Nasihat Menyentuh Hati Al-Habib Quraisy Baharun
A
A
A
Al-Habib Quraisy Baharun adalah salah satu ulama yang juga pengasuh pesantren Ash-Shidqu Kuningan Jawa Barat. Ulama kelahiran Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur merupakan putra dari Habib Qasim Baharun, salah satu pendiri Pondok Pesantren Darullughah Wadda'wah Bangil.
Habib Quraisy Baharun juga salah satu murid ulama besar Hadramaut Yaman, Habib Umar bin Hafidz. Bahkan, beliau merupakan murid Habib Umar bin Hafidz angkatan pertama di Pondok Pesantren Darul Musthafa Tarim Hadramaut, bersama Habib Munzir Al-Musawa, Habib Jindan bin Novel Salim Jindan (Pengasuh Ponpes Al-Fahcriyah Tangerang).
Beliau dikenal berdakwah dengan kesederhanaan dan kesantunan. Akhlak yang lembut sebagaimana diperlihatkan para zurriyah Nabi membuat banyak orang menaruh hormat kepadanya. Setiap pesan tausiyahnya selalu menyentuh hati dan memotivasi orang-orang untuk mencintai Rasulullah SAW . Berikut nasihat indah beliau yang menyentuh hati.
"Betapa banyak kita lihat manusia saling berlomba mencari dunia, mereka bergegas dan takut akan kehilangan dunia. Sementara kita lihat mereka duduk dan berlambat-lambat dalam menghadiri salat lima waktu berjamaah di masjid-masjid, padahal itu merupakan tiang agama."
"Betapa banyak kita lihat mereka tetap duduk di jalan-jalan, toko-toko berjam-jam yang lama, mereka mengalami susahnya hawa terik panas dan dingin, demi mengais dunia. Sementara kita melihat mereka tidak bisa bersabar untuk duduk beberapa menit saja di masjid untuk menunaikan salat atau membaca Al-Qur'an."
"Betapa banyak kita lihat para pemuda muslimin mereka berlomba ke lapangan-lapangan bola, mereka menghamburkan banyak uang untuk membeli tiket masuk. Terkadang mereka menghabiskan siang harinya dan bergadang malamnya, berdiri dengan kaki mereka, mata mereka tertuju, badan mereka tegak, suara mereka nyaring menyaksikan para pemain yang menang dari mereka. Sementara jika dipanggil untuk salat di masjid dengan 'Hayya alash Shalah Hayya alal Falaah' mereka pura-pura buta dan tuli dan mereka berpaling. Seolah-olah muadzin itu mengajak mereka ke penjara atau seakan-akan ia meminta hak dari mereka.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لا يَرْكَعُونَ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Rukuklah,' mereka tidak mau rukuk. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (QS. Al-Mursalat ayat 48)
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلا يَسْتَطِيعُونَ ° خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُون.
"(Ingatlah) pada hari ketika betis disingkap dan mereka diseru untuk bersujud; maka mereka tidak mampu. Pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan)." (QS. Al-Qalam 42-43)
Wahai kaum muslimin, keadaan ini kebanyakan kita sekarang lebih mementingkan dunia dan berpaling dari akhirat. Kita tidak mengambil ibrah dari orang yang (telah mati) mendahului kita. Kita tidak melihat kepada orang di sekitar kita. Kita tidak lagi tersentuh oleh nasihat. Kita tidak bisa mengambil manfaat dari peringatan.
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Kita memohon kepada Allah semoga Dia mengaruniakan kepada kita taubat, menyadarkan hati kita dari banyak kelalaian. Sesungguhnya Dia mendengar dan mengabulkan doa.
Habib Quraisy Baharun juga salah satu murid ulama besar Hadramaut Yaman, Habib Umar bin Hafidz. Bahkan, beliau merupakan murid Habib Umar bin Hafidz angkatan pertama di Pondok Pesantren Darul Musthafa Tarim Hadramaut, bersama Habib Munzir Al-Musawa, Habib Jindan bin Novel Salim Jindan (Pengasuh Ponpes Al-Fahcriyah Tangerang).
Beliau dikenal berdakwah dengan kesederhanaan dan kesantunan. Akhlak yang lembut sebagaimana diperlihatkan para zurriyah Nabi membuat banyak orang menaruh hormat kepadanya. Setiap pesan tausiyahnya selalu menyentuh hati dan memotivasi orang-orang untuk mencintai Rasulullah SAW . Berikut nasihat indah beliau yang menyentuh hati.
"Betapa banyak kita lihat manusia saling berlomba mencari dunia, mereka bergegas dan takut akan kehilangan dunia. Sementara kita lihat mereka duduk dan berlambat-lambat dalam menghadiri salat lima waktu berjamaah di masjid-masjid, padahal itu merupakan tiang agama."
"Betapa banyak kita lihat mereka tetap duduk di jalan-jalan, toko-toko berjam-jam yang lama, mereka mengalami susahnya hawa terik panas dan dingin, demi mengais dunia. Sementara kita melihat mereka tidak bisa bersabar untuk duduk beberapa menit saja di masjid untuk menunaikan salat atau membaca Al-Qur'an."
"Betapa banyak kita lihat para pemuda muslimin mereka berlomba ke lapangan-lapangan bola, mereka menghamburkan banyak uang untuk membeli tiket masuk. Terkadang mereka menghabiskan siang harinya dan bergadang malamnya, berdiri dengan kaki mereka, mata mereka tertuju, badan mereka tegak, suara mereka nyaring menyaksikan para pemain yang menang dari mereka. Sementara jika dipanggil untuk salat di masjid dengan 'Hayya alash Shalah Hayya alal Falaah' mereka pura-pura buta dan tuli dan mereka berpaling. Seolah-olah muadzin itu mengajak mereka ke penjara atau seakan-akan ia meminta hak dari mereka.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لا يَرْكَعُونَ وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Rukuklah,' mereka tidak mau rukuk. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (QS. Al-Mursalat ayat 48)
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلا يَسْتَطِيعُونَ ° خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُون.
"(Ingatlah) pada hari ketika betis disingkap dan mereka diseru untuk bersujud; maka mereka tidak mampu. Pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan)." (QS. Al-Qalam 42-43)
Wahai kaum muslimin, keadaan ini kebanyakan kita sekarang lebih mementingkan dunia dan berpaling dari akhirat. Kita tidak mengambil ibrah dari orang yang (telah mati) mendahului kita. Kita tidak melihat kepada orang di sekitar kita. Kita tidak lagi tersentuh oleh nasihat. Kita tidak bisa mengambil manfaat dari peringatan.
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un. Kita memohon kepada Allah semoga Dia mengaruniakan kepada kita taubat, menyadarkan hati kita dari banyak kelalaian. Sesungguhnya Dia mendengar dan mengabulkan doa.
(rhs)