Kisah Nabi Ibrahim yang Selalu Lulus Saat Diuji Allah Ta'ala
loading...
A
A
A
Allah banyak menguji Nabi Ibrahim sehingga menempatkan dirinya sebagai pemimpin dan teladan bagi umat sesudahnya. Bapak para nabi ini senantiasa lulus dalam menjalankan ujian tersebut.
Keterangan beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang banyak dihubungkan dengan ujian-ujian Allah SWT kepada Nabi Ibrahim dapat ditemukan dalam ayat tentang kisah Nabi Ibrahim, di antaranya:
Pertama, kisah Nabi Ibrahim as yang rela mengurbankan perasaannya sendiri ketika harus berhadapan dengan ayah dan kaumnya yang musyrik, bahkan sampai harus menghadapi hukuman dibakar hidup-hidup. Kisah-kisah ini dapat ditemukan dalam keterangan surat Al-Anbiya ’ 51-69.
Kedua, kisah ketika Allah memerintah untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail. Bahkan setelah sekian lama ia menantikan keturunan sebelum Ismail dilahirkan. Hal ini dikisahkan dalam Surat Ash-Shaffat ayat 102-107.
Ketiga, kisah dirinya dan putranya, Ismail yang membangun masjid al-haram dengan menyisihkan tenaga, sebagaimana keterangan dalam surat Al-Baqarah ayat 125-127.
Fuad al-Baqi’ dalam kitab "Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fadl Al-Qur’an" menjelaskan bahwa secara etimologi kata ujian dalam al-Qur’an disebutkan dengan lafadz ابتلى sebanyak 8 kali dalam Al-Qur’an yang terdapat pada surat al-Baqarah ayat 124, al-fajr ayat 15 dan 16, al-Insan ayat 2, Ali Imran ayat 152 dan 154, an-Nisa’ ayat 6 dan al-azhab ayat 11.
Sedangkan dalam Lisan al-Arab makna lafadz ابتلى sama dengan اختبر yang berarti menguji baik berupa ujian kebaikan ataupun ujian kejelekan, sehingga beberapa ayat tersebut sama bermakna menguji atau diuji, baik berupa ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim maupun umat Islam secara umum. Namun ujian yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim as hanya disebut sekali dalam Al-Qur’an, yakni dalam surat al-Baqarah ayat 124.
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Wahbah az-Zuhaily dalam Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al’Manhaj mengatakan bahwa ujian Allah kepada Nabi Ibrahim pada ayat tersebut disebutkan menggunakan lafadz ابتلى ابراهيم ربه بكلمات yang bermakna Allah menguji Nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat.
Dalam konteks ini, ujian Allah merupakan sebuah pilihan bagi Nabi Ibrahim antara menunaikan atau berpaling darinya. Hanya saja ujian bagi seorang hamba dari tuhannya tentu merupakan sebuah perintah yang harus ditunaikan.
Wahbah az-Zuhaily juga memahami bahwa ujian Allah kepada Nabi Ibrahim as mengandung makna tentang keutamaan bagi Nabi Ibrahim, sebab dalam ayat ini pula, Allah mengabarkan tentang balasan kepada Nabi Ibrahim berupa kemulian baginya.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan ada penjelasan bahwa secara umum ulama’ tafsir sependapat bahwa ujian Allah bagi Nabi Ibrahim merupakan suatu perintah dan larangan untuk menguji seberapa tinggi tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim.
Namun, spesifik ujian Allah dengan lafadz بكلمات menimbulkan perdebatan dan pertanyaan apa maksud dari beberapa kalimat tersebut. Ibnu Katsir turut menafsirkannya sebagai kalimat al-Qadriyah atau asy-Syari’ah yakni berupa syar’iat tentang perintah dan larangan Allah SWT. Ia mengkolerasikan lafadz بكلمات dalam arti syari’at dengan keterangan yang ada dalam surat at-tahrim ayat 12 dan al-An’am ayat 115.
Perbedaan penafsiran tentang makna بكلمات tidak lepas dari tidak adanya keterangan ayat Al-Qur’an dan hadis nabi yang menjelaskan tentang ayat tersebut. Walaupun perbedaan penafsiran hanya terletak pada aspek spesifik ujian Allah kepada Nabi Ibrahim, akan tetapi esensinya ulama’ tafsir sepaham bahwa ujian Allah berupa perintah dan larangan bagi Nabi Ibrahim.
Ujian tersebut telah ditunaikan secara sempurna yang dinyatakan dalam lafadz فاتمهن (telah menunaikan). Dengan demikian perintah dan larangan Allah kepada Nabi Ibrahim, mengindikasikan bahwa ujian diberikan secara bertahap untuk menjadikannya sebagai pemimpin.
Kisah-kisah Nabi Ibrahim as dalam Al-Qur'an merupakan bukti keistemaawaan dirinya di sisi Allah SWT. Di samping itu, hikmah dari kisah-kisah tersebut dapat menjadi teladan bagi umat Islam dalam meniru ketakwaannya kepada Allah SWT.
Keterangan beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang banyak dihubungkan dengan ujian-ujian Allah SWT kepada Nabi Ibrahim dapat ditemukan dalam ayat tentang kisah Nabi Ibrahim, di antaranya:
Pertama, kisah Nabi Ibrahim as yang rela mengurbankan perasaannya sendiri ketika harus berhadapan dengan ayah dan kaumnya yang musyrik, bahkan sampai harus menghadapi hukuman dibakar hidup-hidup. Kisah-kisah ini dapat ditemukan dalam keterangan surat Al-Anbiya ’ 51-69.
Kedua, kisah ketika Allah memerintah untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail. Bahkan setelah sekian lama ia menantikan keturunan sebelum Ismail dilahirkan. Hal ini dikisahkan dalam Surat Ash-Shaffat ayat 102-107.
Ketiga, kisah dirinya dan putranya, Ismail yang membangun masjid al-haram dengan menyisihkan tenaga, sebagaimana keterangan dalam surat Al-Baqarah ayat 125-127.
Fuad al-Baqi’ dalam kitab "Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fadl Al-Qur’an" menjelaskan bahwa secara etimologi kata ujian dalam al-Qur’an disebutkan dengan lafadz ابتلى sebanyak 8 kali dalam Al-Qur’an yang terdapat pada surat al-Baqarah ayat 124, al-fajr ayat 15 dan 16, al-Insan ayat 2, Ali Imran ayat 152 dan 154, an-Nisa’ ayat 6 dan al-azhab ayat 11.
Sedangkan dalam Lisan al-Arab makna lafadz ابتلى sama dengan اختبر yang berarti menguji baik berupa ujian kebaikan ataupun ujian kejelekan, sehingga beberapa ayat tersebut sama bermakna menguji atau diuji, baik berupa ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim maupun umat Islam secara umum. Namun ujian yang Allah berikan kepada Nabi Ibrahim as hanya disebut sekali dalam Al-Qur’an, yakni dalam surat al-Baqarah ayat 124.
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Wahbah az-Zuhaily dalam Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al’Manhaj mengatakan bahwa ujian Allah kepada Nabi Ibrahim pada ayat tersebut disebutkan menggunakan lafadz ابتلى ابراهيم ربه بكلمات yang bermakna Allah menguji Nabi Ibrahim dengan beberapa kalimat.
Dalam konteks ini, ujian Allah merupakan sebuah pilihan bagi Nabi Ibrahim antara menunaikan atau berpaling darinya. Hanya saja ujian bagi seorang hamba dari tuhannya tentu merupakan sebuah perintah yang harus ditunaikan.
Wahbah az-Zuhaily juga memahami bahwa ujian Allah kepada Nabi Ibrahim as mengandung makna tentang keutamaan bagi Nabi Ibrahim, sebab dalam ayat ini pula, Allah mengabarkan tentang balasan kepada Nabi Ibrahim berupa kemulian baginya.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir disebutkan ada penjelasan bahwa secara umum ulama’ tafsir sependapat bahwa ujian Allah bagi Nabi Ibrahim merupakan suatu perintah dan larangan untuk menguji seberapa tinggi tingkat ketakwaan Nabi Ibrahim.
Namun, spesifik ujian Allah dengan lafadz بكلمات menimbulkan perdebatan dan pertanyaan apa maksud dari beberapa kalimat tersebut. Ibnu Katsir turut menafsirkannya sebagai kalimat al-Qadriyah atau asy-Syari’ah yakni berupa syar’iat tentang perintah dan larangan Allah SWT. Ia mengkolerasikan lafadz بكلمات dalam arti syari’at dengan keterangan yang ada dalam surat at-tahrim ayat 12 dan al-An’am ayat 115.
Perbedaan penafsiran tentang makna بكلمات tidak lepas dari tidak adanya keterangan ayat Al-Qur’an dan hadis nabi yang menjelaskan tentang ayat tersebut. Walaupun perbedaan penafsiran hanya terletak pada aspek spesifik ujian Allah kepada Nabi Ibrahim, akan tetapi esensinya ulama’ tafsir sepaham bahwa ujian Allah berupa perintah dan larangan bagi Nabi Ibrahim.
Ujian tersebut telah ditunaikan secara sempurna yang dinyatakan dalam lafadz فاتمهن (telah menunaikan). Dengan demikian perintah dan larangan Allah kepada Nabi Ibrahim, mengindikasikan bahwa ujian diberikan secara bertahap untuk menjadikannya sebagai pemimpin.
Kisah-kisah Nabi Ibrahim as dalam Al-Qur'an merupakan bukti keistemaawaan dirinya di sisi Allah SWT. Di samping itu, hikmah dari kisah-kisah tersebut dapat menjadi teladan bagi umat Islam dalam meniru ketakwaannya kepada Allah SWT.
(mhy)