Detik-Detik Ketika Umar bin Abdul Aziz Diangkat Jadi Khalifah
loading...
A
A
A
Beliau mengeraskan suara agar semua orang mendengarnya: "Wahai manusia, barangsiapa yang taat kepada Allah maka wajib untuk ditaati dan barangsiapa yang memerintahkan maksiat maka tiada ketaatan kepadanya siapapun dia. Wahai manusia, taatilah aku selagi aku mentaati Allah dalam memerintah kalian. Namun jika aku bermaksiat kepada Allah, maka tiada kewajiban sedikitpun bagi kalian untuk mentaatiku."
Selanjutnya beliau turun dari mimbar dan beranjak menuju rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Beliau ingin sekali istirahat barang sejenak setelah menguras tenaganya karena banyaknya kesibukan pasca wafatnya khalifah sebelumnya.
Akan tetapi, belum lagi lurus pinggangnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau yang bernama Abdul Malik. Pemuda ini melihat sesuatu yang dianggapnya kurang tepat. "Apa yang ingin anda lakukan wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik yang kala itu baru berusia 17 tahun.
"Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena sudah tak ada lagi tenaga tersisa," balas Umar bin Abdul Aziz.
"Apakah anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizhalimi wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik lagi.
"Wahai anakku, aku telah begadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu dhuhur aku akan salat bersama manusia dan aku akan kembalikan hak orang-orang yang dizalimi kepada pemiliknya, insya Allah," jawab Umar bin Abdul Aziz. ( )
"Siapa yang menjamin bahwa anda masih hidup hingga datang waktu dhuhur wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik mengingatkan.
Kata-kata ini telah menggugah semangat Umar, hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya yang telah lelah, beliau berkata : "Mendekatlah engkau nak!"
Lalu mendekatlah putra beliau kemudian beliau merangkul dan mencium keningnya sembari berkata : "Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku."
Kemudian beliau bangun dan memerintahkan untuk menyeru kepada manusia : "Barangsiapa yang merasa dizalimi hendaklah segera melapor." (
Selanjutnya beliau turun dari mimbar dan beranjak menuju rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Beliau ingin sekali istirahat barang sejenak setelah menguras tenaganya karena banyaknya kesibukan pasca wafatnya khalifah sebelumnya.
Akan tetapi, belum lagi lurus pinggangnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau yang bernama Abdul Malik. Pemuda ini melihat sesuatu yang dianggapnya kurang tepat. "Apa yang ingin anda lakukan wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik yang kala itu baru berusia 17 tahun.
"Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena sudah tak ada lagi tenaga tersisa," balas Umar bin Abdul Aziz.
"Apakah anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizhalimi wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik lagi.
"Wahai anakku, aku telah begadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu dhuhur aku akan salat bersama manusia dan aku akan kembalikan hak orang-orang yang dizalimi kepada pemiliknya, insya Allah," jawab Umar bin Abdul Aziz. ( )
"Siapa yang menjamin bahwa anda masih hidup hingga datang waktu dhuhur wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik mengingatkan.
Kata-kata ini telah menggugah semangat Umar, hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya yang telah lelah, beliau berkata : "Mendekatlah engkau nak!"
Lalu mendekatlah putra beliau kemudian beliau merangkul dan mencium keningnya sembari berkata : "Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku."
Kemudian beliau bangun dan memerintahkan untuk menyeru kepada manusia : "Barangsiapa yang merasa dizalimi hendaklah segera melapor." (
(mhy)