Utsmani Runtuh, Mereka Menyesal Jadi Tunggangan Freemasonry
Senin, 03 Agustus 2020 - 05:00 WIB
Kampanye melalui media terus dilakukan oleh orang-orang Yahudi selama beberapa lama yang mengecam dengan keras Sultan Abdul Hamid ll. Apa yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kampanye ini dimaksudkan untuk:
Pertama, membela para anggota Persatuan dan Pembangunan dengan cara memberikan justifikasi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengakhiri pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, agar pemerintahan Utsmani kembali memiliki posisi stabil sebagaimana semula.
Kedua, menutupi kegagalan organisasi Persatuan dan Pembangunan di dalam memerintah negara. Dimana orang-orang Persatuan dan Pembangunan ini menjadikan kekerasan dan kediktatoran sebagai sarana untuk berkuasa. Mereka telah memecah belah rakyat di dalam negeri.
Ketiga, nemberikan kabar yang demikian indah tentang munculnya seorang mulhid-thaghut yang bernama Mushtafa Kemal At-Taturk dan pendukung-pendukungnya, serta memberikan pembenaran terhadap apa yang dilakukan oleh antek-antek dan kaki tangan Yahudi, Inggris dan negara-negara Barat, dalam meruntuhkan pemerintahan Utsmani dan Pembentukan Republik Turki.
Keempat, keinginan orang-orang Zionis untuk menghancurkan kepribadian Sultan Abdul Hamid II, sebagai balas dendam mereka terhadap kebijakannya yang menentang tujuan yang ingin mereka capai di Palestina.
Masalah sebenarnya adalah, andaikata pemerintahan Utsmani tidak memiliki pondasi orisinalitas yang kuat dan kekuatannya, niscaya pemerintahan ini telah menjadi debu dan telah tertutup lembaran sejarahnya pada abad delapan belas atau awal kesembilan belas Masehi.
Namun pemerintahan Utsmani mampu melakukan perlawanan yang demikian hebat terhadap musuh-musuh zamannya lebih dari dua abad lamanya, untuk mengusir serangan imperialisme dan tipu daya Yahudi dan jerat-jerat Freemasonry.
Sedangkan kelemahan yang diderita oleh pemerintahan Utsmani, sama sekali bukan tanggung jawab Sultan Abdul Hamid II semata. Hingga akhirnya kekayaan pemerintahan Utsmani dirampas oleh negara-negara kolonialis Barat yang sejak lama telah merancang untuk menghancurkan pemerintahan Utsmani. (
Keterangan foto: Sultan Abdul Hamid II setelah diwarnai. (Foto-foto Wikipedia) .
Pertama, membela para anggota Persatuan dan Pembangunan dengan cara memberikan justifikasi terhadap apa yang mereka lakukan dalam mengakhiri pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, agar pemerintahan Utsmani kembali memiliki posisi stabil sebagaimana semula.
Kedua, menutupi kegagalan organisasi Persatuan dan Pembangunan di dalam memerintah negara. Dimana orang-orang Persatuan dan Pembangunan ini menjadikan kekerasan dan kediktatoran sebagai sarana untuk berkuasa. Mereka telah memecah belah rakyat di dalam negeri.
Ketiga, nemberikan kabar yang demikian indah tentang munculnya seorang mulhid-thaghut yang bernama Mushtafa Kemal At-Taturk dan pendukung-pendukungnya, serta memberikan pembenaran terhadap apa yang dilakukan oleh antek-antek dan kaki tangan Yahudi, Inggris dan negara-negara Barat, dalam meruntuhkan pemerintahan Utsmani dan Pembentukan Republik Turki.
Keempat, keinginan orang-orang Zionis untuk menghancurkan kepribadian Sultan Abdul Hamid II, sebagai balas dendam mereka terhadap kebijakannya yang menentang tujuan yang ingin mereka capai di Palestina.
Masalah sebenarnya adalah, andaikata pemerintahan Utsmani tidak memiliki pondasi orisinalitas yang kuat dan kekuatannya, niscaya pemerintahan ini telah menjadi debu dan telah tertutup lembaran sejarahnya pada abad delapan belas atau awal kesembilan belas Masehi.
Namun pemerintahan Utsmani mampu melakukan perlawanan yang demikian hebat terhadap musuh-musuh zamannya lebih dari dua abad lamanya, untuk mengusir serangan imperialisme dan tipu daya Yahudi dan jerat-jerat Freemasonry.
Sedangkan kelemahan yang diderita oleh pemerintahan Utsmani, sama sekali bukan tanggung jawab Sultan Abdul Hamid II semata. Hingga akhirnya kekayaan pemerintahan Utsmani dirampas oleh negara-negara kolonialis Barat yang sejak lama telah merancang untuk menghancurkan pemerintahan Utsmani. (
Keterangan foto: Sultan Abdul Hamid II setelah diwarnai. (Foto-foto Wikipedia) .
(mhy)