Ciri-ciri Imam Mahdi yang Datang pada Akhir Zaman

Jum'at, 14 Oktober 2022 - 13:40 WIB
loading...
Ciri-ciri Imam Mahdi...
Ciri-ciri Imam Mahdi yang datang pada akhir zaman antara lain, ia bernama Muhammad bin Abdullah. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Ciri-ciri Imam Mahdi yang datang pada akhir zaman menurut keyakinan Ahlussunnah wal Jamaah, ia berasal dari Ahlu Bait, berkuasa selama 7 tahun, memenuhi dunia dengan keadilan.

Ciri lainnya, tatkala Imam Mahdi datang, Nabi Isa juga keluar membantunya dalam membunuh Dajjal . Ia menjadi imam sholat umat ini dan Isa ikut menjadi makmum di belakangnya.

Ciri-ciri ini, menurut Abu Al-Husain Muhammad bin Al-Husain Al-Abiri dalam kitab "Manaagib Asy-Syafi'i", disampaikan dalam hadis-hadis mengenai Al-Mahdi sudah sangat masyhur dan mutawatir.



Di antara dalil dari Sunnah Nabi SAW yang shahih tentang munculnya al-Mahdi dan ciri-cirinya adalah sabda Nabi Muhammad SAW :

يَخْرُجُ فِي آخِرِ أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ، يُسْقِيْهِ اللهُ الْغَيْثَ، وَتُخْرِجُ اْلأَرْضُ نَبَاتَهاَ، وَيُعْطِى الْمَالَ صِحَاحًا، وَتَكْثُرُ الْمَاشِيَةُ، وَتَعْظُمُ اْلأُمَّةُ، يَعِيْشُ سَبْعاً أَوْ ثَمَانِيًا.

Al-Mahdi akan keluar di akhir kehidupan umatku, Allah akan menurunkan hujan kepadanya sehingga, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya, diberikan kepadanya harta yang melimpah, semakin banyak binatang ternak, dan pada saat itu ummat semakin mulia, dan ia memerintah selama 7 atau 8 tahun.” (HR Al-Hakim)

Juga sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اَلْمَهْدِيُّ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ، يُصْلِحُهُ اللهُ فِيْ لَيْلَةٍ.

Al-Mahdi berasal dari Ahlul Bait, Allah memperbaikinya dalam satu malam.” [HR Ibnu Majah (no. 4085), Ahmad (I/84), dari Sahabat ‘Ali Radhiyallahu anhu].

Rasulullah SAW bersabda:

اَلْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي، مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ

Al-Mahdi berasal dari keturunanku, dari anak Fathimah.” [HR. Abu Dawud (no. 4284), Ibnu Majah (no. 4086), al-Hakim (IV/557), dari Ummu Salamah x. Lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir (no. 6734)].

Rasulullah SAW bersabda:

لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا أَوْ لاَ تَنْقَضِي الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ يُوَاطِىءُ اِسْمُهُ اسْمِيْ.

Tidak akan lenyap atau tidak akan sirna dunia ini, hingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang laki-laki dari keturunanku, yang namanya sama seperti namaku.” [HR At-Tirmidzi (no. 2230), Abu Dawud (no. 4282) dan Ahmad (I/377, 430) dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu, dan lafazh ini milik Ahmad.

Dikatakan shahih menurut Syaikh Ahmad Syakir dalam tahqiq Musnad Ahmad (no. 3573)]. Dalam riwayat yang lain disebutkan: “…Dan nama ayahnya seperti nama ayahku.”



Pendapat Ulama
Mengenai Al-Mahdi berikut ini berdasar pendapat sejumlah ulama yang dinukil Syaikh Mutawalli Sya'rawi dalam bukunya berjudul "Alaamaat Al-Giyaamah Al-Kubraa". Menurutnya, bagi Ahlusunnah wajib hukumnya mengimani tentang akan datangnya Imam Mahdi.

As-Safarini dalam kitab "Lawaami' Al-Anwaar Al-Bahiyyah" mengatakan, riwayat mengenai munculnya Al-Mahdi sangat banyak sehingga mencapai derajat mutawatir maknawi dan hal itu telah masyhur di kalangan ulama Ahli Sunnah sehingga dimasukkan sebagai bagian dari akidah mereka.”

Selanjutnya ia mengatakan, “Keberadaan Al-Mahdi juga telah diriwayatkan dari sebagian sahabat dengan berbagai riwayat, begitu juga dari tabi'in dan ulama-ulama sesudah mereka sehingga semua itu menghasilkan ilmu yakin dan pasti. Maka dari itu, iman dengan munculnya Al-Mahdi adalah wajib sebagaimana yang telah ditetapkan para ulama dan menjadi bagian dari akidah ulama Ahli Sunnah Wal-jamaah."

As-Safarini juga mengatakan, sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya keberadaan Al-Mahdi dari keluarga Nabi SAW adalah sesuatu yang mutawatir, maka kita tidak boleh berpaling dari memercayai keberadaannya."



Muhammad Al-Barzanji dalam "Al-Isyaa'ah" juga mengatakan, hadis-hadis tentang adanya Al-Mahdi dan kemunculannya di akhir zaman dan bahwasanya ia berasal dari keluarga Rasulullah SAW dari keturunan Fatimah ra telah mencapai batas mutawatir makna. "Oleh sebab itulah, kita tidak boleh mengingkarinya," ujarnya.

Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dalam kitab "At-Taudhiih fii Tawaaturi ma Jaa'a fii Al-Mahdi Al-Muntazhar wa Ad-Dajjal wa Al-Masiih" mengatakan, hadis-hadis tentang Al-Mahdi adalah mutawatir tanpa ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya. Bahkan predikat mutawatir digunakan untuk hadis-hadis yang derajatnya di bawah hadis-hadis tentang Al-Mahdi berdasarkan terminologi-terminologi yang ditarjih dalam ilmu ushul (pokok).



Adapun atsar-atsar dari sahabat yang menegaskan adanya Al-Mahdi juga sangat banyak dan dihukumi seperti hadis-hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW karena dalam masalah seperti itu tidak ada ruang untuk ijtihad."

Asy-Syaukani juga mengatakan, hadis-hadis mengenai Al-Mahdi Al-Muntazhar (yang ditunggu) adalah mutawatir, hadis-hadis mengenai Dajjal adalah mutawatir dan hadis-hadis mengenai turunnya Isa bin Maryam adalah juga mutawatir."

Shadiq bin Hasan dalam Al-dzaa'ah mengatakan, hadis-hadis tentang Al-Mahdi dengan bermacam-macam riwayatnya sangat banyak dan mencapai batas mutawatir. Hadis-hadis tersebut disebutkan dalam kitab-kitab sunnah dan kitab Islam lainnya dalam bentuk mu'jam maupun musnad.

Shadiq juga mengatakan, yang jika diringkas adalah: “Tidak diragukan lagi bahwa Al-Mahdi akan keluar pada akhir zaman berdasarkan hadis-hadis yang mencapai derajat mutawatir tentang hal itu sebagaimana juga yang telah disepakati jumhur ulama baik salaf maupun khalaf, kecuali orang yang perselisihannya tidak perlu dihitung,” sampai mengatakan, “Tidak boleh diragukan keberadaan Al-Mahdi yang ditunggu dan dijanjikan dari keturunan Fatimah karena ada dalil-dalil yang menunjukkannya. Bahkan mengingkarinya merupakan tindakan yang terlalu gegabah karena menentang teks-teks yang sudah sangat masyhur dan sudah mencapai batas mutawatir."

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2651 seconds (0.1#10.140)