Ini Dia Tokoh yang Ubah Hagia Sophia dari Masjid Menjadi Museum

Jum'at, 24 Juli 2020 - 13:47 WIB
loading...
Ini Dia Tokoh yang Ubah Hagia Sophia dari Masjid Menjadi Museum
Mustafa Kemal Ataturk. Foto/Ilustrasi/ocnal.com
A A A
DIA adalah Mustofa Kemal Ataturk . Pendiri dan presiden pertama Republik Turki ini mengubah Hagia Sophia dari masjid menjadi museum menyusul runtuhnya Kesultanan Utsmani pada November 1922 M. Ia memerintahkan penutupan Hagia Sophia atau Aya Sofya pada 1931 M lalu selanjutnya menjadikan museum pada 1935 M. Karpet untuk ibadah salat dihilangkan, plester dan cat-cat kaligrafi dikelupas, menampakkan kembali lukisan-lukisan Kristen yang tertutupi selama lima abad. ( )

Tokoh sekuler ini lahir di Selinika pada tahun 1298 H/1881 M. Sebagian ahli sejarah merujuk dari asal usulnya ke Yahudi Domnah yakni kelompok Yahudi yang berpura-pura mengaku Islam namun mereka bertujuan untuk menghancurkan umat Islam. Kelompok ini sebagian besar berada di wilayah Asia Kecil.

(2), (3) , ( 4 )

Sebagian penulis Barat menyebutkan, Kemal Atatürk adalah anggota Freemasonry, organisasi rahasia Yahudi yang didirikan di London, 1717. Hanya saja Maryam Jameel dalam Islam dan Modernis menyebut hal yang lain. Menurutnya, Kemal Atatürk tidak menyembunyikan dirinya sebagai seorang ateis.

Mustafa adalah anak pertama dari pasangan Ali Riza Efendi dan Zubaidah Hanim. Ayahnya, berprofesi sebagai pegawai kecil bea cukai dan pedagang kayu. Selain itu ia adalah seorang sukarelawan di barisan tentara kerajaan yang terkena wajib militer dan diberlakukan baginya pada tahun 1876 di Salanik. ( )

Ini Dia Tokoh yang Ubah Hagia Sophia dari Masjid Menjadi Museum

Sang ayah, menurut Maryam Jameela, adalah pecandu alkohol. Ia meninggal dunia pada saat Mustafa Kemal masih berusia tujuh tahun kemudian ia pun dibesarkan oleh ibunya, Zubaidah. Sang bunda adalah seorang yang taat beragama dan selalu memakai purdah.

Sang Bunda membawa Mustafa menuju kawasan pertanian di ujung Lankah. Di kawasan pertanian ini, Mustafa Kemal diasuh oleh pamannya yaitu Husain Agha, seorang penanggung jawab ladang pertanian.



Dhabith Tarki Sabiq dalam Kamal Attaturk: Pengusung Sekularisme dan Penghancur Khilafah Islamiyah menyebut di tempat inilah Mustafa Kemal menghabiskan masa-masa kecilnya, bahkan pamannya memberikan sebuah pekerjaan untuknya di ladang, yaitu menjaga sawah dari gangguan burung.

Sang Bunda sangat menginginkan kelak anaknya itu menjadi seorang sarjana yang taat dan patuh terhadap agamanya.

Sekolah Militer
Pada mulanya atas desakan ibunya Mustafa masuk ke Madrasah. Ibunya berkeinginan keras memasukkan anaknya ke dalam sekolah kuttub Mahallah, sekolah agama. Ibunya juga menginginkan anaknya untuk melanjutkan ke tingkat Madrasah Syamsi Afandi, pada masa itu dianggap sebagai sekolah modern, seperti yang diinginkan oleh ayahnya semasa hidupnya.


Tetapi di sana ia merasa tidak senang, bahkan sampai melawan gurunya sendiri. Ia juga begitu angkuh memandang teman-teman sekolahnya. Ia tidak ingin ikut bermain bersama mereka jika tidak pintar atau tidak menonjol kemampuannya.

Ia lebih suka bermain sendiri, namun di saat seperti ini, gurunya dengan sangat marah menegurnya dengan memukul dengan keras. Karena merasa harga dirinya terhinakan, ia merasa tersinggung dan ia lari lalu ia tidak ingin kembali lagi ke sekolah itu.50



Menurut Maryam Jameela, orang tua dan bibinya kemudian memindahkan Mustafa Kemal ke sekolah dasar modern di Salonika pada tahun 1893 untuk menyelesaikan pendidikan kemiliterannya. Ia pun masuk ke dalam sekolah kerajaan dan ia sangat senang di sekolah tersebut, karena merupakan bakat dan cita-citanya.

Karena ketertarikannya terhadap militer, iapun berusaha masuk ke sekolah Menengah Militer atas usahanya sendiri. Adapun sekolah militer yang ia tempuh adalah sekolah yang bernama sekolah Militer Rusydiah.



Mukti Ali dalam Islam dan Sekularisme di Turki Modern menambahkan Mustafa tertarik menjadi tentara karena pada suatu hari ia menyaksikan tentara dan perwira yang berpakaian dan berbaris di dekat rumahnya, sehingga ia berhasil masuk ke sekolah militer, yang sebenarnya itu semua bertentangan dengan keinginan ibunya.

Di sekolah militer Rusydiah, Musthafa dipanggil dengan nama Mustafa Kemal. Perubahan ini terjadi ketika guru matematikanya yang bernama Kamal Afandi, menambahkan namanya dengan Kamal karena sama-sama memiliki kecerdasan seperti gurunya itu. Kemal sendiri diartikan sebagai sempurna.

Sejak saat itulah nama Mustafa bertambah menjadi Mustafa Kemal.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2055 seconds (0.1#10.140)