Hagia Sophia Saksi Tingginya Akhlak Sultan Muhammad Al-Fatih

Jum'at, 17 Juli 2020 - 08:09 WIB
Hagia Sophia. Foto/Ilustrasi/Ist
Pasukan Muslim di bawah pimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel pada hari Selasa 20 Jumadil Ula 857 H atau bertepatan dengan 29 Mei 1453 M. Kala itu, di dalam kota, terdapat sisa-sisa kantong pertahanan yang tetap melakukan perlawanan. Sebagian kalangan mujahidin terbunuh sebagai syahid .



Kebanyakan dari penduduk kota berlindung di dalam gereja . Di hari kemenangan itu, tak ada yang dilakukan oleh Sultan Al-Fatih kecuali berkeliling menemui pasukan dan panglima-panglima perang yang selalu mengucapkan, “Masyaallah.” Maka dia pun menoleh pada mereka dan berkata, “Kalian telah menjadi orang’ orang yang mampu menaklukkan kota Konstantinopel yang telah Rasulullah kabarkan.” ( )

Sultan mengucapkan kata selamat atas kemenangan yang telah mereka capai dan melarang mereka melakukan pembunuhan. Sebaliknya, Sultan memerintahkan untuk berlaku lembut kepada semua manusia dan berbuat baik pada mereka. Kemudian dia turun dari kudanya dan bersujud.

SULTAN Muhammad Al-Fatih segera menuju ke gereja Hagia Sophia atau Aya Shopia. Di sana telah berkumpul banyak orang dari kalangan rahib, pendeta, dan masyarakat. Tatkala Sultan mendekati pintu gereja, orang-orang Nasrani merasa sangat ketakutan. Salah seorang pendeta segera membukakan pintu untuk Sultan. Sultan meminta pendeta menenangkan orang-orang yang di dalam gereja, dan memerintahkan mereka pulang ke rumah masing-masing dengan tenang dan aman.



Mendengar serta menyaksikan sikap yang demikian, warga yang semula bersembunyi di gereja mulai tenang. Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah, menyebutkan pada saat itu ada beberapa pendeta yang sembunyi di lorong-lorong bawah tanah. Maka tatkala mereka menyaksikan sikap toleran Sultan Al-Fatih mereka pun menyatakan diri masuk Islam.

Setelah itu, Sultan memerintahkan untuk segera mengubah gereja tersebut menjadi masjid, tujuannya agar nanti pada hari Jumat sudah bisa dipergunakan untuk Salat Jumat. Para pekerja pun segera bekerja keras melakukan renovasi. Mereka menurunkan salib-salib, berhala-berhala, dan menghapus semua gambar yang ada di dalam gereja. Kemudian membuat sebuah mimbar untuk khatib.



Ash-Shalabi mengatakan perubahan gereja menjadi masjid dibolehkan, sebab penaklukkan negeri itu melalui peperangan. Sedangkan peperangan memiliki hukum sesuai dengan Syariat Islam.

Sultan telah memberikan kebebasan kepada kalangan Nasrani untuk melakukan acara ibadah memberikan kebebasan bagi mereka memilih pemimpin agama yang memiliki otoritas untuk melaksanakan pengadilan dalam masalah-masalah sipil di kalangan mereka. Kebebasan ini juga diberikan pada ke para pemimpin gereja di wilayah-wilayah lain. Namun pada saat yang sama, Sultan mewajibkan mereka membayar jizyah.



Sultan Muhammad Al-Fatih memperlakukan penduduk Konstantinopel dengan cara yang penuh rahmat. Sultan memerintahkan tentaranya untuk berlaku baik dan toleran kepada para tawanan perang. Bahkan dia telah menebus sejumlah tawanan dengan hartanya sendiri. Khususnya ke para pangeran dari Yunani dan pemuka agama Nasrani.



Sultan kerap bertemu mereka untuk menenangkan diri mereka. Sultan memberi jaminan, agar mereka tidak takut berada di atas akidah lama, melakukan syariat agama mereka, serta tetap beribadah di rumah-rumah ibadah.



Dia memerintahkan untuk melakukan pemilihan ketua uskup baru. Akhirnya mereka memilih Agnadius sebagai ketua uskup baru. Setelah terpilih, Agnadius berangkat menuju kediaman Sultan yang diiringi sejumlah uskup.

Sultan Muhammad Al-Fatih menyambutnya dengan sambutan yang demikian ramah dan menghormatinya dengan penuh penghormatan. Sultan makan bersama mereka dan berdialog dengannya dalam berbagai masalah, baik masalah keagamaan, politik, dan sosial.



Selesai pertemuan dengan Sultan, persepsi Agnadius dan para uskup tentang Sultan-sultan Turki Utsmani seketika berubah 180°. Bahkan dia berubah pandangan tentang kaum muslimin secara umum.
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika seseorang lupa lalu dia makan dan minum ketika sedang berpuasa, maka hendaklah dia meneruskan puasanya, karena hal itu berarti Allah telah memberinya makan dan minum.

(HR. Bukhari No. 1797)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More