Peristiwa Muharram: Allah Taala Mengampuni Nabi Adam setelah 300 Tahun Memohon

Jum'at, 29 Juli 2022 - 17:48 WIB
loading...
Peristiwa Muharram: Allah Taala Mengampuni Nabi Adam setelah 300 Tahun Memohon
Taubat Nabi Adam diterima Allah Taala pada 10 Muharram. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Pada bulan Muharram , tepatnya 10 Muharram, diyakini sebagai hari Allah Taala menerima taubat Nabi Adam as . Hal ini terjadi setelah selama 300 tahun Nabi Adam berdoa dan memohon ampunan tanpa henti.

Sejarawan Mesir, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas dalam bukunya yang diterjemahkan oleh Abdul Halim berjudul “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” mengutip Ibnu ‘Abbas ra mengatakan, setelah hari-hari ujian untuk Adam as telah berakhir dan dia telah bertaubat, Allah menerima taubatnya.



Sejumlah ulama berpendapat peristiwan tersebut terjadi pada tanggal 10 Muharram. Soal diterimanya taubat Nabi Adam ini disampaikan dalam firman Allah SWT: "Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". ( QS Al-Baqarah : 37)

Sebagian ulama mengatakan, Adam diberi ilham oleh Allah untuk mengatakan: “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” ( QS Al-A’raaf : 23).

Menurut sebuah riwayat, sebagaimana dikutip Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas menyebut Adam berkata, “Wahai Tuhanku, dengan hak Muhammad , ampunilah kesalahanku.”

Allah berfirman kepadanya, “Bagaimana engkau mengetahui Muhammad, padahal Aku belum menciptakannya?”

Adam menjawab, “Setelah Engkau menciptakanku, aku mengangkat kepalaku; lalu aku melihat tertulis di atas penyangga-penyangga Arasy, ‘Laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah’ (tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah). Maka, aku yakin bahwa Engkau tidak akan menyandingkan nama-Mu kecuali dengan nama makhluk yang paling Engkau cintai.”

Allah berfirman, “Hai Adam, engkau benar, dan Aku telah memaafkan kesalahan-kesalahanmu karena engkau meminta ampun kepada-Ku dengan hak Muhammad.”



Menurut Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas, selama 300 tahun Adam memanjatkan doa tanpa henti demi memohon ampunan. “Ya Allah, ampunilah kami, demi menjunjung tinggi cahaya Muhammad yang kami tanggungkan.”

Permohonan ini dijawab oleh Allah, “Hai Adam, siapakah yang mengajarimu tentang nilai cahaya yang kau tanggungkan itu?”

Adam menjawab, “Ya Allah, setelah Engkau memberiku roh dan mengajariku tentang seluruh nama dan panggilan, ke arah mana pun aku menyaksikan bahwa nama dan panggilan wujud tersebut ada di samping Asma dari Substansi Diri-Mu Yang Mahasuci. Sehingga aku sadar bahwa dialah alasan penciptaan dunia ini. Dialah pemberi syafaat mutlak."

"Dengan demikian, aku tahu bahwa cahaya yang kubawa serta adalah cahaya Muhammad yang mulia dan Engkau cintai. Karena dia adalah rahmat bagi semesta alam, maka Muhammad adalah rahmat untukku juga. Itulah mengapa aku mohon kiranya Engkau berkenan mengampuni kami, demi menjunjung tinggi cahaya itu.”

Sebagai penegasan kemudian Adam as mendengar Allah SWT berfirman kepadanya, “Walaupun dosa seseorang itu sebanyak butir-butir pasir di seluruh bumi ini, walaupun sebesar gelombang di samudera, dan sebanyak atom di alam semesta ini, Aku akan mengampuninya meskipun dia adalah orang paling rendah di antara hamba-hamba-Ku dan bukan nabi sebagaimana engkau, asal saja dia memohon ampunan-Ku demi menjunjung tinggi Muhammad-Ku dan memohon syafaat dari dia yang Aku cintai. Aku akan mengangkat hamba yang paling rendah.”

Kondisi Telanjang
Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas mengatakan selama 40 tahun semenjak terusir dari surga dan tinggal di bumi, Nabi Adam tidak pernah makan. Ia tidak tahu harus makan apa. Nabi Adam juga telanjang sampai kemudian malaikat Jibril memberi kain woll hasil tenunan Hawa, yang kala itu, belum berjumpa dengan Adam. Adam dan Hawa terpisah selama 500 tahun.

Hawa diturunkan di dekat pantai laut asin di Jeddah. Sedangkan Adam di daratan India. Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian; sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.” ( QS Al-A’raaf : 24).



Setelah matahari terbit menunjukkan siang, Adam melihat matahari berputar di atas ufuk. Dia merasa kagum atasnya. Ketika matahari mulai meninggi, sinarnya membakar Adam karena dia telanjang dan tidak berpenutup kepala.

Jibril menghampirinya dan Adam mengadukan hal itu kepadanya. Maka, Jibril mengusap-usap kepala Adam dengan tangannya; maka tingginya berkurang kira-kira 35 siku.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1702 seconds (0.1#10.140)