Detik-Detik Ketika Umar bin Abdul Aziz Diangkat Jadi Khalifah

Selasa, 30 Juni 2020 - 13:44 WIB
loading...
Detik-Detik Ketika Umar bin Abdul Aziz  Diangkat Jadi Khalifah
Dekatkan saja bighal milikku, karena itu cukup bagiku, kata Umar bin Abdul Aziz saat diberi kereta dinas. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (684-720 M) adalah sosok pemimpin yang saleh, bijaksana, dan dekat dengan rakyatnya. Sosoknya sangat melegenda hingga beliau dijuluki Khulafaur Rasyidin kelima.

Beliau lahir tahun 63 Hijrah (684 M) dan wafat tahun 101 Hijriyah (720 M). Ayahnya bernama Abdul Aziz, putra Khalifah Marwan bin al-Hakam yang merupakan sepupu Khalifah 'Utsman bin 'Affan RA . Ibunya adalah Laila, cucu Khalifah Umar bin Khattab RA .

Banyak kisah menarik tentang dirinya, salah satunya adalah sikapnya yang bersahaja saat dirinya dibaiat menjadi khalifah. ( )

Kisah bermula pada September 717. Itu adalah hari berkabung bagi umat Islam. Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik yang berkuasa dari Februari 715 mangkat. Pada hari itu, Umar bin Abdul Aziz bersama kaum muslimin lainnya tengah sibuk memakamkan Khalifah Sulaiman.

Menurut Dr Abdurrahman Ra'fat Basya dalam Mereka adalah Para Tabiin , belum lagi Umar bin Abdul Aziz membersihkan tangannya dari mengebumikan jenazah Khalifah Sulaiman, tiba-tiba beliau mendengar suara gemuruh tanah di sekitarnya. "Ada apa ini?" tanya Umar bin Abdul Aziz.

"Ini adalah suara kendaraan-kendaraan khilafah wahai amirul mukminin, telah dipersiapkan agar anda sudi menaikinya," jawab mereka.



Mendengar jawab itu, beliau memandang dengan sebelah matanya dan berkata dengan terputus-putus karena lelah dan rasa kantuknya setelah semalam tidak tidur. "Apa urusanku dengan kendaraan ini?! Jauhkan ia dariku, semoga Allah memberkahi kalian. Dekatkan saja bighal milikku, karena itu cukup bagiku."



Belum sempat beliau meluruskan posisi punggungnya di atas bighal, tiba-tiba datanglah kepala prajurit yang berjalan mengawal di depan beliau beserta beberapa pasukan yang berjalan berbaris di kanan dan kiri beliau, sedang di tangan mereka menggenggam tombak yang berkilau.

Khalifah berkata kepada kepala prajurit tersebut: "Aku tidak membutuhkan anda dan juga mereka. Aku hanyalah orang biasa dari kaum muslimin, berjalan sebagaimana mereka berjalan. Kemudian beliau berjalan dan orang-orang pun berjalan hingga sampai ke mesjid, lalu dikumandangkanlah azan serta seruan "salat jama'ah... salat jama'ah..."



Lalu manusia memenuhi setiap sisi di dalam masjid. Setelah mereka berkumpul, Umar bin Abdul Aziz naik mimbar dan berkhutbah. Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya lalu mengucapkan shalawat atas Nabi kemudian berkata :

"Wahai manusia, sesungguhnya aku telah mendapat musibah dengan urusan ini (yakni diangkatnya beliau sebagai khalifah), tanpa pertimbangan dariku, tanpa aku memintanya, tanpa musyawarah antara kaum muslimin, maka aku lepaskan bai'at yang melilit leher kalian dariku... lalu silakan kalian memilih pemimpin lagi yang kalian ridhai."



Maka orang-orang berteriak dengan satu suara: "Kami memilih anda wahai amirul mukminin dan kami ridha kepada anda. Kami serahkan urusan kami dengan harapan keberuntungan dan keberkahan."

Ketika beliau melihat suara-suara mulai tenang dan hatipun mulai tertata, maka beliau bertahmid kepada Allah untuk kesekian kalinya dan mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad sebagai hamba dan utusan-Nya.



Beliau menganjurkan manusia untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, zuhud di dunia, berharap kenikmatan akhirat serta mengingatkan kepada mereka tentang kematian.

Khutbah Amirul Mukminin itu sanggup melunakkan hati yang keras dan meneteskan air mata orang yang sadar akan dosanya. Begitulah nasihat yang keluar dari hati akan sampai di hati orang yang mendengarnya.

Beliau mengeraskan suara agar semua orang mendengarnya: "Wahai manusia, barangsiapa yang taat kepada Allah maka wajib untuk ditaati dan barangsiapa yang memerintahkan maksiat maka tiada ketaatan kepadanya siapapun dia. Wahai manusia, taatilah aku selagi aku mentaati Allah dalam memerintah kalian. Namun jika aku bermaksiat kepada Allah, maka tiada kewajiban sedikitpun bagi kalian untuk mentaatiku."



Selanjutnya beliau turun dari mimbar dan beranjak menuju rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Beliau ingin sekali istirahat barang sejenak setelah menguras tenaganya karena banyaknya kesibukan pasca wafatnya khalifah sebelumnya.

Akan tetapi, belum lagi lurus pinggangnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau yang bernama Abdul Malik. Pemuda ini melihat sesuatu yang dianggapnya kurang tepat. "Apa yang ingin anda lakukan wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik yang kala itu baru berusia 17 tahun.



"Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena sudah tak ada lagi tenaga tersisa," balas Umar bin Abdul Aziz.

"Apakah anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang dizhalimi wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik lagi.



"Wahai anakku, aku telah begadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu dhuhur aku akan salat bersama manusia dan aku akan kembalikan hak orang-orang yang dizalimi kepada pemiliknya, insya Allah," jawab Umar bin Abdul Aziz. ( )

"Siapa yang menjamin bahwa anda masih hidup hingga datang waktu dhuhur wahai amirul mukminin?" tanya Abdul Malik mengingatkan.

Kata-kata ini telah menggugah semangat Umar, hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya yang telah lelah, beliau berkata : "Mendekatlah engkau nak!"



Lalu mendekatlah putra beliau kemudian beliau merangkul dan mencium keningnya sembari berkata : "Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku."

Kemudian beliau bangun dan memerintahkan untuk menyeru kepada manusia : "Barangsiapa yang merasa dizalimi hendaklah segera melapor." (
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2095 seconds (0.1#10.140)