Kisah Zainab binti Khuzaimah, Dinikahi Rasulullah SAW setelah Menjanda Dua Kali
loading...
A
A
A
Rasulullah SAW memiliki dua istri yang bernama sama yakni Zainab. Satu Zainab binti Khuzaimah dan satu lagi Zainab binti Jahsy . Yang akan kita ceritakan ini kali adalah Sayyidah Zainab bintu Khuzaimah radhiyallahu ‘anha (595-626 M).
Nama lengkapnya Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al Hilaliyah. Ibunya bernama Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah.
Sayyidah Zainab lahir sebelum tahun ke-13 Rasul mendapatkan kenabiannya. Wanita dermawan ini berasal dari keluarga yang dihormati dan disegani.
Kedermawanannya telah dikenal, bahkan sebelum beliau memeluk Islam. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Sayyidah Zainab sudah digelari Ummul Masakin.
Sayyidah Zainab selalu mengutamakan kedermawanannya pada orang-orang miskin daripada memanjakan dirinya sendiri dengan harta benda yang dimiliki. Sifat penyantun yang dimilikinya pun sudah ada sebelum beliau mengetahui bahwa dengan sifatnya dapat mendatangkan pahala dari Allah SWT.
Dalam kehidupan beragamanya, Sayyidah Zainab termasuk kelompok wanita pertama yang memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, beliau menolak syirik dan menyembah berhala. Beliau juga selalu menjauhkan diri dari perbuatan Jahiliyah.
Sebelum menikah dengan Rasulullah ketika masa Jahiliyah Sayyidah Zainab menikah dengan Thufail bin Harits. Namun, Thufail menceraikannya karena tak kunjung memiliki anak saat hijrah ke Madinah.
Kemudian, untuk memuliakanya, saudara laki-laki Thufail, Ubaidah bin Harits, menikahinya. Ubaidah dikenal sebagai seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib.
Keperkasaannya dibuktikan hingga ia gugur syahid dalam perang Badar, Zainab pun kembali menjanda. Untuk melindungi dan meringankan beban kehidupan Sayyidah Zainab, Rasulullah pun menikahinya.
Rasulullah luluh karena kebaikan hati dan lemah lembut Zainab terhadap orang miskin. Rasulullah selalu mendahulukan kepentingan kaum Muslimin, termasuk kepentingan Sayyidah Zainab.
Wajah Sayyidah Zainab memang tidak terlalu cantik, tapi kecantikan hatinya yang membuat ia dinikahi Rasulullah. Beberapa sahabat juga enggan menikahinya setelah ia kehilangan Ubaidah sebagai pahlawan Badar.
Rasulullah SAW menikahi Sayyidah Zainab pada bulan Ramadhan tahun 3 Hijriyah. Nabi menikah dengan Sayyidah Zainab setelah beliau menikah dengan Sayyidah Hafshah binti Umar.
Ath-Thabary, dalam kitab As-Samthus-Samin fi Manaqibi Ummahatil Mu’minin pun menerangkan bahwa Rasulullah SAW menikahinya sebelum beliau menikah dengan Maimunah binti al-Harits ra.
Ketika menikah, Rasulullah memberikan sebesar 10 uqiyah perak dan merayakan walimah dengan berbagai hidangan. Undangan pun tak hanya diberikan pada kaum berada, kaum dhuafa pun diundang dan duduk bersama menikmati hidangan yang disediakan.
Biasanya, Rasul mengingkari gelar yang didapatkan ketika pada masa Jahiliyah. Tetapi, tidak dengan gelar yang didapatkan Sayyidah Zainab sebagai Ummul Masakin.
Sayyidah Zainab juga dikenal selalu meringankan beban saudaranya, seperti perlakuan dia terhadap budaknya. Sayyidah Zainab memiliki seorang budak dari Habasyah. Seluruh budak yang dimilikinya tidak pernah diperlakukan layaknya budak. Perlakuannya terhadap budak diberikan seperti kerabat dekat.
Hanya saja, kebersamaan Sayyidah Zainab dengan Rasulullah sebagai suami istri tak berlangsung lama. Hanya tiga bulan saja.
Beliau adalah istri Rasulullah yang wafat setelah Sayyidah Khadijah ra. Rasulullah SAW sendiri yang merawat jenazah Sayyidah Zainab saat wafat.
Sayyidah Zainab wafat pada akhir Rabiul Akhir bulan ke-39 sejak hijrahnya Rasulullah. Rasul pun menguburkan Zainab di Baqi. Zainab meninggal di usia yang cukup muda, 30 tahun.
Para sejarawan menulis bahwa Sayyidah Zainab adalah istri pertama dari istri-istri Nabi yang meninggal di Madinah. Nabi Muhammad SAW tidak memiliki anak darinya.
Nama lengkapnya Zainab binti Khuzaimah bin Haris bin Abdillah bin Amru bin Abdi Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’shaah al Hilaliyah. Ibunya bernama Hindun binti Auf bin Harits bin Hamathah.
Sayyidah Zainab lahir sebelum tahun ke-13 Rasul mendapatkan kenabiannya. Wanita dermawan ini berasal dari keluarga yang dihormati dan disegani.
Kedermawanannya telah dikenal, bahkan sebelum beliau memeluk Islam. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Sayyidah Zainab sudah digelari Ummul Masakin.
Sayyidah Zainab selalu mengutamakan kedermawanannya pada orang-orang miskin daripada memanjakan dirinya sendiri dengan harta benda yang dimiliki. Sifat penyantun yang dimilikinya pun sudah ada sebelum beliau mengetahui bahwa dengan sifatnya dapat mendatangkan pahala dari Allah SWT.
Dalam kehidupan beragamanya, Sayyidah Zainab termasuk kelompok wanita pertama yang memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, beliau menolak syirik dan menyembah berhala. Beliau juga selalu menjauhkan diri dari perbuatan Jahiliyah.
Sebelum menikah dengan Rasulullah ketika masa Jahiliyah Sayyidah Zainab menikah dengan Thufail bin Harits. Namun, Thufail menceraikannya karena tak kunjung memiliki anak saat hijrah ke Madinah.
Kemudian, untuk memuliakanya, saudara laki-laki Thufail, Ubaidah bin Harits, menikahinya. Ubaidah dikenal sebagai seorang prajurit penunggang kuda yang paling perkasa setelah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib.
Keperkasaannya dibuktikan hingga ia gugur syahid dalam perang Badar, Zainab pun kembali menjanda. Untuk melindungi dan meringankan beban kehidupan Sayyidah Zainab, Rasulullah pun menikahinya.
Rasulullah luluh karena kebaikan hati dan lemah lembut Zainab terhadap orang miskin. Rasulullah selalu mendahulukan kepentingan kaum Muslimin, termasuk kepentingan Sayyidah Zainab.
Wajah Sayyidah Zainab memang tidak terlalu cantik, tapi kecantikan hatinya yang membuat ia dinikahi Rasulullah. Beberapa sahabat juga enggan menikahinya setelah ia kehilangan Ubaidah sebagai pahlawan Badar.
Rasulullah SAW menikahi Sayyidah Zainab pada bulan Ramadhan tahun 3 Hijriyah. Nabi menikah dengan Sayyidah Zainab setelah beliau menikah dengan Sayyidah Hafshah binti Umar.
Ath-Thabary, dalam kitab As-Samthus-Samin fi Manaqibi Ummahatil Mu’minin pun menerangkan bahwa Rasulullah SAW menikahinya sebelum beliau menikah dengan Maimunah binti al-Harits ra.
Ketika menikah, Rasulullah memberikan sebesar 10 uqiyah perak dan merayakan walimah dengan berbagai hidangan. Undangan pun tak hanya diberikan pada kaum berada, kaum dhuafa pun diundang dan duduk bersama menikmati hidangan yang disediakan.
Biasanya, Rasul mengingkari gelar yang didapatkan ketika pada masa Jahiliyah. Tetapi, tidak dengan gelar yang didapatkan Sayyidah Zainab sebagai Ummul Masakin.
Sayyidah Zainab juga dikenal selalu meringankan beban saudaranya, seperti perlakuan dia terhadap budaknya. Sayyidah Zainab memiliki seorang budak dari Habasyah. Seluruh budak yang dimilikinya tidak pernah diperlakukan layaknya budak. Perlakuannya terhadap budak diberikan seperti kerabat dekat.
Hanya saja, kebersamaan Sayyidah Zainab dengan Rasulullah sebagai suami istri tak berlangsung lama. Hanya tiga bulan saja.
Beliau adalah istri Rasulullah yang wafat setelah Sayyidah Khadijah ra. Rasulullah SAW sendiri yang merawat jenazah Sayyidah Zainab saat wafat.
Sayyidah Zainab wafat pada akhir Rabiul Akhir bulan ke-39 sejak hijrahnya Rasulullah. Rasul pun menguburkan Zainab di Baqi. Zainab meninggal di usia yang cukup muda, 30 tahun.
Para sejarawan menulis bahwa Sayyidah Zainab adalah istri pertama dari istri-istri Nabi yang meninggal di Madinah. Nabi Muhammad SAW tidak memiliki anak darinya.
(mhy)