Kalam Indah Ustaz Salim A Fillah untuk Para Guru
A
A
A
Ustaz Salim A Fillah menyampaikan kalam indah di momen hari guru yang diperingati secara nasional Senin (25/11/2019). Pesan itu disampaikannya melalui akun Instagramnya @salimafillah, kemarin.
Berikut pesannya:
"Dia yang mengajariku seayat ilmu", begitu dikatakan oleh Sayyidina 'Ali ibn Abi Thalib, "Memiliki hak untuk memperbudakku."
"Seseorang bertanya pada Iskandar Al Maqduni, murid Aristun", tulis Ibn Rusyd, "Mengapa kau doakan gurumu 2 kali sedangkan ayahmu hanya sekali?" Dia menjawab, "Karena Ayahku menjadi wasilah bagi kehidupanku di dunia. Sementara Guruku menjadi perantara bagi hidupku di akhirat nanti. Seandainya Ayahku sekaligus menjadi Guruku, pastilah akan kudoakan dia 3 kali."
Betapa mulia dia yang memegang saham keberhasilan kita, tanpa pernah mengambil bagi hasil di dunia. Dia yang meniupkan nafas cintanya, hingga kuncup-kuncup jiwa kita mekar jadi bunga.
Siapakah sejatinya Guru?
Guru adalah insan yang tak henti belajar, bahkan pada yang jauh lebih muda dan tentang apa yang telah diketahuinya. "Kusimak tiap riwayat ilmu dengan sepenuh hormat," ujar Imam Atha' ibn Abi Rabah, "Meski aku telah menghafalnya, jauh sebelum penyampainya lahir ke dunia."
Guru adalah yang paling bersemangat mendapatkan pemahaman seperti dikatakan Imam Asy-Syafi'i, "Aku terhadap ilmu seperti seorang ibu yang mencari anak semata wayangnya yang hilang. Dan ketika menyimak ilmu, sungguh aku berharap bahwa seluruh tubuhku adalah telinga".
Demikianlah sebab guru yang mandeg belajar adalah murid yang paling gagal. Berhenti memburu ilmu adalah cela bagi yang tua dan celaka bagi yang muda.
Tapi ilmu bagi Guru seakan penghias bagi sesuatu yang lebih tinggi nilainya: Adab. "Jadikan ilmu sebagai garamnya, dan Adab itulah tepungnya," kata Imam Syafi'i menggambarkan 'roti' penopang kehidupan. "Hampir-hampir Adab itu senilai dua pertiga agama," kata Imam Ibn Al-Mubarak.
"Pada seorang Guru yang sebenar berilmu," ujar Ibnu 'Athaillah As Sakandary, "Akan kau reguk Adab yang tak disediakan oleh buku-buku."
Selamat hari guru. Walau telanjur kita dianggap berilmu, jangan malu untuk berkata "Aku tak tahu", dengannya Allah-lah yang kan jadi seagung Guru, membimbing kita selalu.
Berikut pesannya:
"Dia yang mengajariku seayat ilmu", begitu dikatakan oleh Sayyidina 'Ali ibn Abi Thalib, "Memiliki hak untuk memperbudakku."
"Seseorang bertanya pada Iskandar Al Maqduni, murid Aristun", tulis Ibn Rusyd, "Mengapa kau doakan gurumu 2 kali sedangkan ayahmu hanya sekali?" Dia menjawab, "Karena Ayahku menjadi wasilah bagi kehidupanku di dunia. Sementara Guruku menjadi perantara bagi hidupku di akhirat nanti. Seandainya Ayahku sekaligus menjadi Guruku, pastilah akan kudoakan dia 3 kali."
Betapa mulia dia yang memegang saham keberhasilan kita, tanpa pernah mengambil bagi hasil di dunia. Dia yang meniupkan nafas cintanya, hingga kuncup-kuncup jiwa kita mekar jadi bunga.
Siapakah sejatinya Guru?
Guru adalah insan yang tak henti belajar, bahkan pada yang jauh lebih muda dan tentang apa yang telah diketahuinya. "Kusimak tiap riwayat ilmu dengan sepenuh hormat," ujar Imam Atha' ibn Abi Rabah, "Meski aku telah menghafalnya, jauh sebelum penyampainya lahir ke dunia."
Guru adalah yang paling bersemangat mendapatkan pemahaman seperti dikatakan Imam Asy-Syafi'i, "Aku terhadap ilmu seperti seorang ibu yang mencari anak semata wayangnya yang hilang. Dan ketika menyimak ilmu, sungguh aku berharap bahwa seluruh tubuhku adalah telinga".
Demikianlah sebab guru yang mandeg belajar adalah murid yang paling gagal. Berhenti memburu ilmu adalah cela bagi yang tua dan celaka bagi yang muda.
Tapi ilmu bagi Guru seakan penghias bagi sesuatu yang lebih tinggi nilainya: Adab. "Jadikan ilmu sebagai garamnya, dan Adab itulah tepungnya," kata Imam Syafi'i menggambarkan 'roti' penopang kehidupan. "Hampir-hampir Adab itu senilai dua pertiga agama," kata Imam Ibn Al-Mubarak.
"Pada seorang Guru yang sebenar berilmu," ujar Ibnu 'Athaillah As Sakandary, "Akan kau reguk Adab yang tak disediakan oleh buku-buku."
Selamat hari guru. Walau telanjur kita dianggap berilmu, jangan malu untuk berkata "Aku tak tahu", dengannya Allah-lah yang kan jadi seagung Guru, membimbing kita selalu.
(rhs)