Sejarah Perang Khandaq: 3.000 Muslim Pukul Mundur 10.000 Pasukan Kafir

Selasa, 10 Januari 2023 - 14:46 WIB
loading...
Sejarah Perang Khandaq: 3.000 Muslim Pukul Mundur 10.000 Pasukan Kafir
Sejarah Perang Khandaq menorehkan citra positif bagi umat Islam. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Sejarah Perang Khandaq menorehkan citra positif bagi umat Islam, kala itu. Perang ini juga dikenal sebagai Pertempuran Al-Ahzab dan Pertempuran Konfederasi. Peristiwa ini membuat umat Islam mendapatkan kedudukan lebih kuat dan strategis dalam konstalasi politik suku Arab. Peristiwa ini dipicu serangan pasukan kafir Quraisy ke Kota Madinah .

Perang yang meletus pada tahun ke-5 hijriah atau pada 627 Masehi ini antara 3.000 personel umat Islam melawan koalisi kaum kafir dengan kekuatan 10.000 personel. Koalisi musuh Islam tersebut ini terdiri orang kafir Mekkah, kaum Yahudi, orang-orang Quraisy, dan beberapa kelompok konspirasi.



Muhammad Husain Haikal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menyebut dari pihak Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan menyiapkan 4.000 orang prajurit, 3.000 ekor kuda dan 1.500 orang dengan unta.

Banu Fazara yang dipimpin oleh 'Uyaina bin Hishn bin Hudhaifa telah siap dengan sejumlah pasukan besar dan 100 unta. Sedang Asyja' dan Murra masing-masing membawa 400 prajurit. Menyusul pula Sulaim, biang-keladi peristiwa Bi'r Ma'una, dengan 700 orang.

Mereka itu semua berkumpul, yang kemudian datang pula Banu Sa'd dan Asad menggabungkan diri. Jumlah mereka kurang lebih semuanya menjadi 10.000 orang. Syekh Wahbah Zuhaili bahkan menyebut 15.000 orang. Semua mereka itu berangkat menuju Madinah dibawah pimpinan Abu Sufyan.

Perang Khandaq dipicu oleh seruan dan ajakan orang-orang Yahudi saat itu kepada beberapa kelompok dan pembesar suatu suku, lantaran mereka sangat emosi dan merasa sangat terhina ketika melihat kaum Muslimin semakin luar biasa dan semakin luas dalam menyebarkan agama Islam.

Tidak hanya itu, kaum Yahudi merasa iri ketika melihat keuntungan yang selalu diraih umat Islam. Kaum Yahudi mulai membangun strategi, dengan cara melakukan konspirasi baru untuk mengumpulkan pasukan yang banyak, guna menyerang kaum Muslimin.



Syekh Wahbah Zuhaili menyebutkan dalam kitabnya berjudul "Tafsir Munir liz Zuhaili" menyebut sebab terjadinya perang Khandaq adalah ulah orang Yahudi. Keluar sebagian golongan dari Bani Nudair dan Bani Quraizhah, kemudian menghadap orang-orang Quraisy di Mekkah, lantas mereka mengajaknya untuk memerangi Rasulullah SAW.

Mereka berkata kepada orang-orang Quraisy: sesungguhnya agama kalian lebih baik dari agama Muhammad. Setelah itu, mereka menghadap kelompok Ghatafan, Kaisan, Ilan, Bani Marrah, dan Asja’, dan mengajaknya untuk berperang ke Madinah, maka kedua kelompok (kafir penyembah barhala, dan ahli kitab) sepakat untuk membentuk tentara di bawah kepemimpinan Abu Sufyan”.

Rencana jahat itu terdengar oleh kaum Muslimin, dan disampaikan kepada Rasulullah SAW. Kemudian Nabi mengajak para sahabat untuk bermusyawarah.

Dalam musyawarah itu, Salman al-Farisi menawarkan sebuah gagasan yang cemerlang. Seorang sahabat pendatang dari Persia itu mengusulkan agar kaum Muslimin menggali parit di wilayah utara kota Madinah, yaitu daerah yang bisa menghubungkan antara kedua ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah.

Daerah ini juga merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh. Sedangkan sisi lainnya sudah menjadi benteng, karena terdapat gunung-gunung tinggi, yang dipenuhi pohon kecil, dan dikelilingi pohon-pohon kurma, sehingga bisa menyulitkan unta dan pejalan kaki untuk melewatinya.



Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya yang telah dialihbahasakan Mahyuddin Syaf dkk dengan judul "Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah" mengisahkan pengepungan Madinah dimulai pada 31 Maret 627 dan berakhir setelah 27 hari.

Kaum kafir Quraish telah mengatur siasat dan taktik perang secara licik. Tentara Quraisy dan Ghathfan akan menyerang kota Madinah dari luar. Sementara Bani Quraidlah (Yahudi) akan menyerangnya dari dalam yaitu dari belakang barisan Kaum Muslimin. Lewat cara ini pasukan musuh memprediksi pasukan Islam akan terjepit dari dua arah.

Nah, pada hari itu tentara yang besar mendekati kota Madinah. Mereka membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap.

Kaum muslimin panik. Mereka bagai kehilangan akal melihat hal yang tidak diduga-duga itu. Keadaan mereka dilukiskan oleh al-Quran sebagai berikut: Ketika mereka datang dari sebelah atas dan dari arah bawahmu, dan tatkala pandangan matamu telah berputar liar, seolah-olah hatimu telah naik sampai kekerongkongan, dan kamu menaruh sangkaan yang bukan-bukan terhadap Allah. ( QS al-Ahzab :10)

Ribuan orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn merangsek menuju Kota Madinah. Pasukan ini tidak saja terdiri dari orang-orang Quraisy, tetapi juga dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka.

Kaum muslimin sadar keadaan sangat gawat. Rasulullah pun mengumpulkan para sahabatnya untuk bermusyawarah. Dan tentu saja mereka semua setuju untuk bertahan dan mengangkat senjata, tetapi apa yang harus mereka lakukan untuk bertahan itu?

Pada saat yang genting tersebut tampil pria jangkung dan berambut lebat. Dialah Salman al-Farisi.

Dari keketinggian ia melayangkan pandangannya meninjau sekitar Madinah. Kota itu dikelilingi gunung dan bukit-bukit batu layaknya benteng. Hanya di sana terdapat pula daerah terbuka, luas dan terbentang panjang, hingga dengan mudah akan dapat diserbu musuh untuk memasuki benteng pertahanan.



Di negerinya, Persia, Salman telah mempunyai pengalaman luas tentang teknik dan sarana perang. Begitu pun tentang siasat dan liku-likunya. Maka tampillah ia mengajukan suatu usul kepada Rasulullah, yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam peperangan mereka selama ini.

Rencana itu berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka.

Begitu menyaksikan parit terbentang di hadapannya, pasukan kafir Quraisy merasa terpukul. Hingga tidak kurang sebulan lamanya kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.

Dan akhirnya pada suatu malam Allah Ta’ala mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memorak-porandakan tentara mereka. Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2378 seconds (0.1#10.140)