3 Kisah Mengagumkan Sebelum Imam Said bin Jubair Syahid di Tangan Hajjaj
loading...
A
A
A
"Bukan. Aku bukan Nabi. Aku hanya hamba dari hamba-hamba Allah yang banyak dosanya."
Akhirnya mereka meninggalkan sang imam berada di luar biara seorang diri, menutup semua pintu dan jendela rapat-rapat. Tentu sambil membuat celah kecil guna bisa mengawasi dari balik jendela. Khawatir beliau celaka diterkam oleh singa atau malah melarikan diri.
Tidak lama kemudian datanglah seekor singa besar. Singa itu mendekati Said bin Jubair yang kala itu sedang sholat. Setelah mengamati beberapa saat, singa itu mendekat lalu menundukkan kepala kepada Imam Said bin Jubeir dan menjilat-jilat kepala beliau.
Tak lama datang lagi seekor singa lainnya, ia juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh singa pertama. Lalu kedua singa itu duduk di samping Said yang tetap dalam keadaan mengerjakan sholat.
Pendeta dan Penghuni Biara Masuk Islam
Seluruh pemilik mata yang menyaksikan itu dibuat takjub dengan pemandangan yang mereka lihat. Sepanjang malam kedua singa itu duduk menderum di samping Imam Said bin Jubair yang sedang sholat seperti sedang menjaganya.
Ketika waktu pagi tiba, sang pendeta langsung turun menemui Said dan bertanya beberapa hal tentang agama Islam. Beliau pun kemudian menerangkan tentang ajaran syariat dan sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Akhirnya pendeta dan para penghuni biara lainnya mengucapkan kalimat Syahadat.
Multamis sang komandan pasukan berkata: "Wahai Said, kami memang diperintahkan untuk menangkapmu, namun silakan perintahkan kepada kami apapun yang engkau mau."
Imam Said bin Jubair menjawab:
امضوا لأمركم، فإني لائذ بخالقي ، ولا راد لقضائه
"Tunaikan tugas yang diperintahkan kepada kalian, aku meminta perlindungan hanya kepada penciptaku dan tidak ada yang bisa menolak takdir-Nya."
Komandan Pasukan dan Prajuritnya Minta Didoakan Imam Said
Pasukan itu kembali bergerak menuju Kuffah untuk membawa sang imam kepada Hajjaj bin Yusuf. Ketika mereka telah sampai di daerah bernama Wasith, dekat dengan tempat yang mereka tuju, Imam Said meminta kepada mereka agar ia diperkenankan sholat sepanjang malam di tempat tersebut.
Pasukan itupun mengizinkannya tanpa syarat apapun. Malam itu mereka menatap sang imam dengan pandangan iba. Sa'id bin Jubeir sejak bersama mereka menolak untuk makan dan minum. Namun ia tidak nampak lemah sama sekali dalam mengerjakan ibadah. Dan malam itu mereka menyaksikan sang imam sujud sambil menangis sepanjang malam.
Setelah Said selesai sholat, Multamis berkata kepadanya:
يا خير أهل الأرض، ليتنا لم نعرفك، ولم نسرح إليك، الويل لنا ويلا طويلا، كيف ابتلينا بك! اعذرنا عند خالقنا يوم الحشر الأكبر
"Wahai sebaik-baik penghuni bumi, seandainya saja kami ini tidak mengenalmu sama sekali, sehingga kami tidak terlibat dalam kasus ini. Celaka kami dengan kecelakaan sepanjang usia kami. Bagaimana bisa kami menyerahkan orang seperti dirimu? Maafkan dan mohonkan ampun atas diri-diri kami pada hari Mahsyar yang dahsyat nanti."
Imam Said bin Jubeir menjawab dengan lembut dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Komandan dan para pasukan itu semuanya menangis tersedu-sedu. Mereka sampai ada yang berkata: "Sungguh kami tidak akan bisa lagi bertemu dengan orang sepertimu selama-lamanya."
Selanjutnya sang imam membersihkan diri dan pakaiannya. Setelah tiba waktu Subuh, beliau mengerjakan sholat lalu selanjutnya beliau bersiap-siap untuk bertemu sang penguasa zalim, Hajjaj bin Yusuf.
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Kita tunggu saja cerita Ustaz Ahmad Syahrin Thariq berikutnya. Insya Allah!
Referensi:
Siyar A'lam Nubala (4/321-330)
Akhirnya mereka meninggalkan sang imam berada di luar biara seorang diri, menutup semua pintu dan jendela rapat-rapat. Tentu sambil membuat celah kecil guna bisa mengawasi dari balik jendela. Khawatir beliau celaka diterkam oleh singa atau malah melarikan diri.
Tidak lama kemudian datanglah seekor singa besar. Singa itu mendekati Said bin Jubair yang kala itu sedang sholat. Setelah mengamati beberapa saat, singa itu mendekat lalu menundukkan kepala kepada Imam Said bin Jubeir dan menjilat-jilat kepala beliau.
Tak lama datang lagi seekor singa lainnya, ia juga melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh singa pertama. Lalu kedua singa itu duduk di samping Said yang tetap dalam keadaan mengerjakan sholat.
Pendeta dan Penghuni Biara Masuk Islam
Seluruh pemilik mata yang menyaksikan itu dibuat takjub dengan pemandangan yang mereka lihat. Sepanjang malam kedua singa itu duduk menderum di samping Imam Said bin Jubair yang sedang sholat seperti sedang menjaganya.
Ketika waktu pagi tiba, sang pendeta langsung turun menemui Said dan bertanya beberapa hal tentang agama Islam. Beliau pun kemudian menerangkan tentang ajaran syariat dan sunnah Nabi shollallahu 'alaihi wasallam. Akhirnya pendeta dan para penghuni biara lainnya mengucapkan kalimat Syahadat.
Multamis sang komandan pasukan berkata: "Wahai Said, kami memang diperintahkan untuk menangkapmu, namun silakan perintahkan kepada kami apapun yang engkau mau."
Imam Said bin Jubair menjawab:
امضوا لأمركم، فإني لائذ بخالقي ، ولا راد لقضائه
"Tunaikan tugas yang diperintahkan kepada kalian, aku meminta perlindungan hanya kepada penciptaku dan tidak ada yang bisa menolak takdir-Nya."
Komandan Pasukan dan Prajuritnya Minta Didoakan Imam Said
Pasukan itu kembali bergerak menuju Kuffah untuk membawa sang imam kepada Hajjaj bin Yusuf. Ketika mereka telah sampai di daerah bernama Wasith, dekat dengan tempat yang mereka tuju, Imam Said meminta kepada mereka agar ia diperkenankan sholat sepanjang malam di tempat tersebut.
Pasukan itupun mengizinkannya tanpa syarat apapun. Malam itu mereka menatap sang imam dengan pandangan iba. Sa'id bin Jubeir sejak bersama mereka menolak untuk makan dan minum. Namun ia tidak nampak lemah sama sekali dalam mengerjakan ibadah. Dan malam itu mereka menyaksikan sang imam sujud sambil menangis sepanjang malam.
Setelah Said selesai sholat, Multamis berkata kepadanya:
يا خير أهل الأرض، ليتنا لم نعرفك، ولم نسرح إليك، الويل لنا ويلا طويلا، كيف ابتلينا بك! اعذرنا عند خالقنا يوم الحشر الأكبر
"Wahai sebaik-baik penghuni bumi, seandainya saja kami ini tidak mengenalmu sama sekali, sehingga kami tidak terlibat dalam kasus ini. Celaka kami dengan kecelakaan sepanjang usia kami. Bagaimana bisa kami menyerahkan orang seperti dirimu? Maafkan dan mohonkan ampun atas diri-diri kami pada hari Mahsyar yang dahsyat nanti."
Imam Said bin Jubeir menjawab dengan lembut dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Komandan dan para pasukan itu semuanya menangis tersedu-sedu. Mereka sampai ada yang berkata: "Sungguh kami tidak akan bisa lagi bertemu dengan orang sepertimu selama-lamanya."
Selanjutnya sang imam membersihkan diri dan pakaiannya. Setelah tiba waktu Subuh, beliau mengerjakan sholat lalu selanjutnya beliau bersiap-siap untuk bertemu sang penguasa zalim, Hajjaj bin Yusuf.
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Kita tunggu saja cerita Ustaz Ahmad Syahrin Thariq berikutnya. Insya Allah!
Referensi:
Siyar A'lam Nubala (4/321-330)