Allah beri jalan kemudahan dari tiap kesulitan
A
A
A
ALLAH bukan saja menyuruh kita berbuat baik, melainkan Allah juga menyediakan jalan-jalan kebaikan buat kita. Secara sederhana pancaindra kita adalah modal dari Allah buat kita agar bisa berbuat baik.
Percayalah, ketika Allah menyodorkan kepada kita sebuah “proposal kesulitan” untuk kita bantu, itu berarti Dia memberikan juga jalanjalan kemudahan kepada kita untuk bisa membantu. Yang kemudian jadilah kebaikan itu menjadi kebaikan kita sebagai hadiah dari Allah. Seorang direksi sebuah perusahaan jasa kurir bercerita. Suatu hari dia kedatangan seorang panitia pembangunan masjid. Panitia ini bertanya, “Pak Haji, mau ya bantu pembangunan sarana pendidikan? Modelnya saham. Tapi saham akhirat.”
Ini cerita wakaf pendidikan. Panitia itu memberi tahu bahwa mereka sedang membangun fasilitas pendidikan yang sistem donasinya memakai saham. Satu lembar saham nominalnya sepuluh juta rupiah. Waktu itu bapak direksi tersebut bilang, “Mana coba sini lihat, kayak gimana sih proposalnya?” Panitia itu memberikan proposalnya dan memberi contoh sertifikatnya. Nah, ketika sertifikat wakaf itu ada di tangan si bapak direksi tersebut untuk pertama kalinya, dia melihat jumlahnya satu juta rupiah.
Padahal sebenarnya sepuluh juta, tapi sekali lagi, dia melihatnya satu juta. Salah lihat. Tanpa pikir panjang dia berkata, “Besok dah Bapak balik lagi ya sore. Saya ambil dua sertifikat!” Si bapak direksi ini berpikir, dua sertifikat, baru Rp2 juta. Nah, si panitia bukan main gembiranya. Tidak disangka, bapak direksi tersebut mau memberi dua sekaligus. Tanpa proses penjelasan yang ribet. Biasanya seseorang perlu dulu diberi pengertian. Si bapak direksi ini tidak.
Pada keesokan harinya panitia tersebut datang. Barulah si bapak direksi tahu bahwa sertifikat itu bukan satu juta rupiah, melainkan nilainya sepuluh juta rupiah per sertifikat. Sementara dia sudah tanggung bilang akan mengambil dua! “Pak, bisa kembali lagi besok sore? Saya belum menyiapkan dananya,” begitu kata si bapak direksi tersebut. Panitia itu pun mengangguk.
Sepulangnya si panitia, bapak direksi ini berdoa dalam hati, “Ya Allah, Engkau tahu keterbatasanku. Aku hanya pegang uang empat juta rupiah. Sedangkan aku sudah menyanggupi untuk memberi sedekah dua sertifikat saham pendidikan senilai dua puluh juta. Mudah-mudahan Engkau memberi jalan.” Pembaca, subhanallah, besoknya, si bapak direksi ini diberi tahu bahwa dia punya uang asuransi yang belum diambil. Nilainya? Nilainya ternyata enam belas juta! Melengkapi empat juta yang sudah di tangannya untuk menggenapkan sedekah dua puluh juta. Luar biasa.
Benarlah, ketika seseorang berniat melakukan kebaikan dan dia tidak mundur, Allah yang akan mencukupkannya. Ini juga jelas sebuah kebaikan tersendiri buat si bapak direksi ini. Mengapa begitu? Allah menjanjikan kebahagiaan buat orang-orang yang mau berbagi. Bukan hanya ketika dia mendapatkan balasan dari Allah kelak dari sedekah yang dia keluarkan, melainkan juga ketika ia memberi.
Ya, ketika dia mampu memenuhi ucapannya, dia merasa bahagia. Betul-betul bahagia. Ketika seseorang bisa merasakan kebahagiaan ketika memberi, sesungguhnya kebaikan itu sudah bekerja untuk kebaikan dia sendiri. Kebahagiaan adalah ketika memberi, ketika bisa membantu.
Munajat
Mengapa hati kami kadang takut ketika dimintai pertolongan? Mungkin rahasia kecilnya sebab kami tidak tahu bahwa ada Engkau yang akan menyempurnakannya. Ya Rabb, ketika Engkau Yang Mahasempurna, dan Maha Menyempurnakan, memang akan menyempurnakan setiap niatan seseorang yang mau berbuat baik, maka hanya niat baiklah ya Allah yang kami mohonkan timbul di hati kami. Dan biarlah Engkau yang menyediakan kemudahan jalan bagi kami untuk merealisasikan niatan tersebut.
USTAZ YUSUF MANSUR
Pengasuh Ponpes Daarul Quran
Percayalah, ketika Allah menyodorkan kepada kita sebuah “proposal kesulitan” untuk kita bantu, itu berarti Dia memberikan juga jalanjalan kemudahan kepada kita untuk bisa membantu. Yang kemudian jadilah kebaikan itu menjadi kebaikan kita sebagai hadiah dari Allah. Seorang direksi sebuah perusahaan jasa kurir bercerita. Suatu hari dia kedatangan seorang panitia pembangunan masjid. Panitia ini bertanya, “Pak Haji, mau ya bantu pembangunan sarana pendidikan? Modelnya saham. Tapi saham akhirat.”
Ini cerita wakaf pendidikan. Panitia itu memberi tahu bahwa mereka sedang membangun fasilitas pendidikan yang sistem donasinya memakai saham. Satu lembar saham nominalnya sepuluh juta rupiah. Waktu itu bapak direksi tersebut bilang, “Mana coba sini lihat, kayak gimana sih proposalnya?” Panitia itu memberikan proposalnya dan memberi contoh sertifikatnya. Nah, ketika sertifikat wakaf itu ada di tangan si bapak direksi tersebut untuk pertama kalinya, dia melihat jumlahnya satu juta rupiah.
Padahal sebenarnya sepuluh juta, tapi sekali lagi, dia melihatnya satu juta. Salah lihat. Tanpa pikir panjang dia berkata, “Besok dah Bapak balik lagi ya sore. Saya ambil dua sertifikat!” Si bapak direksi ini berpikir, dua sertifikat, baru Rp2 juta. Nah, si panitia bukan main gembiranya. Tidak disangka, bapak direksi tersebut mau memberi dua sekaligus. Tanpa proses penjelasan yang ribet. Biasanya seseorang perlu dulu diberi pengertian. Si bapak direksi ini tidak.
Pada keesokan harinya panitia tersebut datang. Barulah si bapak direksi tahu bahwa sertifikat itu bukan satu juta rupiah, melainkan nilainya sepuluh juta rupiah per sertifikat. Sementara dia sudah tanggung bilang akan mengambil dua! “Pak, bisa kembali lagi besok sore? Saya belum menyiapkan dananya,” begitu kata si bapak direksi tersebut. Panitia itu pun mengangguk.
Sepulangnya si panitia, bapak direksi ini berdoa dalam hati, “Ya Allah, Engkau tahu keterbatasanku. Aku hanya pegang uang empat juta rupiah. Sedangkan aku sudah menyanggupi untuk memberi sedekah dua sertifikat saham pendidikan senilai dua puluh juta. Mudah-mudahan Engkau memberi jalan.” Pembaca, subhanallah, besoknya, si bapak direksi ini diberi tahu bahwa dia punya uang asuransi yang belum diambil. Nilainya? Nilainya ternyata enam belas juta! Melengkapi empat juta yang sudah di tangannya untuk menggenapkan sedekah dua puluh juta. Luar biasa.
Benarlah, ketika seseorang berniat melakukan kebaikan dan dia tidak mundur, Allah yang akan mencukupkannya. Ini juga jelas sebuah kebaikan tersendiri buat si bapak direksi ini. Mengapa begitu? Allah menjanjikan kebahagiaan buat orang-orang yang mau berbagi. Bukan hanya ketika dia mendapatkan balasan dari Allah kelak dari sedekah yang dia keluarkan, melainkan juga ketika ia memberi.
Ya, ketika dia mampu memenuhi ucapannya, dia merasa bahagia. Betul-betul bahagia. Ketika seseorang bisa merasakan kebahagiaan ketika memberi, sesungguhnya kebaikan itu sudah bekerja untuk kebaikan dia sendiri. Kebahagiaan adalah ketika memberi, ketika bisa membantu.
Munajat
Mengapa hati kami kadang takut ketika dimintai pertolongan? Mungkin rahasia kecilnya sebab kami tidak tahu bahwa ada Engkau yang akan menyempurnakannya. Ya Rabb, ketika Engkau Yang Mahasempurna, dan Maha Menyempurnakan, memang akan menyempurnakan setiap niatan seseorang yang mau berbuat baik, maka hanya niat baiklah ya Allah yang kami mohonkan timbul di hati kami. Dan biarlah Engkau yang menyediakan kemudahan jalan bagi kami untuk merealisasikan niatan tersebut.
USTAZ YUSUF MANSUR
Pengasuh Ponpes Daarul Quran
(hyk)