Kisah Muhammad Al-Hanafiyah, Putra Ali Bin Abu Thalib yang Jago Berkelahi

Kamis, 05 Mei 2022 - 18:24 WIB
loading...
A A A
Pada gilirannya, Ali syahid di tangan orang-orang yang zhalim dan durhaka dan khilafah pun jatuh ke tangan Muawiyah bin Abi Sufyan. Muhamad Al-Hanafiyah membai’at Muawiyah dengan segenap ketaatan untuk patuh di saat damai maupun perang demi kesatuan, kedamaian dan kejayaan kaum muslimin.



Muawiyah sendiri bisa merasakan kejujuran, ketulusan dan kesucian bai’at tersebut dan percaya penuh kepada Muhammad Al-Hanafiyah. Bahkan Muawiyah memintanya agar sering-sering menganjunginya. Beberapa kali Muhammad Al-Hanafiyah ke Damaskus untuk menjumpai Muawiyah.

Sebagai contoh, ketika suatu hari kaisar Romawi menulis surat kepada Muawiyah yang antara lain berisi:

“Raja-raja dari kalangan kami memiliki kebiasaan surat menyurat dan saling mengirimkan hal-hal yang menakjubkan yang dimiliki masing-masing. Lalu kami saling berlomba dengan hal-hal yang menakjubkan yang kami miliki. Berkenankah Anda mengizinkan kami melakukan hal yang sama seperti kebiasaan yang berlaku di antara kami?”

Muawiyah menyetujui tawaran itu dan memberikan izin. Setelah itu kaisar Romawi mengirimkan dua orang lelaki yang berpenampilan menakjubkan. Yang satu luar biasa tingginya dan besar perawakannya seakan ia adalah pohon besar menjulang di tengah hutan, atau suatu bangunan yang besar. Yang satu lagi kuatnya luar biasa dan ototnya kuat bagaikan binatang buas. Kedatangan keduanya diserta sepucuk surat berbunyi, “Adakah orang yang menyamai kebesaran dan kekuatan orang ini di di negeri Anda?”

Mu’awiyah bermusyawarah dengan Amru bin ‘Ash. “Untuk orang yang tinggi besar itu aku sudah menemukan tandingannya, bahkan melampauinya yaitu Qais bin Sa’ad bin Ubadah. Tetapi untuk menandingi orang yang kuat itu aku meminta pertimbanganmu,” ujar Mu’awiyah kepada Amru bin ‘Ash.

“Ada dua orang yang cocok, hanya saja keduanya jauh dari Anda mereka adalah Muhammad Al-Hanafiyah dan Abdullah bin Zubair,” jawab Amru bin ‘Ash.

“Bukankah Muhammad Al-Hanafiyah tidak jauh dari kita?”

“Tapi apakah menurut Anda dengan kedudukannya yang mulia itu, beliau bersedia diadu dengan si Romawi di depan khalayak ramai?” tanya Amru bin ‘Ash ragu.

“Beliau pasti bersedia, bahkan lebih dari itu selagi beliau melihat ada kebaikan di dalamnya dan Islam semakin nampak berwibawa,” jawab Muawiyah yakin.

Kemudian Muawiyah memanggil Qais bin Sa’ad dan Muhammad Al-Hanafiyah.

Gelanggang dibuka untuk mengetahui siapa yang lebih tinggi, Qais bin Sa’adi membuka celana luarnya dan dilemparkannya kepada orang Romawi sambil menyuruh untuk memakainya. Ketika dipakai ternyata menutup sampai ke dada sehingga orang-orang pun tertawa geli melihatnya.



Giliran Muhammad Al-Hanafiyah, dia berkata kepada penerjemah, “Katakan kepada orang Romawi ini, dia boleh memilih, dia duduk dan aku berdiri, lalu dia harus bisa membuat aku duduk atau aku yang membuat dia berdiri. Boleh juga dia memilih berdiri dan aku duduk..” Orang Romawi itu lebih memilih duduk.

Kemudian Muhammad Al-Hanafiyah memegang tangan si Romawi kemudian beliau berhasil menariknya sampai berdiri. Sedangkan orang Romawi itu tak mampu membuat Muhammad Al-Hanafiyah duduk.

Orang Romawi itu penasaran, lalu ia memilih berdiri dan Muhammad Al-Hanafiyah duduk. Muhammad Al-Hanafiyah menarik tangan si Romawi sampai rasanya nyaris putus dari pundaknya dan akhirnya ia terduduk di atas tanah.

Akhirnya, kedua orang dari negeri seberang itu pulang ke negerinya dengan membawa kekalahan dan kehinaan.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4454 seconds (0.1#10.140)