Memaknai Keberkahan Ramadan (Tamat): 7 Pelajaran Berharga

Jum'at, 05 Mei 2023 - 18:18 WIB
Keempat, bahwa Ramadan telah mentransformasi kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu manusia, dari hawa nafsu yang merusak (destructive desires) kepada hawa nafsu yang menjadi jalan kebaikan (constructive desires). Hawa nafsu sesungguhnya adalah bagian alami bahkan mendasar dari kehidupan. Tanpa hawa nafsu hidup manusia akan terhenti. Sayangnya seringkali hawa nafsu justeru berbalik menjadi jalan keburukan dan kerusakan bagi manusia dan alam sekitarnya.

Ramadan telah hadir mentransformasi keinginan-keinginan (hawa nafsu) manusia menjadi lebih terarah, jinak dan terkontrol. Sehingga manusia menjadi tuan dari hawa nafsunya. Bukan budak-budak hawa nafsu. Berbagai kerusakan baik di darat maupun di laut (dan di udara) disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang diperbudak oleh hawa nafsunya.

Kelima, bahwa Ramadan telah hadir mentransformasi karakter manusia. Karakter manusia itu lebih dikenal dalam agama dengan akhlak. Dengan akhlak ini religiositas seseorang terukur. Ketinggian nilai akhlak manusia menjadikannya memilki ketinggian pula dalam beragama.

Karena itu karakter atau akhlak yang mulia seolah menjadi kesimpulan dari misi dakwah Rasulullah SAW: "Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan kemuliaan Akhlak manusia." Bahkan Allah menyampaikan pujian khusus dalam Al-Qur'an juga karena akhlaknya:

"Sesungguhnya engkau wahai Muhammad memiliki akhlak yang tinggi." (Al-Qalam)

Keenam, bahwa Ramadan telah mentransformasi kemanusiaan bersama kita (our common humanity). Kemanusiaan universal kita adalah pijakan bersama inilah yang menjadi pengikat dalam relasi, menembus segala sekat-sekat yang ada. Kemanusiaan bersama manusia (common humanity) menjadi pijakan terpenting dalam membangun koneksi antarmanusia. Sebuah pijakan yang menjadi tuntutan, terlebih di saat manusia tersekat oleh sekatan-sekatan sempit, termasuk ras, suku, warga kulit, budaya dan seterusnya.

Ramadan mengajarkan bahwa kemanusiaan kita tidak pada eksistensi lahir dan fisik manusia. Tapi ada pada sisi spiritualitas manusia. Dan karenanya spiritualitas ini tidak dibatasi oleh apapun pada manusia. Siapapun dan apapun latar belakangnya dapat menjadi mulia dan terhormat. Karena esensi kemanusiaan itu sama pada semua manusia. Kesadaran kemanusiaan itulah sejatinya yang dikenal dengan ketakwaan. Dan ini pula yang menjadi kriteria kemuliaan dari seseorang, sekaligus menjadi tujuan terutama dari puasa Ramadan itu sendiri (la'allakum tattaquun).

Ketujuh, bahwa Ramadan telah mentransformasi kehidupan Komunitas atau kehidupan jama'i kita. Dengan puasa Ramadan kita semakin tersadarkan bahwa kita hidup bukan sendirian. Kita adalah makhluk sosial yang selalu terikat dengan sesama manusia, bahkan dengan alam lainnya. Dengan puasa kita meminimalisir keegoan itu demi terbangunnya kesadaran sosial (jama'i).

Berbicara tentang komunitas tentu sangat luas cakupannya. Tapi minimal di bulan Ramadan ini kita tersadarkan oleh dua hal. Pertama, bahwa fondasi kehidupan jama'i kita ada pada keluarga kita. Dan karenanya semoga selama Ramadan kita telah merekonstruksi kembali hubungan kekeluargaan kita yang tercabik-cabik justeru oleh kemajuan duniawi. Kemajuan teknologi khususnya di bidang media sosial menjadikan relasi antar manusia semakin berjarak, termasuk relasi antaranggota keluarga.

Kedua, khusus dalam konteks Muslim Amerika, Komunitas menjadi sangat krusial dalam upaya memerangi Islamophobia dan kebencian kepada Islam dan pemeluknya. Membangun Komunitas Muslim yang kuat dan profesional menjadi dasar terkuat dalam melakukan perubahan persepsi terhadap agama dan Umat di Amerika dan Barat secara umum.

Karenanya bulan Ramadan bukanlah sekedar bulan dengan ragam ibadah-ibadah fardi (individual). Tapi telah menjadi bulan dengan berbagai aktivitas sosial (kolekti) yang membangun kesadaran jama'i Komunitas dan umat.

Demikian tujuan poin yang saya simpulkan dan sampaikan pada khutbah Idul Fitri di kita York sebagai rangkuman dari pelajaran-pelajaran (duruus) yang didapatkan dari madrasah Ramadhoniyah kali ini. Semoga bermanfaat dan memiliki nilai di sisi Allah SWT.

Terima kasih telah membaca tulisan-tulisan yang bersambung ini. Semoga Allah menerima dan memberkahi kita semua. Sampai ketemu lagi di bulan Ramadan tahun depan, jika Allah menghendaki. Aamin!

(rhs)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اَلَمۡ يَاۡنِ لِلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ قُلُوۡبُهُمۡ لِذِكۡرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الۡحَـقِّۙ وَلَا يَكُوۡنُوۡا كَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُهُمۡ‌ؕ وَكَثِيۡرٌ مِّنۡهُمۡ فٰسِقُوۡنَ
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.

(QS. Al-Hadid Ayat 16)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More