Cinta Tanah Air dalam Perspektif Al-Qur'an dan Hadis
loading...
A
A
A
Cinta Tanah Air merupakan cerminan rasa bangga terhadap tanah kelahiran tempat kita tinggal dan menetap. Dalam Islam, perilaku cinta Tanah Air termasuk bagian dari keimanan.
Lihat Vidieo: Syiar: Wahai Umat Islam, Rasulullah Sangat Cinta Tanah Air
Ada beberapa dalil dalam Al-Qur'an maupun Hadis yang menyinggung tentang hal ini. Dilansir dari laman MUI, beberapa di antaranya yaitu.
1. Surah Al-Baqarah Ayat 144
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."
Dalam tafsirnya, Quraish Shihab berpendapat bahwa Surat Al-Baqarah Ayat 144 tersebut syarat akan nasionalisme atau cinta tanah air. Hal ini dicontohkan Rasulullah SAW saat peristiwa perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah.
Adapun Ka'bah merupakan kiblat leluhur Nabi Muhammad SAW dan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peristiwa itu menjelaskan bahwa rasa cinta Tanah Air tidak cukup hanya diucapkan dengan ungkapan "hubbul wathan minal iman" melainkan butuh bukti yang nyata dari perkataan tersebut.
2. Surat Al-A'raf Ayat 160
وَقَطَّعْنٰهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ اَسْبَاطًا اُمَمًاۗ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اِذِ اسْتَسْقٰىهُ قَوْمُهٗٓ اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۚ
Artinya: "Dan Kami membagi mereka menjadi dua belas suku yang masing-masing berjumlah besar, dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya (umat Yahudi) meminta air kepadanya, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!"
Pada ayat itu, Allah membagi para hambaNya berdasarkan kelompok atau keturunannya. Adapun tujuannya agar mereka saling mengenal satu sama lain, bukan untuk berpecah belah atau saling bermusuhan karena perbedaan.
Dalam hal ini, ada sebuah pembelajaran yang bisa diambil dengan pengelompokan tersebut. Yaitu agar umat manusia saling mengenal agar bisa saling membantu dalam kebaikan tanpa memandang ras, suku, bangsa.
3. Hadis Riwayat Ibn Abi Hatim
"Dari al-Dhahhak, beliau berkata: Ketika Rasulullah SAW keluar dari Kota Makkah, lalu sampai di al-Juhfar (tempat di antara Makkah dan Madinah), beliau rindu dengan Makkah, maka Allah. Menurunkan ayat: "...Dan sungguh (Allah) akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (yaitu ke Makkah)." (HR Ibn Abu Hatim al-Razi)
Hadis yang diriwayatkan Ibn Abu Hatim al-Razi (wafat 890 M) di dalam tafsirnya ini, diamini oleh banyak penafsir Al-Qur'an, seperti al Thabathaba'i, hingga Sayyid Quthb sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah.
Jika digambarkan dalam kaitannya dengan cinta tanah air, kejadian tersebut bisa menunjukkan bahwa mencintai negara memiliki andil besar dalam menjaga keberlangsungan kehidupan dan pelaksanaan ajaran agama yang didasari oleh keimanan.
Pelajaran dari tokoh bangsa ketika menjadikan ungkapan "Hubbul Wathan Minal Iman" adalah sarana meningkatkan semangat juang rakyat, harus kita teladani dan ambil semangatnya.
Nabi Muhammad SAW juga mengisyaratkan cintanya kepada tanah kelahiran Mekkah sebagaimana diriwayatkan dalam Hadis berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
Artinya: "Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: 'Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu." (HR Ibnu Hibban)
Wallahu A'lam
Lihat Vidieo: Syiar: Wahai Umat Islam, Rasulullah Sangat Cinta Tanah Air
Ada beberapa dalil dalam Al-Qur'an maupun Hadis yang menyinggung tentang hal ini. Dilansir dari laman MUI, beberapa di antaranya yaitu.
1. Surah Al-Baqarah Ayat 144
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."
Dalam tafsirnya, Quraish Shihab berpendapat bahwa Surat Al-Baqarah Ayat 144 tersebut syarat akan nasionalisme atau cinta tanah air. Hal ini dicontohkan Rasulullah SAW saat peristiwa perubahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah.
Adapun Ka'bah merupakan kiblat leluhur Nabi Muhammad SAW dan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peristiwa itu menjelaskan bahwa rasa cinta Tanah Air tidak cukup hanya diucapkan dengan ungkapan "hubbul wathan minal iman" melainkan butuh bukti yang nyata dari perkataan tersebut.
2. Surat Al-A'raf Ayat 160
وَقَطَّعْنٰهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ اَسْبَاطًا اُمَمًاۗ وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰٓى اِذِ اسْتَسْقٰىهُ قَوْمُهٗٓ اَنِ اضْرِبْ بِّعَصَاكَ الْحَجَرَۚ
Artinya: "Dan Kami membagi mereka menjadi dua belas suku yang masing-masing berjumlah besar, dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya (umat Yahudi) meminta air kepadanya, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!"
Pada ayat itu, Allah membagi para hambaNya berdasarkan kelompok atau keturunannya. Adapun tujuannya agar mereka saling mengenal satu sama lain, bukan untuk berpecah belah atau saling bermusuhan karena perbedaan.
Dalam hal ini, ada sebuah pembelajaran yang bisa diambil dengan pengelompokan tersebut. Yaitu agar umat manusia saling mengenal agar bisa saling membantu dalam kebaikan tanpa memandang ras, suku, bangsa.
3. Hadis Riwayat Ibn Abi Hatim
"Dari al-Dhahhak, beliau berkata: Ketika Rasulullah SAW keluar dari Kota Makkah, lalu sampai di al-Juhfar (tempat di antara Makkah dan Madinah), beliau rindu dengan Makkah, maka Allah. Menurunkan ayat: "...Dan sungguh (Allah) akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (yaitu ke Makkah)." (HR Ibn Abu Hatim al-Razi)
Hadis yang diriwayatkan Ibn Abu Hatim al-Razi (wafat 890 M) di dalam tafsirnya ini, diamini oleh banyak penafsir Al-Qur'an, seperti al Thabathaba'i, hingga Sayyid Quthb sebagaimana yang dijelaskan Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah.
Jika digambarkan dalam kaitannya dengan cinta tanah air, kejadian tersebut bisa menunjukkan bahwa mencintai negara memiliki andil besar dalam menjaga keberlangsungan kehidupan dan pelaksanaan ajaran agama yang didasari oleh keimanan.
Pelajaran dari tokoh bangsa ketika menjadikan ungkapan "Hubbul Wathan Minal Iman" adalah sarana meningkatkan semangat juang rakyat, harus kita teladani dan ambil semangatnya.
Nabi Muhammad SAW juga mengisyaratkan cintanya kepada tanah kelahiran Mekkah sebagaimana diriwayatkan dalam Hadis berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
Artinya: "Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: 'Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu." (HR Ibnu Hibban)
Wallahu A'lam
(rhs)