Catatan Mualaf Jerman Wilfred Hoffman tentang Pantheisme, Hegelianisme dan Gnostisisme

Rabu, 30 November 2022 - 16:32 WIB
loading...
A A A
Selamat datang Hegel! Dalam "catatan buat pemimpin redaksi" keesokan harinya, penulis mengambil sikap yang menyerupai sikap elit pencerah (Barat) ia menulis, "Sungguh risalah Almasih tidak ditujukan untuk akal kita, tetapi ditujukan untuk roh dan jiwa kita. Sungguh tuhan telah menciptakan kita pada asalnya dengan memandang kita sebagai anak-anak cahaya yang sempurna dan makhluk-makhluk rohani yang suci."

Penulis kata-kata ini tidak memberitahukan kepada kita, bagaimana mungkin risalah-risalah kenabian bisa sampai ke dalam jiwa tanpa jalan akal.

Selamat datang Gnostisisme! Semua bualan ini belum mencapai puncaknya, lihatlah buku yang ditulis oleh sejarawan Prancis, Jean Delimo dengan judul "Inilah yang Kuimani" (Grasset;1985)

Dia benar ketika memulai hipotesisnya bahwa akidah Kristen memiliki karakter revolusioner radikal dalam konsep tentang tuhan. Dan, hanya sedikit saja yang mampu menangkap hakikatnya pada suatu waktu.

Tetapi Delimo, setelah itu, memperkuat pendapat Kristen yang salah yang mengatakan bahwa selama tuhan Almasih adalah tuhan, maka tuhan mungkin akan menjadi lemah, rendah, dan penyakitan. Sebenarnya, tuhan yang sesuai dengan logika akan senantiasa menanggung rasa sakit beserta dan melalui orang-orang yang susah dan nestapa ketika Almasih menyatu dengan mereka.



Logika ini membuat Delimo mengungkapkan harapannya pada kejadian perubahan-perubahan besar menuju yang lebih baik pada saat manusia menyadari bahwa, "Tuhan merasakan, seperti kita bahkan lebih dari apa yang kita rasakan, akan kejahatan alam yang keras ini." Apakah keutamaan tersembunyi dalam perasaan merintih kepada tuhan?

Berlawanan dengan kontradiksi-kontradiksi ini, konsep Islam tentang Tuhan tidak diimbasi kerancuan, akan tetapi berkarakter logika rasional yang kuat dan jelas.

Sungguh Allah, seperti yang Dia deskripsikan sendiri dalam Al-Qur'an adalah: Yang Mahasatu, Maha Esa, tidak beranak tidak pula diperanakkan, Maha Pencipta, Mahasempurna, tidak ada yang menyamainya, Maha Mengatur, Mahamutlak, Mahasuci dari segala kekurangan, dan Mahakaya. Allah Mahakuasa, pemberi hidayah kepada manusia melalui nabi-nabi-Nya, tanpa membutuhkan inkarnasi, mengadopsi anak, atau mengorbankan diri-Nya.

Menghadapi interpretasi-interpretasi yang berhubungan alasan ketuhanan dalam kemanusiaan Almasih, hendaknya seseorang merenungi isi surat al-Ikhlas, yang selalu aktual sepanjang 1400 tahun yang lalu. Allah berfirman, "Katakanlah bahwa Allah itu Esa (Satu). Allah tempat bergantung. Tidak beranak, tidak pula diperanakan. Dan, tidak ada seorang pun yang menyamai-Nya."

Keluarga Katholik
Siapa Hoffman? Nama sebelum ia masuk Islam adalah Wilfred Hoffman. Begitu memeluk Islam, namanya ditambah menjadi Murad Wilfred Hoffman atau lebih populer dengan Murad Hoffman.

Dia terlahir pada 6 Juli 1931, dari sebuah keluarga Katholik, di Jerman. Pendidikan Universitasnya dilalui di Union College, New York. Dia Doktor dalam bidang Undang-Undang Jerman, juga magister dari Universitas Harvard dalam bidang Undang-Undang Amerika.

Ia bekerja di kementerian luar negeri Jerman, semenjak tahun 1961 hingga tahun 1994. Ia terutama bertugas dalam masalah pertahanan nuklir. Murad pernah menjadi direktur penerangan NATO di Brussel, Duta Besar Jerman di Aljazair dan terakhir Duta Besar Jerman di Maroko, hingga tahun 1994.

Pengalamannya sebagai duta besar dan tamu beberapa negara Islam mendorongnya untuk mempelajari Islam, terutama Al-Qur'an. Dengan tekun ia mempelajari Islam dan belajar mempraktikkan ibadah-ibadahnya.



Setelah lama ia rasakan pergolakan pemikiran dalam dirinya yang makin mendekatkan dirinya kepada keimanan, pada tanggal 25 September 1980, di Islamic Center Colonia, ia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ketika ia menjadi duta besar Jerman di Maroko, pada tahun 1992, ia mempublikasikan bukunya yang menggegerkan masyarakat Jerman: Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif).

Dalam buku tersebut, ia tidak saja menjelaskan bahwa Islam adalah alternatif yang paling baik bagi peradaban Barat yang sudah keropos dan kehilangan justifikasinya, namun ia secara eksplisit mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu keniscayaan.
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2424 seconds (0.1#10.140)