Inilah Tanda Orang yang Beruntung Dalam Pandangan Syariat

Kamis, 02 Juni 2022 - 10:14 WIB
loading...
Inilah Tanda Orang yang Beruntung Dalam Pandangan Syariat
Salah satu tanda orang yang beruntung dalam pandangan syariat adalah mereka yang memperoleh hidayah Allah Taala. Foto ilustrasi/ist
A A A
Salah satu tanda orang beruntung dalam pandangan syariat adalah mereka yang mendapat hidayah Allah Subhanahu wa ta'ala. Mengapa demikian? Bagaimana tidak, setelah sebagian umurnya hanya digunakan untuk hal yang sia-sia, banyak maksiat, meninggalkan ibadah, dan hanya mementingkan dunia, tiba-tiba seseorang menjadi tekun beribadah. Tiba-tiba dalam hidupnya hanya punya satu fokus yang dia tuju, yakni menggapai ridha Allah Ta'ala.

Orang yang mendapatkan hidayah harus bersyukur kepada Allah Robbul'Alamin. Sebab, dari posisi dia sebelumnya yang bergelimang dosa, Allah menyelamatkannya menuju cahaya kebenaran. Allah menjadikan jiwanya ringan menjalankan semua syariat-Nya. Hidayah merupakan anugerah Allah yang berisi petunjuk ke jalan kebaikan.


Hidayah itu seperti sinar cahaya di saat purnama. Seseorang yang ingin menikmati indahnya cahaya rembulan , harus keluar rumah untuk mendapatkan cahayanya. Bukan hanya terdiam di dalam ruang yang gelap. Begitulah, cahaya itu didatangkan Allah dan hanya diberikan AllahTa'ala kepada makhluk yang dikehendaki-Nya. Firman AllahTa'ala :

إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ


“Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al- Qashas ayat 56)

Hidayah juga penyebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.

Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ


“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf:178).

Dalam ayat lain,AllahTa’ala juga berfirman:

مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا


“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.” (QS al-Kahf:17).

Untuk mendapatkan hidayah Allah maka jangan diam dan melupakan-Nya. Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita dalam setiap rakaat shalat untuk selalu memohon kepada-Nya hidayah ke jalan yang lurus di dalam surah al-Fatihah yang merupakan surah yang paling agung dalam Al-Qur'an, karena sangat besar dan mendesaknya kebutuhan manusia terhadap hidayah Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ


“Bimbinglah kami (hidayah) ke jalan yang lurus"

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Seorang hamba senantiasa kebutuhannya sangat mendesak terhadap kandungan doa (dalam ayat) ini, karena sesungguhnya tidak ada keselamatan dari siksa (neraka) dan pencapaian kebahagiaan (yang abadi di surga) kecuali dengan hidayah (dari Allah Ta’ala) ini. Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan hidayah ini berarti dia termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah (seperti orang-orang Yahudi) atau orang-orang yang tersesat (seperti orang-orang Nasrani)”.



Oleh karena itu, Imam Ibnu Katsir ketika menjawab pertanyaan sehubungan dengan makna ayat di atas: Bagaimana mungkin seorang mukmin selalu meminta hidayah di setiap waktu, baik di dalam shalat maupun di luar shalat, padahal dia telah mendapatkan hidayah, apakah ini termasuk meminta sesuatu yang telah ada pada dirinya atau tidak demikian?

Imam Ibnu Katsir berkata: “Jawabannya: tidak demikian, kalaulah bukan karena kebutuhan seorang mukmin di siang dan malam untuk memohon hidayah maka Allah tidak akan memerintahkan hal itu kepadanya."
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1674 seconds (0.1#10.140)