Hagia Sophia Saksi Tingginya Akhlak Sultan Muhammad Al-Fatih
Jum'at, 17 Juli 2020 - 08:09 WIB
Dia merasa berhadapan dengan seorang Sultan yang demikian terdidik dan berakhlak. Pembawa misi dan akidah relijius yang kokoh, serta seorang pemimpin yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan, plus seorang kesatria sejati.
Kekaguman ini dirasakan juga oleh seluruh warga Romawi dari lubuk hati mereka yang paling dalam. Sebab, mereka sebelumnya membayangkan akan ada pembunuhan massal terhadap rakyat Konstantinopel. Namun yang terjadi malah sebaliknya, hanya dalam hitungan hari, penduduk Konstantinopel telah melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Mereka merasa tenang dan damai. ( )
Orang-orang Utsmani sangat komitmen dengan kaidah-kaidah Islam. Di sana keadilan menjadi prioritas utama. Interaksi mereka dengan orang-orang Nasrani sama sekali tidak mengandung rasa fanatisme dan kezaliman. Tidak pernah terbetik dalam benak orang-orang Utsmani untuk melakukan teror terhadap orang-orang Nasrani, atas dasar kebencian keagamaan.
Sesungguhnya, agama Nasrani yang berada di bawah pemerintahan Islam memperoleh semua hak-hak mereka. Dan setiap agama memiliki pemimpin sendiri yang langsung berurusan dengan Sultan.
Selain itu, setiap agama boleh memiliki sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah khusus. Sebaliknya, tidak seorang pun diperbolehkan melakukan intervensi dalam masalah keuangan internal mereka. Mereka diberi kebebasan berbicara dengan bahasa apa saja yang dikehendaki.
Sultan Muhammad Al-Fatih memiliki sikap toleransi yang begitu tinggi terhadap orang-orang Nasrani, didasarkan adanya dorongan untuk komitmen terhadap Syariat Islam yang memang memberi toleransi kepada kaum Yahudi dan Nashrani, selagi mereka mau membayar jizyah.
Hal itu seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, kemudian para Khulafaur Rasyidin. Lembaran-lembaran sejarah mereka penuh dengan sikap toleran terhadap musuh-musuhnya.
Kekaguman ini dirasakan juga oleh seluruh warga Romawi dari lubuk hati mereka yang paling dalam. Sebab, mereka sebelumnya membayangkan akan ada pembunuhan massal terhadap rakyat Konstantinopel. Namun yang terjadi malah sebaliknya, hanya dalam hitungan hari, penduduk Konstantinopel telah melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa. Mereka merasa tenang dan damai. ( )
Orang-orang Utsmani sangat komitmen dengan kaidah-kaidah Islam. Di sana keadilan menjadi prioritas utama. Interaksi mereka dengan orang-orang Nasrani sama sekali tidak mengandung rasa fanatisme dan kezaliman. Tidak pernah terbetik dalam benak orang-orang Utsmani untuk melakukan teror terhadap orang-orang Nasrani, atas dasar kebencian keagamaan.
Sesungguhnya, agama Nasrani yang berada di bawah pemerintahan Islam memperoleh semua hak-hak mereka. Dan setiap agama memiliki pemimpin sendiri yang langsung berurusan dengan Sultan.
Selain itu, setiap agama boleh memiliki sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah khusus. Sebaliknya, tidak seorang pun diperbolehkan melakukan intervensi dalam masalah keuangan internal mereka. Mereka diberi kebebasan berbicara dengan bahasa apa saja yang dikehendaki.
Sultan Muhammad Al-Fatih memiliki sikap toleransi yang begitu tinggi terhadap orang-orang Nasrani, didasarkan adanya dorongan untuk komitmen terhadap Syariat Islam yang memang memberi toleransi kepada kaum Yahudi dan Nashrani, selagi mereka mau membayar jizyah.
Hal itu seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, kemudian para Khulafaur Rasyidin. Lembaran-lembaran sejarah mereka penuh dengan sikap toleran terhadap musuh-musuhnya.
(mhy)
Lihat Juga :