Munculnya Penyembah Berhala dan Kisah Nabi Ibrahim Membangun Kakbah pada 8 Zulhijah

Kamis, 07 Juli 2022 - 16:37 WIB
loading...
Munculnya Penyembah Berhala dan Kisah Nabi Ibrahim Membangun Kakbah pada 8 Zulhijah
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kakbah pada 8 Zulhijah. Foto/Ilustrasi: ist
A A A
Pada tanggal 8 Zulhijah adalah hari bersejarah. Pada hari itu Allah Taala memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Kakbah . Dan tatkala bangunan Kakbah telah jadi, Nabi Ibrahim merenung apakah yang ia lakukan mendapat pahala atau tidak.

Maka disebutlah hari kedelapan dari bulan Zulhijah dengan yaum al-tarwiyah yang artinya hari merenung dan berpikir.



Kakbah adalah bangunan pertama dibuat untuk manusia beribadat. Rumah ini sudah diberi berkah dan bimbingan bagi semesta alam. Di situlah terdapat keterangan-keterangan yang jelas sebagai Maqam (tempat) Ibrahim; barangsiapa memasukinya menjadi aman." ( Qur'an, 3 : 96-97)

"Dan ingatlah, Kami jadikan Rumah itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah Maqam Ibrahim itu tempat bersembahyang, dan kami serahkan kepada Ibrahim dan Ismail menyucikan RumahKu bagi mereka yang bertawaf, mereka yang tinggal menetap dan mereka yang ruku' dan sujud. Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: 'Tuhanku, jadikan tempat ini Kota yang aman dan berikanlah buah-buahan kepada penduduknya, mereka yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian.' Ia berkata: 'Dan bagi barangsiapa yang menolak iman akan Kuberi juga kesenangan sementara, kemudian Kutarik ia ke dalam siksa api, tujuan yang paling celaka,. Dan ingatlah tatkala Ibrahim dan Ismail mengangkat sendi-sendi Rumah Suci itu (mereka berdoa): 'Tuhan, terimalah ini dari kami. Sesungguhnyalah Engkau Maha mendengar, Maha mengetahui." ( Quran, 2 : 125-127)

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" memaparkan kala itu kaum Sabian yang menyembah bintang mempunyai pengaruh besar di tanah Arab.

Pada mulanya mereka tidak menyembah bintang itu sendiri, melainkan hanya menyembah Allah dan mereka mengagungkan bintang-bintang itu sebagai ciptaan dan manifestasi kebesaranNya.

Oleh karena lebih banyak yang tidak dapat memahami arti ketuhanan yang lebih tinggi, maka diartikannya bintang-bintang itu sebagai tuhan.



Beberapa macam batu gunung dikhayalkan sebagai benda yang jatuh dan langit, berasal dan beberapa macam bintang. Dari situ mula-mula manifestasi tuhan itu diartikan dan dikuduskan, kemudian batu-batu itu yang disembah, kemudian penyembahan itu dianggap begitu agung, sehingga tidak cukup bagi seorang orang Arab hanya menyembah hajar aswad (batu hitam) yang di dalam Kakbah, bahkan dalam setiap perjalanan ia mengambil batu apa saja dan Kakbah untuk disembah dan dimintai persetujuannya: akan tinggal ataukah akan melakukan perjalanan.

Mereka melakukan cara-cara peribadatan yang berlaku bagi bintang-bintang atau bagi pencipta bintang-bintang itu. Dengan cara-cara demikian menjadi kuatlah kepercayaan paganisma itu, patung-patung dikuduskan dan dibawanya sesajen-sesajen untuk itu sebagai kurban.

"Ini adalah suatu gambaran tentang perkembangan agama itu di tanah Arab sejak Nabi Ibrahim membangun kakbah sebagai tempat beribadat kepada Tuhan, sebagaimana dilukiskan oleh beberapa ahli sejarah dan bagaimana pula hal itu kemudian berbalik dan menjadi pusat berhala," tutur Haekal.



Paganisma
Herodotus, bapa sejarah, menerangkan tentang penyembahan Lat itu di negeri Arab. Demikian juga Diodorus Siculus menyebutkan tentang rumah di Mekkah yang diagungkan itu.

"Ini menunjukkan tentang paganisma yang sudah begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama yang dibawa Nabi Ibrahim di sana bertahan tidak begitu lama," jelasnya.

Dalam abad-abad itu sudah datang pula para nabi yang mengajak kabilah-kabilah jazirah itu supaya menyembah Allah semata-mata. Tetapi mereka menolak dan tetap bertahan pada paganisma.

Datang Hud mengajak kaum 'Ad yang tinggal di sebelah utara Hadzramaut supaya menyembah hanya kepada Allah; tapi hanya sebagian kecil saja yang ikut.

Sedang yang sebagian besar malah menyombongkan diri dan berkata: "O Hud, kau datang tidak membawa keterangan yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami hanya karena perkataanmu itu. Kami tidak percaya kepadamu." (Qur'an, 11: 53)

Bertahun-tahun lamanya Nabi Hud mengajak mereka. Hasilnya malah mereka bertambah buas dan congkak. Demikian juga Nabi Saleh datang mengajak kaum Tsamud supaya beriman.

Mereka ini tinggal di Hijr yang terletak antara Hijaz dengan Syam di Wadi'l-Qura ke arah timur daya dari Madyan (Midian) dekat Teluk 'Aqaba. Sama saja, hasil ajakan Saleh itu tidak lebih seperti ajakan Hud juga.

Kemudian datang Nabi Syu'aib kepada bangsa Mad-yan yang terletak di Hijaz, mengajak supaya mereka menyembah Allah. Juga tidak didengar Merekapun mengalami kehancuran seperti yang terjadi terhadap golongan 'Ad dan Thamud.

Selain para nabi itu juga al-Qur'an telah menceritakan tentang ajakan mereka supaya menyembah Allah yang Esa. Sikap golongan itu begitu sombong. Mereka tetap bersikeras hendak menyembah berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Kakbah itu.



Mereka berziarah ke tempat itu setiap tahun; mereka datang dari segenap pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak akan mengadakan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul." (Qur'an 17: 15)

Jabatan Pengelola Kakbah
Sejak didirikan Kakbah di Mekah itu sudah ada jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh Qushayy bin Kilab pada pertengahan abad kelima Masehi.

Pada waktu itu para pemuka Mekkah berkumpul. Jabatan-jabatan hijaba, siqaya, rifada, nadwa, liwa' dan qiyada dipegang semua oleh Qushay.

Hijaba ialah penjaga pintu Kakbah atau yang memegang kuncinya. Siqaya ialah menyediakan air tawar - yang sangat sulit waktu itu bagi mereka yang datang berziarah serta menyediakan minuman keras yang dibuat dari kurma.

Rifada ialah memberi makan kepada mereka semua. Nadwa ialah pimpinan rapat pada tiap tahun musim. Liwa' ialah panji yang dipancangkan pada tombak lalu ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan qiyada ialah pimpinan pasukan bila menuju perang.

Jabatan-jabatan demikian itu di Mekkah sangat terpandang. Dalam masalah ibadat seolah pandangan orang-orang Arab semua tertuju ke Kakbah itu.

Haekal mengatakan, tatkala Kakbah dibangun menurut gambaran yang ada dalam khayal kita - tidak lebih Mekkah hanya terdiri dari kabilah-kabilah Amalekit dan Jurhum.

Sesudah Nabi Ismail menetap di sana dan bersama-sama dengan Nabi Ibrahim membangun Kakbah, barulah Mekkah mengalami perkembangan. Untuk beberapa waktu yang cukup lama kemudian ia menjadi sebuah kota atau yang menyerupai kota.

"Kita katakan menyerupai kota, karena Mekkah dengan penduduknya waktu itu masih membawa sifat sisa-sisa keterbelakangan dalam arti yang sangat bersahaja," ujar Haekal.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2104 seconds (0.1#10.140)