Keutamaan dan Faedah Menatap Langit di Waktu Fajar, Sunah yang Terlupakan

Minggu, 09 Juli 2023 - 19:34 WIB

6. Tumbuhnya sifat tawadhu’ (rendah hati) pada diri seseorang ketika ia melihat langit; makhluk yang jauh lebih besar darinya

Maka dengan mengetahui qudrah (kekuasaan) Allah, hilanglah benih-benih kesombongan, jiwanya pun tersucikan dari noktah-noktah hitam kejumawaan. Tumbuh kesadaran di hati, bahwa ia hanyalah debu di dalam debu. Manusia hanyalah makhluk yang kecil di planet bernama ‘Bumi’. Dibandingkan dengan planet-planet lainnya yang ada di tata surya, Bumi tidak lebih besar daripada Saturnus, Uranus, atau Jupiter.

Lebih dari itu, dengan melihat langit yang di sana terdapat Matahari saat siang dan Bulan di saat malam, seseorang akan semakin tawadhu’, bahwa ia bukanlah siapa-siapa. Sepenuhnya ia menyadari, bahwa semua yang ada di bumi, sangat bergantung dengan apa yang ada di atas sana.

Maka, jika di dunia ini masih ada orang yang berlaku sombong, bersifat angkuh, merasa lebih hebat dari pada yang lainnya, boleh jadi, ia merasa sedang di langit. Padahal, kakinya masih berpijak di bumi. Dan jika pun ia mempunyai kelebihan tertentu, bukan berarti ia boleh ujub dan takabur akan kehebatan dirinya. Sebab, masih ada langit di atas langit.

7. Tumbuhnya rasa khauf (takut) kepada Allah

Setiap kali kekuatan “Sang Raja” tampak jelas di mata seorang abdi, bertambahlah rasa takut dalam hatinya. Karena itulah ia akan selalu taat dan tidak berani berbuat maksiat. Jadi, dengan melihat langit, seseorang menginsafi adanya Dzat Yang Maha Melihat dan senantiasa mengawasi gerak-geriknya.

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ


“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS. Al-Fajr: 14)

Inilah perbedaan antara takut kepada Allah dan takut kepada makhluk. Ketika kita takut kepada makhluk, maka kita akan menghindar dan menjauhinya. Tetapi ketika kita takut kepada Allah, maka kita kita akan semakin dekat dengan-Nya.

8. Tumbuhnya sifat tawakkal

Yaitu bersandar hanya kepada Allah; Dzat yang mengatur kehidupan ini. Mutawakkil, orang yang bertawakkal, artinya orang percaya dan menyerahkan segala urusannya kepada Dia yang yang Maha Mampu. “Sesungguhnya, apabila Dia menghendaki sesuatu, maka ia hanya perlu berkata, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.” (QS. Yasin: 82)

9. Beriman kepada Allah dengan seluruh Asma’ul Husna dan sifat-sifat-Nya

Di antara nama dan sifat itu ialah; “Al-Aliy” (Yang Maha Tinggi), ‘Ar-Raziq’ (Yang Maha Memberi Rizqi), “Al-Lathif” (Yang Maha Lembut), “Al-Aziz” (Yang Maha Mulia), “Al-Khaliq” (Yang Maha Mencipta), “Al-Qahiru fauqa ‘Ibaadihi” Dia yang Maha Perkasa, berada di atas seluruh makhluk, dilihat dari tempat dan kedudukan-Nya. Bukti-bukti dari semua nama dan sifat yang bagus itu, dapat kita saksikan dengan menatap langit.

10. Kehinaan penguasa-penguasa selain Allah yang ditinggikan, diagungkan, berlaku zalim dan menyombongkan diri di muka bumi.

Maksudnya, seseorang yang menghadap ke langit berarti dia hanya memiliki Allah. Maka pada saat yang bersamaan, ia telah meruntuhkan kejumawaan para sultan, raja, presiden, atau siapa pun yang berkuasa, karena sesungguhnya mereka itu memang tidak bisa berbuat banyak. Maka tidak bisa terlalu diharapkan. Hanya Allah sajalah penguasa Yang Maha Adil dan Bijaksana.



Wallahu A'lam
(wid)
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya' dan shalat subuh.  Sekiranya mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 789)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More