4 Adab Menyembelih Hewan Kurban Menurut Ustaz Adi Hidayat
loading...
A
A
A
Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan tips adab menyembelih hewan kurban. Penjelasan ini disampaikan UAH dalam jaringan Youtube yang dilansir berbagai akun salah satunya Qur’an Shidiq. UAH menyebut setidaknya ada 4 adab menyembelih hewan kurban.
1. Hadapkan hewan ke arah kiblat
Seorang sahabat Rasulullah berkata bahwa ia sering kali melihat Rasulullah SAW setiap kali menyembelih hewan kurban menghadapkan hewannya ke arah kiblat.
Penjelasan Ustaz Adi Hidayat ini selaras dengan apa yang disebutkan dalam kitab Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21: 196: Hewan yang hendak disembelih dihadapkan ke kiblat pada posisi tempat organ yang akan disembelih (lehernya) bukan wajahnya. Karena itulah arah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut Fuad Zein, Ketua Divisi Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah , cara yang tepat untuk menghadapkan hewan ke arah kiblat ketika menyembelih adalah dengan memposisikan kepala di Selatan, kaki di Barat, dan leher menghadap ke Barat.
“Karena organ itu kebanyakan berada di posisi sebelah kiri, sehingga lebih nyaman dibaringkan sebelah kiri, sehingga kalau dibaringkan ke sebelah kanan, karena organ banyak di sebelah kanan maka nanti organ akan menindih sebelah kiri, nanti dikhawatirkan akan mempengaruhi diafragma,” jelas Fuad Zein.
Fuad menambahkan, adab lainnya adalah membaringkan hewan yang akan disembelih di atas lambung sebelah kiri. Imam an-Nawawi dan para ulama sepakat, bahwa cara membaringkan hewan yang benar adalah ke arah kiri. Karena ini akan memudahkan penyembelih untuk memotong hewan dengan tangan kanan dan memegangi leher dengan tangan kiri.
2. Tujukan untuk siapa kurban tersebut
Menurut Ustaz Adi Hidayat, Jika untuk perorangan maka katakanlah untuk perorangan. Jika untuk satu keluarga diperbolehkan. "Tak masalah jika berkecukupan untuk kurban per orang di satu keluarga," tuturnya.
Janganlah memaksakan jika ekonomi hanya cukup untuk satu hewan kurban saja. "Solusinya Anda bisa berkurban untuk satu keluarga, misalnya dengan mengatasnamakan Keluarga Besar Adi Hidayat," ujarnya sembari menjelaskan bahwa umat Muhammad, ditujukan kepada seorang yang telah tiada selain itu. "Anda juga diperbolehkan memberikan hewan kepada yang tidak mampu," lanjutnya.
3. Sembelih dan ucapkan Bismillahi Allahu Akbar
Ketika ingin menyembelih baguskan sembelihannya. Dianjurkan untuk mencari urat hewan yang baik ketika ingin menyembelih, agar sembelih menjadi seketika (tidak berkali-kali disembelih) dan tidak membuat hewan merasa kesakitan.
“Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengasah pisau,” ujar Ustaz Adi Hidayat. Saking kasihnya Nabi dengan hewan beliau juga berkata janganlah mengasahnya di depan hewan yang akan disembelih.
Sebab hewan akan merasa takut atau justru stres saat melihat pisau di hadapannya. Adab ini juga memiliki dasar pada hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah sebagaimana disebut Ustaz Adi Hidayat.
Ini juga sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.”
Fuad Zein menambahkan, ketika menyembelih dengan menginjakan kaki di leher hewan. Adab ini merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah SAW meletakkan kakinya di leher hewan tersebut, membaca basmalah dan bertakbir, kemudian menyembelih dua ekor domba dengan tangannya sendiri.
4. Jika sudah selesai, menghadaplah kiblat dan mengucapkan:
اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wa maa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.
Artinya: "Sesungguhnya aku telah menghadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi di atas agama Ibrahim dengan lurus, dan aku bukan termasuk orang-orang yang berbuat syirik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, serta hidup dan matiku adalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagiNya, dengan itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang yang pertama-tama menyerahkan diri."
1. Hadapkan hewan ke arah kiblat
Seorang sahabat Rasulullah berkata bahwa ia sering kali melihat Rasulullah SAW setiap kali menyembelih hewan kurban menghadapkan hewannya ke arah kiblat.
Penjelasan Ustaz Adi Hidayat ini selaras dengan apa yang disebutkan dalam kitab Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21: 196: Hewan yang hendak disembelih dihadapkan ke kiblat pada posisi tempat organ yang akan disembelih (lehernya) bukan wajahnya. Karena itulah arah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut Fuad Zein, Ketua Divisi Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah , cara yang tepat untuk menghadapkan hewan ke arah kiblat ketika menyembelih adalah dengan memposisikan kepala di Selatan, kaki di Barat, dan leher menghadap ke Barat.
“Karena organ itu kebanyakan berada di posisi sebelah kiri, sehingga lebih nyaman dibaringkan sebelah kiri, sehingga kalau dibaringkan ke sebelah kanan, karena organ banyak di sebelah kanan maka nanti organ akan menindih sebelah kiri, nanti dikhawatirkan akan mempengaruhi diafragma,” jelas Fuad Zein.
Fuad menambahkan, adab lainnya adalah membaringkan hewan yang akan disembelih di atas lambung sebelah kiri. Imam an-Nawawi dan para ulama sepakat, bahwa cara membaringkan hewan yang benar adalah ke arah kiri. Karena ini akan memudahkan penyembelih untuk memotong hewan dengan tangan kanan dan memegangi leher dengan tangan kiri.
2. Tujukan untuk siapa kurban tersebut
Menurut Ustaz Adi Hidayat, Jika untuk perorangan maka katakanlah untuk perorangan. Jika untuk satu keluarga diperbolehkan. "Tak masalah jika berkecukupan untuk kurban per orang di satu keluarga," tuturnya.
Janganlah memaksakan jika ekonomi hanya cukup untuk satu hewan kurban saja. "Solusinya Anda bisa berkurban untuk satu keluarga, misalnya dengan mengatasnamakan Keluarga Besar Adi Hidayat," ujarnya sembari menjelaskan bahwa umat Muhammad, ditujukan kepada seorang yang telah tiada selain itu. "Anda juga diperbolehkan memberikan hewan kepada yang tidak mampu," lanjutnya.
3. Sembelih dan ucapkan Bismillahi Allahu Akbar
Ketika ingin menyembelih baguskan sembelihannya. Dianjurkan untuk mencari urat hewan yang baik ketika ingin menyembelih, agar sembelih menjadi seketika (tidak berkali-kali disembelih) dan tidak membuat hewan merasa kesakitan.
“Rasulullah SAW memerintahkan untuk mengasah pisau,” ujar Ustaz Adi Hidayat. Saking kasihnya Nabi dengan hewan beliau juga berkata janganlah mengasahnya di depan hewan yang akan disembelih.
Sebab hewan akan merasa takut atau justru stres saat melihat pisau di hadapannya. Adab ini juga memiliki dasar pada hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah sebagaimana disebut Ustaz Adi Hidayat.
Ini juga sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.”
Fuad Zein menambahkan, ketika menyembelih dengan menginjakan kaki di leher hewan. Adab ini merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah SAW meletakkan kakinya di leher hewan tersebut, membaca basmalah dan bertakbir, kemudian menyembelih dua ekor domba dengan tangannya sendiri.
4. Jika sudah selesai, menghadaplah kiblat dan mengucapkan:
اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wa maa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil 'aalamiin. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.
Artinya: "Sesungguhnya aku telah menghadapkan wajahku kepada Dzat yang telah menciptakan langit dan bumi di atas agama Ibrahim dengan lurus, dan aku bukan termasuk orang-orang yang berbuat syirik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, serta hidup dan matiku adalah untuk Allah Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagiNya, dengan itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang yang pertama-tama menyerahkan diri."
(mhy)