Kisah Menyayat Hati saat 72 Kepala Syuhada Karbala Dibawa ke Kufah
loading...
A
A
A
Kisah saat kepala Husain bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah SAW dan 71 kepala syuhada Karbala dibawa ke Kufah banyak diungkap kalangan sejarawan dengan banyak versi. Para syuhada ini berjumlah 72 orang, 18 di antaranya adalah Bani Hasyim. Sementara mereka yang tidak syahid diperlakukan sebagai tawanan.
Dikisahkan, mereka semua ini dibawa dari Karbala ke Kufah selanjutnya dikirim ke Damaskus atau Syam. Tulisan ini kali menceritakan kisah saat kepala para syuhada dan para tawanan Karbala tersebut dibawah ke Kufah.
Ubaidullah bin Ziyad, Gubernur Kufah, menempatkan para tawanan di atas pelana unta-unta yang tidak bertirai dan tanpa atap. Mereka dikawal sekelompok penjaga seperti Syimr dan Thariq bin Muhaffiz menuju istana Yazid bin Muawiyah di Syam. Kaki dan tangan beberapa tawanan dirantai.
Ali bin Husain dan Sayidah Zainab bin Ali bin Abi Thalib menyampaikan orasi selama mengalami penahanan. Hal ini menyebabkan munculnya rasa simpatik dan penyesalan sebagian warga, bahkan menurut riwayat, Yazid bin Muawiyah turut menampakkan penyesalannya. Keduanya adalah tawanan Karbala.
Jeritan Pilu Zainab
Mereka ini, atas perintah Umar bin Sa'ad komandan perang Kufah, pada malam 11 Muharram untuk tetap ditahan di Karbala dan setelah zuhur pada dibawa ke Kufah untuk dihadapkan pada Ubaidillah bin Ziyad.
Ath-Thabari dalam bukunya berjudul "Tarikh al-Umam wa al-Muluk" menceritakan sebelum meninggalkan Karbala pasukan tentara Umar bin Sa'ad menguburkan semua tentara mereka yang mati, lalu mengumpulkan Ahlulbait dan anggota keluarga dari para syuhada untuk dibawa pergi menuju ke Kufah.
Laskar pasukan Umar bin Sa'ad sengaja membawa para wanita Ahlulbait melintas dari samping tubuh-tubuh para syuhada, akibatnya mereka meratap dan memukuli wajah karena kesedihan.
Qurrah bin Qais Tamimi sebagaimana dikutip Abu Mikhnaf dalam "Waq'ah al-Thaf" menukilkan, ketika Sayidah Zainab melewati tubuh saudaranya Husain yang tergeletak di tanah, ia mengucapkan sebuah kalimat yang sangat mengiris hati yang membuat kawan dan lawan menangis.
Menurut Thabari dalam "Tarikh Thabari", perkataan Zainab binti Ali cucu Rasulullah SAW, ketika melintasi tubuh Imam Husain:
﴾يا محمداه، يا محمداه! صلى عليك ملائكة السماء، هذا الحسين بالعراء، مرمل بالدماء، مقطع الأعضاء، يا محمداه! و بناتك سبايا، و ذريتك مقتله، تسفى عليها الصبا﴿
﴾قال: فابکت و الله کل عدو و صدیق﴿
"Wahai Muhammad, Wahai Muhammad, para malaikat surga bershalawat kepadamu, Ini adalah Husain tergeletak di padang sahara, berlumuran dengan darah, terpotong anggota badannya! Wahai Muhammad, putri-putrimu menjadi tawanan, keturunanmu terbunuh tertiup angin." Perawi berkata: Demi Allah, kawan dan lawan dibuatnya menangis.
Ali bin Husain berkata, “Saat aku memandang jasad para syuhada yang tersungkur di atas tanah dan tiada seorang pun dari mereka yang bersedia menguburkannya, dadaku penuh sesak dan rasa berat yang tak terhingga telah melingkupiku hingga hampir saja jiwaku melayang. Saat mengetahui keadaanku, bibiku Zainab menenangkanku supaya aku sabar menghadapi semuanya."
"Tiada cara bagiku ‘tuk tak pergi dan tak meninggalkanmu, wahai tubuh yang tercabik-cabik, kuserahkan dirimu pada-Nya."
Ali bin Husain dikenal sebagai Imam Sajjad juga Zainal Abidin, selamat dari perang Karbala dan menjadi tawanan karena dia tidak ikut berperang. Kala itu beliau sedang sakit.
Di sisi lain, pada hari Ahad 12 Muharam 61 Hijriah, di Kufah, Gubernur setempat, Ubaidullah bin Ziyad, mendorong rakyat Kufah untuk hadir dalam pesta perayaan kemenangan.
Rakyat Kufah berdatangan ke lorong-lorong dan pasar untuk melihat para tawanan. Sebagian mereka senang, sebagian lagi benci.
Selama berada di Kufah, para tawanan Karbala berada di antara rakyat berjalan di antara kepala-kepala syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung-ujung tombak.
Dikisahkan, mereka semua ini dibawa dari Karbala ke Kufah selanjutnya dikirim ke Damaskus atau Syam. Tulisan ini kali menceritakan kisah saat kepala para syuhada dan para tawanan Karbala tersebut dibawah ke Kufah.
Ubaidullah bin Ziyad, Gubernur Kufah, menempatkan para tawanan di atas pelana unta-unta yang tidak bertirai dan tanpa atap. Mereka dikawal sekelompok penjaga seperti Syimr dan Thariq bin Muhaffiz menuju istana Yazid bin Muawiyah di Syam. Kaki dan tangan beberapa tawanan dirantai.
Ali bin Husain dan Sayidah Zainab bin Ali bin Abi Thalib menyampaikan orasi selama mengalami penahanan. Hal ini menyebabkan munculnya rasa simpatik dan penyesalan sebagian warga, bahkan menurut riwayat, Yazid bin Muawiyah turut menampakkan penyesalannya. Keduanya adalah tawanan Karbala.
Jeritan Pilu Zainab
Mereka ini, atas perintah Umar bin Sa'ad komandan perang Kufah, pada malam 11 Muharram untuk tetap ditahan di Karbala dan setelah zuhur pada dibawa ke Kufah untuk dihadapkan pada Ubaidillah bin Ziyad.
Ath-Thabari dalam bukunya berjudul "Tarikh al-Umam wa al-Muluk" menceritakan sebelum meninggalkan Karbala pasukan tentara Umar bin Sa'ad menguburkan semua tentara mereka yang mati, lalu mengumpulkan Ahlulbait dan anggota keluarga dari para syuhada untuk dibawa pergi menuju ke Kufah.
Laskar pasukan Umar bin Sa'ad sengaja membawa para wanita Ahlulbait melintas dari samping tubuh-tubuh para syuhada, akibatnya mereka meratap dan memukuli wajah karena kesedihan.
Qurrah bin Qais Tamimi sebagaimana dikutip Abu Mikhnaf dalam "Waq'ah al-Thaf" menukilkan, ketika Sayidah Zainab melewati tubuh saudaranya Husain yang tergeletak di tanah, ia mengucapkan sebuah kalimat yang sangat mengiris hati yang membuat kawan dan lawan menangis.
Menurut Thabari dalam "Tarikh Thabari", perkataan Zainab binti Ali cucu Rasulullah SAW, ketika melintasi tubuh Imam Husain:
﴾يا محمداه، يا محمداه! صلى عليك ملائكة السماء، هذا الحسين بالعراء، مرمل بالدماء، مقطع الأعضاء، يا محمداه! و بناتك سبايا، و ذريتك مقتله، تسفى عليها الصبا﴿
﴾قال: فابکت و الله کل عدو و صدیق﴿
"Wahai Muhammad, Wahai Muhammad, para malaikat surga bershalawat kepadamu, Ini adalah Husain tergeletak di padang sahara, berlumuran dengan darah, terpotong anggota badannya! Wahai Muhammad, putri-putrimu menjadi tawanan, keturunanmu terbunuh tertiup angin." Perawi berkata: Demi Allah, kawan dan lawan dibuatnya menangis.
Ali bin Husain berkata, “Saat aku memandang jasad para syuhada yang tersungkur di atas tanah dan tiada seorang pun dari mereka yang bersedia menguburkannya, dadaku penuh sesak dan rasa berat yang tak terhingga telah melingkupiku hingga hampir saja jiwaku melayang. Saat mengetahui keadaanku, bibiku Zainab menenangkanku supaya aku sabar menghadapi semuanya."
"Tiada cara bagiku ‘tuk tak pergi dan tak meninggalkanmu, wahai tubuh yang tercabik-cabik, kuserahkan dirimu pada-Nya."
Ali bin Husain dikenal sebagai Imam Sajjad juga Zainal Abidin, selamat dari perang Karbala dan menjadi tawanan karena dia tidak ikut berperang. Kala itu beliau sedang sakit.
Di sisi lain, pada hari Ahad 12 Muharam 61 Hijriah, di Kufah, Gubernur setempat, Ubaidullah bin Ziyad, mendorong rakyat Kufah untuk hadir dalam pesta perayaan kemenangan.
Rakyat Kufah berdatangan ke lorong-lorong dan pasar untuk melihat para tawanan. Sebagian mereka senang, sebagian lagi benci.
Selama berada di Kufah, para tawanan Karbala berada di antara rakyat berjalan di antara kepala-kepala syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung-ujung tombak.