Tangis Si Kecil di Tengah Malam yang Mengaduk-aduk Perasaan Bunda

Rabu, 24 Juni 2020 - 18:10 WIB
loading...
Tangis Si Kecil di Tengah Malam yang Mengaduk-aduk Perasaan Bunda
Ar-Rabi mengisi seluruh hidupnya untuk menanti kematian dan mempersiapkan bekal untuk menjumpainya. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Ar-Rabi bin Khutsaim adalah salah satu ulama tabiin yang utama dan satu di antara delapan orang yang dikenal paling zuhud di masanya.

Dr Abdurrahman Ra'fat Basya dalam Mereka adalah Para Tabiin mengungkap beliau adalah orang Arab asli, suku Mudhar dan silsilahnya bertemu dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (SAW) pada kakeknya, Ilyas dan Mudhar. Beliau tumbuh di atas ketaatan kepada Allah sejak usia dini.



Ibunda beliau sering terbangun di tengah malam dan melihatnya masih berada di mihrabnya, hanyut dalam munajatnya dan tenggelam dalam salat nya.

"Wahai anakku Rabi, tidakkah engkau tidur?" tegur sang bunda suatu ketika.

"Bagaimana bisa tidur seseorang yang di waktu gelap khawatir akan disergap musuh?" jawab Ar-Rabi sehingga membuat ibunya cemas.



Melelehlah air mata di pipi ibu yang telah lanjut usia dan lemah itu, lalu mendoakan putranya agar mendapat kebaikan.

Ar-Rabi tumbuh menjadi dewasa, seiring dengan bertambah wara dan takutnya kepada Allah Subhanahu wa Taala (SWT). Seringkali ibunya merasa khawatir karena melihat putranya sering menangis sendiri di tengah malam, padahal orang lain tengah lelap dengan tidurnya. Sampai-sampai terlintas di benak ibunya sesuatu yang bukan-bukan.



"Apa yang sebenarnya yang terjadi atas dirimu wahai anakku, apakah engkau telah berbuat jahat atau telah membunuh orang?" tanya sang bunda.

"Benar, aku telah membunuh seorang jiwa," jawabnya.

"Siapakah gerangan yang telah engkau bunuh, nak?" ujar sang bunda lagi. "Katakanlah agar aku bisa meminta orang-orang menjadi perantara untuk berdamai dengan keluarganya, mungkin mereka akan memaafkanmu. Demi Allah seandainya keluarga korban itu mengetahui tangisan dan penderitaanmu itu, tentulah mereka akan merasa kasihan melihatmu," lanjutnya.



"Wahai ibu, jangan beritahukan kepada siapapun, aku telah membunuh jiwaku dengan dosa-dosa," jawab ar-Rabi.

Beliau adalah murid dari Abdullah bin Masud, sahabat Rasulullah SAW. Dialah murid yang paling banyak meneladani sikap dan perilakunya. Hubungan ar-Rabi dengan gurunya layaknya seorang anak dengan ibunya.



Kecintaan guru terhadap muridnya laksana kasih sayang seorang ibu terhadap anak tunggalnya. Ar-Rabi biasa keluar masuk rumah gurunya tanpa harus meminta izin. Bila dia datang, maka yang lain tidak diizinkan masuk sebelum ar-Rabi keluar.

Ibnu Masud merasakan ketulusan dan keikhlasan ar-Rabi. Kebagusan ibadahnya yang memancar kuat di hatinya, rasa kecewanya lantaran tertinggal dari zaman Nabi, sehingga tidak mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu sahabat beliau.

Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2974 seconds (0.1#10.140)