Kisah Louis Farrakhan yang Anggap Elijah Muhammad sebagai Al-Mahdi

Senin, 28 November 2022 - 09:52 WIB
loading...
Kisah Louis Farrakhan yang Anggap Elijah Muhammad sebagai Al-Mahdi
Louis Farrakhan. Foto/Ilustrasii: splcenter
A A A
Gerakan Islam di Amerika Serikat diwarnai hal-hal yang kontroversial. Pendiri dan pimpinan Nation of Islam, Elijah Muhammad, yang sebelum memeluk Islam dan mengaku sebagai nabi bernama Elijah Robert Poole sudah meninggal pada 25 Februari 1975. Hanya saja, para pengikutnya meyakini dia tidak mati. Salah satu yang mengimani hal itu adalah Louis Eugene Walcott atau Louis Farrakhan.

Di masjid pendiri Nation of Islam 'baru" ini ada spanduk yang bertulisan: "Tidak ada tuhan selain Allah. Muhammad adalah utusan-Nya"-yang secara implisit merujuk kepada Elijah, bukan Rasulullah SAW .

Steven Barbosa dalam bukunya berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995) menyebutkan bukti lebih lanjut tentang pandangan-pandangannya yang mempercayai hal itu tampak dalam surat kabar kelompoknya, The Final Call.



Koran itu memuat gambar Elijah yang mengenakan tarbus bertabur permata, dalam sebuah artikel tentang iman: "Kami yakin bahwa Allah (Tuhan) mewujudkan diri dalam bentuk manusia dalam diri Master W. Farad Muhammad, Juli 1930; seorang 'Messiah' yang telah lama dinanti-nanti oleh umat Kristen dan 'Mahdi' oleh umat Islam."

Terlebih lagi, Farrakhan mengajukan tantangan berikut ini di surat kabarnya:

"Saya, Louis Farrakhan, berkata kepada dunia bahwa Yang Mulia Elijah Muhammad tidak mati secara fisik. Lebih jauh saya menyatakan bahwa beliau diutus untuk datang seperti yang tertulis di dalam Injil dan Kitab Suci Al-Quran, agar janji dalam Kitab Suci tersebut terpenuhi.

Kami selalu siap, kapan pun, untuk membayar penggalian "mayat" Yang Mulia Elijah Muhammad dan kami selalu siap untuk membayar dua orang dokter giginya untuk membandingkan dokumen giginya dengan dokumen gigi yang didapat dari penelitian terhadap "mayat" itu."

Dalam sebuah wawancara, Farrakhan berkata, "Saya telah mengambil posisi yang secara otomatis membuat saya dikatakan gila, atau setidaknya, seorang dukun. Namun demikian, saya tetap merupakan orang yang paling berhasil di antara murid-muridnya. Jika saya, tidak salah maka dunia akan mengalami kejutan yang mengerikan."

Steven Barbosa mengatakan beberapa orang Muslim meyakini bahwa Farrakhan mengubah-ubah pendapatnya terhadap masing-masing pendengarnya. Dia mengatakan suatu hal untuk menentramkan orang yang berpegang pada ajaran-ajaran Elijah Muhammad dan mengatakan hal yang berbeda untuk menyenangkan kaum Muslim ortodoks.

Dia siap melawan orang-orang yang ragu-ragu. Di sebuah kamar hotel di Washington D.C., dia berkata, "Saya menjadi Muslim bukan karena fatwa yang datang dari Mekkah atau karena maklumat yang datang dari Nabi Muhammad."



Memberantas Narkotika
Para pengikut Farrakhan adalah orang-orang yang sibuk. Pasukan pemberantas narkotiknya menjadi berita utama, memperbaiki citra kelompoknya di mata masyarakat. Lalu Farrakhan menguji popularitas Nation di tempat-tempat pemilihan suara di D.C. pada 1990.

Kandidat pilihannya berbicara di atas podium tentang organisasi yang bersih dan tidak dapat disuap dan tentang prinsip-prinsip pertolongan pada diri sendiri yang diperkenalkan oleh Elijah Muhammad. Mereka bukan menginginkan agar Distrik itu dibangun kembali sebagai daerah orang kulit hitam. Mereka berkampanye dengan bersih, menurut perintah-perintah Farrakhan, media berita jelas-jelas mengabaikan hal itu.

Demikian Pula dengan Para pemberi suara.

Dr Abdul Alim Muhammad, seorang ahli bedah dan juru bicara nasional Farrakhan, mencalonkan diri untuk menjadi anggota Kongres di Distrik 5 Maryland, yang 60% anggotanya adalah orang kulit hitam, mendapatkan kurang dari seperempat suara dalam pemilihan pendahuluan (untuk memilih calon dari masing-masing partai). Namun demikian, dia tetap mengumumkan kemenangan, dengan menuduh adanya penyuapan dalam pemungutan suara.

Calon Muslim untuk delegasi kongres, seorang pengacara, mendapatkan 5% suara. Dia juga mengumumkan kemenangan.

Dr. Muhammad mengatakan pada pendukungnya, "Kami menanamkan ide tentang kemenangan puncak kami dalam pikiran dan hati semua orang, hitam dan putih."

Farrakhan berpendapat bahwa menghendaki adanya sebuah masyarakat yang terpisah untuk kaum kulit hitam sementara turut ambil bagian dalam proses politik Amerika, bukannya tidak konsisten. "Bagaimana cita-cita itu dapat terlaksana selain lewat jalur politik?" katanya.

Tujuannya adalah untuk mengajukan program orang Muslim ke hadapan Kongres sehingga Kongres sendiri dapat mempertimbangkan apakah pemisahan itu merupakan sebuah alternatif yang dapat dipertahankan terus untuk pemusnahan secara teratur terhadap suatu golongan bangsa.



Setelah Elijah mengusir putranya, Warith Deen Muhammed (yang waktu itu bernama Wallace) dari Nation yang lama karena perbuatan bid'ahnya, Farrakhan mengumumkan bahwa Warith telah memilih "jalan orang-orang munafik."

Belakangan, ketika Warith menjadi pimpinan Nation, dan mengangkat Farrakhan sebagai juru bicaranya, Farrakhan menampakkan dukungannya di hadapan umum, dengan mengatakan bahwa Warith telah memperoleh rahmat Allah: "Tak ada orang lain yang mendapatkan kunci ketuhanan. Tak ada seorang pun yang cukup bijaksana bahkan hanya untuk mendekati tali sepatu Wallace D. Muhammad."

Pada 1964, Farrakhan memimpin sebuah serangan melawan Malcolm X, ketika Malcolm menuduh Elijah melakukan pemalsuan dan perzinaan. Dalam satu rangkaian artikel di surat kabar organisasi itu. Farrakhan, yang dahulu merupakan anak didik Malcolm, menulis: "Hanya orang-orang yang mengharapkan digiring ke neraka atau menuju ajalnyalah yang akan mengikuti Malcolm. Orang seperti itu pantas mati dan akan menemui kematiannya jika hidupnya bukan untuk agama Muhammad."

Dia juga menyebut Malcolm "seorang jendral tolol yang tidak memiliki pasukan." Beberapa bulan kemudian Malcolm dibunuh. Dia mati dengan dua puluh satu luka tembakan.

Farrakhan, yang kemudian menggantikan posisi Malcolm sebagai juru bicara nasional Elijah Muhammad, menyatakan dirinya tidak bersalah dalam peristiwa pembunuhan Malcolm. Dia mengakui memperbesar suasana pembunuhan tersebut, tetapi, katanya, Malcolm sendirilah yang menciptakan hal itu.

Farrakhan juga berpegang pada tulisannya. "Tak satu pun yang saya tulis atau saya katakan kemarin tidak saya setujui hari ini --tak satu kata pun dari yang telah saya ucapkan!" tegasnya. "Saya tidak akan melakukan satu hal pun yang berbeda. Siapa saja yang berdiri menentang Yang Mulia Elijah Muhammad seperti itu, saya akan berdiri menentang mereka."



Farrakhan yang menempatkan dirinya sebagai antihero, melindungi dirinya dengan para pengawal. Dia mungkin tidak diilhami oleh kesetiaan buta pengikutnya seperti yang pernah dilakukan Elijah Muhammad. Namun demikian, jika dia diganggu, anggota Fruit, yang bisa menjadi segarang tentara Elijah, akan membalas.

Mereka percaya ketaatan terhadap kehendak Allah berjalan seiring dengan kepatuhan kehendak Farrakhan. Dalam memimpin, Farrakhan bergantung pada kepasrahan total mereka, seperti yang dilakukan Elijah.

Dalam otobiografinya, Malcohm X menggambarkan kesetiaannya kepada Elijah dahulu sebagai berikut: "Saya seperti orang yang bebal waktu itu --seperti semua orang muslim-- saya dihipnotis, ditudingkan ke suatu arah tertentu dan diperintahkan untuk berbaris. Yah, saya pikir orang berhak membodohi dirinya sendiri jika dia telah siap untuk membayar harganya. Saya harus membayarnya selama 12 tahun."

Pengikut Warith Mohammed
Seperti yang dilakukan Elijah Muhammad, Farrakhan menghalangi orang kulit putih masuk ke masjidnya. Di sanalah letak daya tarik terbesar Nation: Masjid itu menjadi tempat perlindungan bagi orang kulit hitam di negeri yang mungkin akan semakin sadar-ras.

Tetapi bagi banyak orang Muslim, termasuk pengikut Warith Mohammed, kepandaian berpidato Farrakhan merupakan barang peninggalan dari 1960-an, dan pendapatnya tentang Islam, yang berdasarkan pada mitos Elijah Muhammad, kekurangan makna spiritual. Dia orang yang berjuang sendirian, dan nasib Nation sangat tergantung pada kharismanya.

Dengan dikendalikan secara lebih longgar, para pengikut Mohammed mempelajari sejarah Islam untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berat yang timbul di masa sekarang. Bagi mereka, Islam telah disempurnakan sejak zaman Nabi Muhammad. Memperbaharui Islam adalah perbuatan sia-sia, karena Allah telah meramalkan masa depan dan membuat Islam sebagai agama yang sempurna dan mutlak --agama di segala zaman.



Di kalangan kulit hitam Amerika, perkembangan Islam selanjutnya bergantung, sebagian, pada apakah pemimpin Muslim dapat membangun persatuan atau tidak. Untuk melakukan hal itu, kedudukan Elijah Muhammad dalam sejarah harus dimanfaatkan. Dalam hal ini, Warith Mohammed lebih menganggap dia sebagai "seorang pembaharu sosial" yang ditipu oleh "seorang satiris", W.D. Farad Muhammad.

Dalam dunia Farrakhan, dan dalam Nation, Elijah Muhammad masih berdaulat --dan Farrakhan sendiri merupakan pewaris spiritual yang sah, yang mendapat bimbingannya.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1804 seconds (0.1#10.140)