Munculnya Penyembah Berhala dan Kisah Nabi Ibrahim Membangun Kakbah pada 8 Zulhijah

Kamis, 07 Juli 2022 - 16:37 WIB
loading...
A A A
Kemudian datang Nabi Syu'aib kepada bangsa Mad-yan yang terletak di Hijaz, mengajak supaya mereka menyembah Allah. Juga tidak didengar Merekapun mengalami kehancuran seperti yang terjadi terhadap golongan 'Ad dan Thamud.

Selain para nabi itu juga al-Qur'an telah menceritakan tentang ajakan mereka supaya menyembah Allah yang Esa. Sikap golongan itu begitu sombong. Mereka tetap bersikeras hendak menyembah berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Kakbah itu.



Mereka berziarah ke tempat itu setiap tahun; mereka datang dari segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak akan mengadakan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul." (Qur'an 17: 15)

Jabatan Pengelola Kakbah
Sejak didirikan Kakbah di Mekah itu sudah ada jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh Qushayy bin Kilab pada pertengahan abad kelima Masehi.

Pada waktu itu para pemuka Mekkah berkumpul. Jabatan-jabatan hijaba, siqaya, rifada, nadwa, liwa' dan qiyada dipegang semua oleh Qushay.

Hijaba ialah penjaga pintu Kakbah atau yang memegang kuncinya. Siqaya ialah menyediakan air tawar - yang sangat sulit waktu itu bagi mereka yang datang berziarah serta menyediakan minuman keras yang dibuat dari kurma.

Rifada ialah memberi makan kepada mereka semua. Nadwa ialah pimpinan rapat pada tiap tahun musim. Liwa' ialah panji yang dipancangkan pada tombak lalu ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan qiyada ialah pimpinan pasukan bila menuju perang.

Jabatan-jabatan demikian itu di Mekkah sangat terpandang. Dalam masalah ibadat seolah pandangan orang-orang Arab semua tertuju ke Kakbah itu.

Haekal mengatakan, tatkala Kakbah dibangun menurut gambaran yang ada dalam khayal kita - tidak lebih Mekkah hanya terdiri dari kabilah-kabilah Amalekit dan Jurhum.

Sesudah Nabi Ismail menetap di sana dan bersama-sama dengan Nabi Ibrahim membangun Kakbah, barulah Mekkah mengalami perkembangan. Untuk beberapa waktu yang cukup lama kemudian ia menjadi sebuah kota atau yang menyerupai kota.

"Kita katakan menyerupai kota, karena Mekkah dengan penduduknya waktu itu masih membawa sifat sisa-sisa keterbelakangan dalam arti yang sangat bersahaja," ujar Haekal.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2852 seconds (0.1#10.140)