allah)
Ridho Allah akan sepenuhnya ditampung oleh orang yang berpuasa secara lahir maupun bathin, syariat, thoriqoh maupun hakikat. Di bulan Ramadhan, melimpahkan ridha-Nya.
2. Mim (ﻡ) artinya: Mahaabatuhu (Cintanya Allah)
Cintanya Allah yang turun dengan sepenuhnya bagi orang yang berpuasa. Dan sudah seharusnya kita menyambut cinta itu dengan menahan diri dari rasa cinta pada selain Allah.
3. Dhadh (ض) artinya: Dhomanuhu (Jaminan Allah)
Jaminan Allah kepada siapa pun di bulan ini yang berdoa, beribadah, bermunajat, dijamin diterima, karena semua pintu surga dibuka oleh Allah.
4. Alif (ﺍ) artinya: Ulfatuhu (Kasih Sayang Allah)
Kasih sayang Allah yang tercurah pada para hamba-Nya yang berpuasa.
5. Nun (ﻥ) artnya: Nuuruhu (Cahaya Allah)
Cahaya Allah memancar penuh di bulan suci dengan ditandai turunnya Al-Qur'an secara keseluruhan 30 juz di malam Lailatul Qadar, yang dinilai lebih baik ketimbang seribu bulan cahaya.
Dalam Hadits Qudsi, Allah berfirman: "Setiap amal manusia kembali padanya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu hanya untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya sendiri..."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Surga senantiasa berhias diri dari tahun ke tahun ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Bila malam pertama tiba dari bulan Ramadhan, mengembuslah angin dari bawah Arasy, yang disebut dengan angin Mutsirah. Daun-daun surga saling bertepuk, dahan-dahan dipangkas, lalu terdengarlah lonceng berbunyi yang tak pernah terdengar oleh orang yang mendengar karena indahnya. Sedangkan bidadari-bidadari bersolek hingga mereka berada di bawah kemuliaan syurga.
Mereka lalu memanggil-manggil: "Adakah yang melamar kepada Allah lalu mengawini mereka? Lalu mereka bertanya kepada Malaikat Ridwan: "Malam apakah ini?"
Lalu Malaikat Ridwan menjawab: "Wahai bidadari-bidadari kebajikan, inilah malam dari bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka bagi orang-orang berpuasa dari kalangan umat Muhammad."
Lantas Allah memerintahkan: "Wahai Ridwan bukalah semua pintu surga! Wahai Malik, tutuplah semua pintu neraka Jahim dari orang-orang yang berpuasa dari umatnya Muhammad. Wahai Jibril, turunlah ke muka bumi, belenggulah kedurhakaan setan-setan dengan berbagai belenggu. Lalu buanglah mereka ke tengah lautan hingga tidak bisa merusak lagi atas ummat kekasih-Ku Muhammad yang sedang berpuasa."
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan: "Allah berfirman: setiap malam di bulan Ramadhan tiga kali: 'Adakah orang yang memohon, Aku akan memberikan permintaannya. Adakah orang yang taubat, Aku menerima taubatnya. Adakah orang yang meminta ampunan, maka Aku akan mengampuninya?"
Referensi:
Kitab Ghunyah at-Thalibin Juz 2 karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
Secara bahasa, Ramadhan sering dimaknai bulan yang panas menyengat atau membakar. Makna ini berasal dari kata Romadh (رمض) yang artinya Matahari pada bulan ini memang jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain.
Dalam Kitab Ghunyah at-Thalibin Juz 2, Syaikh Abul Qadir Al-Jilani menjabarkan arti Ramadhan yang terdiri dari lima huruf:
1. Ra' (ﺭ) artinya: Ridhwanuh (ridhanya Allah)
Ridho Allah akan sepenuhnya ditampung oleh orang yang berpuasa secara lahir maupun bathin, syariat, thoriqoh maupun hakikat. Di bulan Ramadhan, melimpahkan ridha-Nya.
2. Mim (ﻡ) artinya: Mahaabatuhu (Cintanya Allah)
Cintanya Allah yang turun dengan sepenuhnya bagi orang yang berpuasa. Dan sudah seharusnya kita menyambut cinta itu dengan menahan diri dari rasa cinta pada selain Allah.
3. Dhadh (ض) artinya: Dhomanuhu (Jaminan Allah)
Jaminan Allah kepada siapa pun di bulan ini yang berdoa, beribadah, bermunajat, dijamin diterima, karena semua pintu surga dibuka oleh Allah.
4. Alif (ﺍ) artinya: Ulfatuhu (Kasih Sayang Allah)
Kasih sayang Allah yang tercurah pada para hamba-Nya yang berpuasa.
5. Nun (ﻥ) artnya: Nuuruhu (Cahaya Allah)
Cahaya Allah memancar penuh di bulan suci dengan ditandai turunnya Al-Qur'an secara keseluruhan 30 juz di malam Lailatul Qadar, yang dinilai lebih baik ketimbang seribu bulan cahaya.
Dalam Hadits Qudsi, Allah berfirman: "Setiap amal manusia kembali padanya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu hanya untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya sendiri..."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Surga senantiasa berhias diri dari tahun ke tahun ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Bila malam pertama tiba dari bulan Ramadhan, mengembuslah angin dari bawah Arasy, yang disebut dengan angin Mutsirah. Daun-daun surga saling bertepuk, dahan-dahan dipangkas, lalu terdengarlah lonceng berbunyi yang tak pernah terdengar oleh orang yang mendengar karena indahnya. Sedangkan bidadari-bidadari bersolek hingga mereka berada di bawah kemuliaan syurga.
Mereka lalu memanggil-manggil: "Adakah yang melamar kepada Allah lalu mengawini mereka? Lalu mereka bertanya kepada Malaikat Ridwan: "Malam apakah ini?"
Lalu Malaikat Ridwan menjawab: "Wahai bidadari-bidadari kebajikan, inilah malam dari bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka bagi orang-orang berpuasa dari kalangan umat Muhammad."
Lantas Allah memerintahkan: "Wahai Ridwan bukalah semua pintu surga! Wahai Malik, tutuplah semua pintu neraka Jahim dari orang-orang yang berpuasa dari umatnya Muhammad. Wahai Jibril, turunlah ke muka bumi, belenggulah kedurhakaan setan-setan dengan berbagai belenggu. Lalu buanglah mereka ke tengah lautan hingga tidak bisa merusak lagi atas ummat kekasih-Ku Muhammad yang sedang berpuasa."
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melanjutkan: "Allah berfirman: setiap malam di bulan Ramadhan tiga kali: 'Adakah orang yang memohon, Aku akan memberikan permintaannya. Adakah orang yang taubat, Aku menerima taubatnya. Adakah orang yang meminta ampunan, maka Aku akan mengampuninya?"
Referensi:
Kitab Ghunyah at-Thalibin Juz 2 karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani
(rhs)