Rajin Menjaga Salat Dhuha, Pahala Akan Terus Mengalir

Kamis, 02 Juli 2020 - 19:37 WIB
loading...
Rajin Menjaga Salat Dhuha, Pahala Akan Terus Mengalir
Siapa saja yang senang mengerjakan ibadah, termasuk salat sunnah dan istiqomah menjalankannya adalah termasuk ciri-ciri orang yang bertakwa. Foto ilustrasi/ist
A A A
Tidak hanya salat yang wajib, Islam juga menganjurkan umatnya untuk melaksanakan ibadah-ibadah sunnah. Salat dan puasa, misalnya, Allah Ta'ala menetapakan hukum-Nya ada yang wajib dan ada yang sunnah. Dalam ibadah salat, ada salat sunnah Dhuha yang pahala dan fadhilahnya luar biasa besar untuk memperberat timbangan amal kebaikan kita.

Ibadah salat Dhuha ini merupakan cara meningkatkan amal ibadah dan cara meningkatkan akhlak manusia. Bagi ibu rumah tangga, yang banyak waktu luang di rumah, sangat sayang jika melewatkan waktu Dhuha tanpa mengerjakan salat sunnah. Rentang waktu salat Dhuha cukup lebar yaitu 15 menit dari terbitnya matahari sampai 15 menit sebelum waktu Dzuhur.

Jadi salat Dhuha bisa dilaksanakan sebelum berangkat mengerjakan aktifitas harian, ataupun setelah tiba di tempat kerja atau sekolah. Rasanya rugi kalau kita tidak menyempatkan sedikit waktu untuk melakukan salat Dhuha . Meskipun sifatnya sunnah, tapi salat Dhuha memiliki banyak sekali keutamaan. (Baca juga : Bagaimana Islam Mengatur Konflik di Dalam Rumah Tangga )

Ya, salat Dhuha memiliki nilai yang sama seperti nilai amalan seperti keutamaan sedekah . Sedekah yang dimaksud adalah sedekah yang diperlukan oleh 360 persendian tubuh kita terlebih jika kita ikhlas mengerjakannya. Orang Islam yang mengerjakan salat Dhuha akan memperoleh ganjaran pahala sebanyak persendian itu. Sebagaimana hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (SAW) :

“Di setiap sendi seorang dari kamu terdapat sedekah , setiap tasbih (ucapan Subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir (ucapan Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah , mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha sebanding dengan pahala semua itu. ”Artinya, meskipun sifatnya sunnah, tapi salat Dhuha memiliki banyak sekali keutamaan.

Dengan berkah dan keutamaannya yang sangat banyak, maka jika orang-orang sadar akan keutamaan salat Dhuha , pasti mereka tidak akan melewatkannya. Di antara keutamaannya, salat Dhuha dapat menggantikah kewajiban sedekah seluruh persendian.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam redaksi yang lain :

“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (Subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (Alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (Laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah , dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi munkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan salat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim).

Hadis itu menunjukkan keutamaan salat Dhuha . Meski salat Dhuha dilakukan dengan minimalnya adalah dua rakaat. Sedekah adalah segala bentuk kebaikan, bukan hanya terbatas bersedekah dengan harta. Salat Dhuha bisa menggantikan sedekah dengan seluruh persendian.

Hadis yang lain :

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعاً ، وَيَزِيدُ مَا شَاءَ اللهُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan empat rakaat salat Dhuha dan menambahkannya sesuai dengan kehendak Allah.” (HR. Muslim). Ya, salat Dhuha boleh dengan empat rakaat, caranya bisa dengan dua rakaat salam dan dua rakaat salam. Dari hadis ini disimpulkan bahwa tidak ada rakaat maksimal untuk salat Dhuha, boleh lebih dari empat, delapan, atau dua belas rakaat.

وَعَنْ أُمِّ هَانِىءٍ فَاخِتَةَ بِنْتِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا ، قَالَتْ : ذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، عَامَ الفَتْحِ فَوَجَدْتُهُ يَغْتَسِلُ ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ ، صَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ، وَذَلِكَ ضُحىً. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ . وَهَذَا مُخْتَصَرُ لَفْظِ إِحْدَى رِوَايَاتِ مُسْلِمٍ.

Ummu Hani’ Fakhitah binti Abu Thalib radhiyallahu ‘anha berkata, “Aku pergi menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu Makkah, maka aku mendapati beliau sedang mandi. Ketika beliau selesai dari mandinya, beliau melakukan salat delapan rakaat, dan itu pada waktu Dhuha.” (Muttafaqun ‘alaih) dan (HR. Bukhari Muslim).

Hadis tersebut menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan salat Dhuha delapan rakaat. Apa yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan delapan rakaat bukan menunjukkan batasan salat Dhuha itu delapan rakaat. Pendapat paling kuat, salat Dhuha tidak dibatasi jumlah rakaatnya. Dalam riwayat hadis ini, disebutkan bahwa Fakhitah mengucapkan salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berarti hal ini menunjukkan bahwa boleh wanita mengucapkan salam pada pria selama aman dari godaan. (Baca juga : Waspada, Tidak Bersyukur Adalah Tanda Kufur )

Dijelaskan juga bahwa dibolehkan melakukan salat Dhuha mulai dari meningginya matahari sampai tergelincirnya. Namun yang lebih utama dilakukan ketika hari makin panas (menjelang makin siang atau beberapa menit sebelum dzuhur) dan meningginya waktu Dhuha.

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أنَّهُ رَأَى قَوْماً يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى ، فَقَالَ : أمَا لَقَدْ عَلِمُوا أنَّ الصَّلاَةَ في غَيْرِ هذِهِ السَّاعَةِ أفْضَلُ ، إِنَّ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِيْنَ تَرْمَضُ الفِصَالُ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

تَرْمَضُ : بِفَتْحِ التَّاءِ وَالمِيْمِ وَبِالضَّادِ المُعْجَمَةِ ، يَعْنِي : شِدَّةُ الحَرِّ.

وَ الفِصَالُ جَمْعُ فَصِيلٍ وَهُوَ : الصَّغيرُ مِنَ الإبِلِ.

Dari Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia melihat satu kaum yang melakukan salat Dhuha , Zain pun berkata, “Tidakkah mereka tahu bahwa salat di waktu selain ini lebih utama, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Salat orang-orang yang bertaubat itu adalah ketika anak-anak unta sudah merasa kepanasan (karena matahari)." (HR. Muslim). Tarmadhu adalah panas yang sangat (menjelang makin siang).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2011 seconds (0.1#10.140)