Kisah Perjalanan Sayyidina Husain ke Karbala, Bergabungnya Zuhair bin Qain
loading...
A
A
A
Dalam Tarikh al-Thabari juga disebutkan Salman al-Farisi –di sebagian referensi disebutkan Salman al-Bahili-- yang saat itu bersama kita berkata: "Suatu saat, ketika bersama Penghulu Pemuda dari keluarga Muhammad SAW (Imam Husain as) dapat bertempur dan mati bersamanya, kalian harus lebih senang dibanding mendapat harta rampasan ini."
Sebagian referensi menyebutkan, Salman bin Mudlorib, sepupu Zuhair, mengikutinya untuk bergabung dengan pasukan Husain as. Bergabungnya Zuhair ini oleh Rasul Ja'fariyan dalam "Athlas Syiah" disebutnya pada hari Senin, 21 Dzulhijjah 60 Hijriah.
Zuhair bin Qain syahid beberapa hari sebelum terjadi Tragedi Karbala dan gugur syahid di hari Asyura (10 Muharram 61 H/681). Di kota Kufah dan kaumnya, Zuhair bin Qain al-Bajali tergolong orang yang terhormat dan pemberani. Karena banyak andil dalam pertempuran dan penaklukan, ia berhasil meraih kedudukan tinggi.
Setelah bertemu dengan pasukan al-Hurr, di peristirahatan bernama Dzu Husam, Husain as menyampaikan sebuah khutbah. Setelah menyinggung tentang perubahan dunia, kebatilan yang melanda masyarakat, dan sepelenya kehidupan duniawi, ia menyampaikan, "Tidakkah kalian saksikan?! Kini kebenaran sudah tidak dijalankan dan kebatilan tidak dielakkan. Seorang mukmin harus selalu memperjuangkan kebenaran dan rindu berjumpa dengan Allah SWT. Bagiku, kematian tak lain adalah kesyahidan, sementara kehidupan hanyalah hal sepele dan tak berarti."
Setelah Husain as selesai berkhutbah, Zuhair adalah orang pertama yang menyatakan siap menjalankan segala perintah Husain as. Ia berkata: "Wahai putra Rasulullah, kami telah mendengar ucapanmu. Demi Allah! Seandainya kami bisa hidup abadi di dunia dan memiliki segala fasilitas, kami tetap memilih berjuang bersamamu." Menanggapi hal itu, Husain as mendoakan kebaikan baginya.
Istri Zuhair tidak meninggalkannya dan hingga kesyahidan Zuhair, ia masih setia bersama karavan Husain. Setelah Zuhair gugur syahid, Husain as berkata, "Wahai Zuhair! Semoga Allah tidak menjauhkanmu dari rahmat dan inayah-Nya. Semoga Dia melaknat para pembunuhmu bak kaum Bani Israil yang telah diganti wajah mereka menjadi kera dan babi."
Sebagian referensi menyebutkan, Salman bin Mudlorib, sepupu Zuhair, mengikutinya untuk bergabung dengan pasukan Husain as. Bergabungnya Zuhair ini oleh Rasul Ja'fariyan dalam "Athlas Syiah" disebutnya pada hari Senin, 21 Dzulhijjah 60 Hijriah.
Zuhair bin Qain syahid beberapa hari sebelum terjadi Tragedi Karbala dan gugur syahid di hari Asyura (10 Muharram 61 H/681). Di kota Kufah dan kaumnya, Zuhair bin Qain al-Bajali tergolong orang yang terhormat dan pemberani. Karena banyak andil dalam pertempuran dan penaklukan, ia berhasil meraih kedudukan tinggi.
Setelah bertemu dengan pasukan al-Hurr, di peristirahatan bernama Dzu Husam, Husain as menyampaikan sebuah khutbah. Setelah menyinggung tentang perubahan dunia, kebatilan yang melanda masyarakat, dan sepelenya kehidupan duniawi, ia menyampaikan, "Tidakkah kalian saksikan?! Kini kebenaran sudah tidak dijalankan dan kebatilan tidak dielakkan. Seorang mukmin harus selalu memperjuangkan kebenaran dan rindu berjumpa dengan Allah SWT. Bagiku, kematian tak lain adalah kesyahidan, sementara kehidupan hanyalah hal sepele dan tak berarti."
Setelah Husain as selesai berkhutbah, Zuhair adalah orang pertama yang menyatakan siap menjalankan segala perintah Husain as. Ia berkata: "Wahai putra Rasulullah, kami telah mendengar ucapanmu. Demi Allah! Seandainya kami bisa hidup abadi di dunia dan memiliki segala fasilitas, kami tetap memilih berjuang bersamamu." Menanggapi hal itu, Husain as mendoakan kebaikan baginya.
Istri Zuhair tidak meninggalkannya dan hingga kesyahidan Zuhair, ia masih setia bersama karavan Husain. Setelah Zuhair gugur syahid, Husain as berkata, "Wahai Zuhair! Semoga Allah tidak menjauhkanmu dari rahmat dan inayah-Nya. Semoga Dia melaknat para pembunuhmu bak kaum Bani Israil yang telah diganti wajah mereka menjadi kera dan babi."
(mhy)