Kisah Louis Farrakhan yang Anggap Elijah Muhammad sebagai Al-Mahdi

Senin, 28 November 2022 - 09:52 WIB
loading...
A A A


Setelah Elijah mengusir putranya, Warith Deen Muhammed (yang waktu itu bernama Wallace) dari Nation yang lama karena perbuatan bid'ahnya, Farrakhan mengumumkan bahwa Warith telah memilih "jalan orang-orang munafik."

Belakangan, ketika Warith menjadi pimpinan Nation, dan mengangkat Farrakhan sebagai juru bicaranya, Farrakhan menampakkan dukungannya di hadapan umum, dengan mengatakan bahwa Warith telah memperoleh rahmat Allah: "Tak ada orang lain yang mendapatkan kunci ketuhanan. Tak ada seorang pun yang cukup bijaksana bahkan hanya untuk mendekati tali sepatu Wallace D. Muhammad."

Pada 1964, Farrakhan memimpin sebuah serangan melawan Malcolm X, ketika Malcolm menuduh Elijah melakukan pemalsuan dan perzinaan. Dalam satu rangkaian artikel di surat kabar organisasi itu. Farrakhan, yang dahulu merupakan anak didik Malcolm, menulis: "Hanya orang-orang yang mengharapkan digiring ke neraka atau menuju ajalnyalah yang akan mengikuti Malcolm. Orang seperti itu pantas mati dan akan menemui kematiannya jika hidupnya bukan untuk agama Muhammad."

Dia juga menyebut Malcolm "seorang jendral tolol yang tidak memiliki pasukan." Beberapa bulan kemudian Malcolm dibunuh. Dia mati dengan dua puluh satu luka tembakan.

Farrakhan, yang kemudian menggantikan posisi Malcolm sebagai juru bicara nasional Elijah Muhammad, menyatakan dirinya tidak bersalah dalam peristiwa pembunuhan Malcolm. Dia mengakui memperbesar suasana pembunuhan tersebut, tetapi, katanya, Malcolm sendirilah yang menciptakan hal itu.

Farrakhan juga berpegang pada tulisannya. "Tak satu pun yang saya tulis atau saya katakan kemarin tidak saya setujui hari ini --tak satu kata pun dari yang telah saya ucapkan!" tegasnya. "Saya tidak akan melakukan satu hal pun yang berbeda. Siapa saja yang berdiri menentang Yang Mulia Elijah Muhammad seperti itu, saya akan berdiri menentang mereka."



Farrakhan yang menempatkan dirinya sebagai antihero, melindungi dirinya dengan para pengawal. Dia mungkin tidak diilhami oleh kesetiaan buta pengikutnya seperti yang pernah dilakukan Elijah Muhammad. Namun demikian, jika dia diganggu, anggota Fruit, yang bisa menjadi segarang tentara Elijah, akan membalas.

Mereka percaya ketaatan terhadap kehendak Allah berjalan seiring dengan kepatuhan kehendak Farrakhan. Dalam memimpin, Farrakhan bergantung pada kepasrahan total mereka, seperti yang dilakukan Elijah.

Dalam otobiografinya, Malcohm X menggambarkan kesetiaannya kepada Elijah dahulu sebagai berikut: "Saya seperti orang yang bebal waktu itu --seperti semua orang muslim-- saya dihipnotis, ditudingkan ke suatu arah tertentu dan diperintahkan untuk berbaris. Yah, saya pikir orang berhak membodohi dirinya sendiri jika dia telah siap untuk membayar harganya. Saya harus membayarnya selama 12 tahun."

Pengikut Warith Mohammed
Seperti yang dilakukan Elijah Muhammad, Farrakhan menghalangi orang kulit putih masuk ke masjidnya. Di sanalah letak daya tarik terbesar Nation: Masjid itu menjadi tempat perlindungan bagi orang kulit hitam di negeri yang mungkin akan semakin sadar-ras.

Tetapi bagi banyak orang Muslim, termasuk pengikut Warith Mohammed, kepandaian berpidato Farrakhan merupakan barang peninggalan dari 1960-an, dan pendapatnya tentang Islam, yang berdasarkan pada mitos Elijah Muhammad, kekurangan makna spiritual. Dia orang yang berjuang sendirian, dan nasib Nation sangat tergantung pada kharismanya.

Dengan dikendalikan secara lebih longgar, para pengikut Mohammed mempelajari sejarah Islam untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berat yang timbul di masa sekarang. Bagi mereka, Islam telah disempurnakan sejak zaman Nabi Muhammad. Memperbaharui Islam adalah perbuatan sia-sia, karena Allah telah meramalkan masa depan dan membuat Islam sebagai agama yang sempurna dan mutlak --agama di segala zaman.



Di kalangan kulit hitam Amerika, perkembangan Islam selanjutnya bergantung, sebagian, pada apakah pemimpin Muslim dapat membangun persatuan atau tidak. Untuk melakukan hal itu, kedudukan Elijah Muhammad dalam sejarah harus dimanfaatkan. Dalam hal ini, Warith Mohammed lebih menganggap dia sebagai "seorang pembaharu sosial" yang ditipu oleh "seorang satiris", W.D. Farad Muhammad.

Dalam dunia Farrakhan, dan dalam Nation, Elijah Muhammad masih berdaulat --dan Farrakhan sendiri merupakan pewaris spiritual yang sah, yang mendapat bimbingannya.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1729 seconds (0.1#10.140)