Rajin Menjaga Salat Dhuha, Pahala Akan Terus Mengalir

Kamis, 02 Juli 2020 - 19:37 WIB
loading...
A A A
Makna hadis adalah salat Dhuha disebut dengan salat awwabin, yaitu salat orang-orang yang kembali kepada Allah setelah sebelumnya lalai, penuh dosa, akhirnya mengingat-Nya dan bertaubat. Dahulu sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa merutinkan salat Dhuha. Boleh memuji orang yang taat selama tidak keluar dari aturan syariat. Waktu salat Dhuha yang paling afdol adalah makin panas (menjelang makin siang). Salat badiyah Maghrib (enam rakaat setelah Maghrib) ada yang menyebutnya pula dengan salat awwabin, namun hadisnya tidak shahih. Namun salat badiyah Maghrib yang dua rakaat tetap ada tuntunan karena termasuk salat sunnah rawatib yang dianjurkan dijaga. Masih boleh melakukan salat sunnah di masjid. Sedangkan hadis dari Zaid bin Tsabit yang menyatakan “Salatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baiknya salat adalah salat seseorang di rumahnya, kecuali salat wajib.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka yang dimaksud hadis Zaid ini menunjukkan afdaliyah, yaitu salat sunnah lebih afdol di rumah. Namun di masjid, tetap masih dibolehkan.

Ibadah yang Lain

Begitulah Allah Ta'ala menjanjikan begitu banyak pahala bagi setiap orang beriman yang menjaga ibadah wajib dan sunnah. Seperti yang dikatakan NabiSAW dalam hadis :

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ- يَعْمَلُوْنَ ثمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . [رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]

Dari Mu’az bin Jabal radhiallahu'anhu dia berkata : Saya berkata : Ya Rasulullah, beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan menjauhkan saya dari neraka. Beliau saw bersabda: Engkau telah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala. Yakni beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi haji. Kemudian beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda: Maukah engkau aku beritahukan tentang pintu-pintu surga? Puasa adalah benteng, sedekah akan mematikan (menghapus) kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan saalatnya seseorang di tengah malam (qiyamullail), kemudian beliau membacakan ayat (yang artinya) : “ Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….”.

Kemudian beliau bersabda lagi : Maukah kalian aku beritahukan pokok dari segala perkara, tiangnya dan puncaknya, aku menjawab : Mau ya Nabi Allah. Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah salat dan puncaknya adalah Jihad. Kemudian beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua itu? Saya berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor atau buruk). Saya berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan? Beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka (atau sabda beliau : diatas hidungnya) selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka." (Riwayat Tirmidzi )

Pelajaran yang terdapat dalam hadis itu adalah : pertama, perhatian shahabat yang sangat besar untuk melakukan amal yang dapat memasukkan mereka ke surga. Kedua, amal perbuatan merupakan sebab masuk surga jika Allah menerimanya dan hal ini tidak bertentangan dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam “Tidak masuk surga setiap kalian dengan amalnya ”.

Makna hadis tersebut adalah bahwa amal dengan sendirinya tidak berhak memasukkan seseorang ke surga selama Allah belum menerimanya dengan karunia-Nya dan Rahmat-Nya.

Ketiga, makna hadis itu adalah mentauhidkan Allah dan menunaikan kewajibannya adalah sebab masuknya seseorang ke dalam surga. Keempat, salat sunnah setelah salat fardhu merupakan sebab kecintaan Allah ta’ala kepada hamba-NYA. Kelima, bahaya lisan dan perbuatannya akan dibalas dan bahwa dia dan mencampakkan seseorang ke neraka karena ucapannya. Sebab itulah, beberapa kebaikan yang disampaikan Allah Subhanahu wa Ta'ala haruslah dikejar oleh kaum muslimin agar kelak di akhirat menjadi orang-orang yang beruntung. (Baca juga : Masuk Golongan Manakah Hati Kita? )

Al-Qur'an juga menjelaskan hakikat keselamatan agar muslimin beruntung masuk surga dan terhindar dari neraka. Yakni firman Allah :

كُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّما تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فازَ وَمَا الْحَياةُ الدُّنْيا إِلاَّ مَتاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS Ali-Imron : 185)

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur." ( QS Al-Baqarah : 185)

Dengan mengetahui keutamaan-keutamaan beribadah kepada Allah Ta'ala seperti disebutkan di atas, diharapkan muslimin dan muslimah selalu terpacu untuk meningkatkan ibadah kepada Allah. Karena siapa saja yang senang mengerjakan ibadah dan istiqamah menjalankannya adalah termasuk ciri-ciri orang yang bertakwa.

Wallahu'alam
(wid)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3448 seconds (0.1#10.140)