Salamah ibn Dinar: Nasehat dan Ilmu Itu Mesti Didatangi
Minggu, 23 Agustus 2020 - 10:24 WIB
PADA suatu ketika Salamah ibn Dinar atau Abu Hazim berangkat bersama pasukan muslimin menuju negeri Romawi mengharapkan jihad fisabilillah bersama para mujahid. Tatkala pasukan telah sampai di akhir perjalanan, maka ia memilih untuk beristirahat sebelum menghadapi musuh dan masuk ke medan pertempuran. (
Di tengah-tengah pasukan ada seorang amir (pemimpin) dari umara Bani Umayyah, kemudian ia mengirim seorang utusan kepada Abu Hazim dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya pemimpin kita mengundangmu untuk menemuinya agar kamu menceramahinya dan memahamkannya (tentang agama).”
Dr Abdurrahman Ra’at Basya dalam Mereka adalah Para Tabi’in menceritakan Salamah Dinar kemudian menulis surat yang ditujukan kepada amir tersebut yang berbunyi, “Wahai amir, sungguh aku telah menjumpai ahlul ilmi sedangkan mereka tidak membawa agama ini kepada ahli dunia. Dan aku tidak berprasangka anda ingin agar aku menjadi orang yang pertama kali melakukan hal tersebut. Apabila engkau punya hajat kepada kami, maka datangilah kami, dan semoga keselamatan tercurahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu.” (
Ketika amir (selesai) membaca suratnya, ia lantas pergi menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya serta mendoakannya. Ia berkata, “Wahai Abu Hazim, sungguh kami telah membaca apa yang kamu tulis untuk kami, sehingga bertambahlah kemuliaanmu dan ‘izzahmu di sisi kami. Berilah peringatan kepada kami dan nasehatilah kami, semoga kamu diberi balasan atas kami dengan sebaik-baik balasan.” ( )
Maka mulailah Abu Hazim menasehati dan mengingatkannya. Dan di antara apa ia katakan kepadanya (yaitu) “Lihatlah kepada apa yang engkau sukai untuk bisa menemanimu di akhirat, maka bersungguh-sungguhlah agar engkau mendapatkannya di dunia…”
“Lihatlah kepada apa yang engkau benci untuk menjadi temanmu di akhirat, maka zuhudlah terhadapnya ketika engkau di dunia…”( )
“Ketahuilah wahai amir,” lanjutnya. “Sesungguhnya apabila kebatilan telah dibuat menarik dan menjadi laku (laris) di sisimu, niscaya ahli kebathilan dan orang-orang munafik akan menemuimu dan berkumpul di sekitarmu. Dan apabila al-haq telah dibuat menarik dan ia menjadi laku (laris) di sisimu, niscaya ahlul khair akan berkumpul di sekelilingmu, dan mereka akan menolongmu untuk memenangkannya. Maka pilihlah apa yang kau sukai untuk dirimu.”
Tatkala kematian menjemput Abu Hazim al-A’raj, para sahabatnya berkata kepadanya, “Bagaimana keadaanmu wahai Abu Hazim?” (
Ia menjawab, “Andaikan kita selamat dari keburukan apa yang kita dapatkan dari dunia, maka tidaklah akan membahayakan kita sesuatu yang kita dihindarkan darinya.” kemudian beliau membaca sebuah ayat yang mulia, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Surat Maryam: 96)…ia terus saja mengulang-ulangi ayat tersebut hingga ajal menjemputnya. ( )
Di tengah-tengah pasukan ada seorang amir (pemimpin) dari umara Bani Umayyah, kemudian ia mengirim seorang utusan kepada Abu Hazim dan berkata kepadanya, “Sesungguhnya pemimpin kita mengundangmu untuk menemuinya agar kamu menceramahinya dan memahamkannya (tentang agama).”
Dr Abdurrahman Ra’at Basya dalam Mereka adalah Para Tabi’in menceritakan Salamah Dinar kemudian menulis surat yang ditujukan kepada amir tersebut yang berbunyi, “Wahai amir, sungguh aku telah menjumpai ahlul ilmi sedangkan mereka tidak membawa agama ini kepada ahli dunia. Dan aku tidak berprasangka anda ingin agar aku menjadi orang yang pertama kali melakukan hal tersebut. Apabila engkau punya hajat kepada kami, maka datangilah kami, dan semoga keselamatan tercurahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu.” (
Ketika amir (selesai) membaca suratnya, ia lantas pergi menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya serta mendoakannya. Ia berkata, “Wahai Abu Hazim, sungguh kami telah membaca apa yang kamu tulis untuk kami, sehingga bertambahlah kemuliaanmu dan ‘izzahmu di sisi kami. Berilah peringatan kepada kami dan nasehatilah kami, semoga kamu diberi balasan atas kami dengan sebaik-baik balasan.” ( )
Maka mulailah Abu Hazim menasehati dan mengingatkannya. Dan di antara apa ia katakan kepadanya (yaitu) “Lihatlah kepada apa yang engkau sukai untuk bisa menemanimu di akhirat, maka bersungguh-sungguhlah agar engkau mendapatkannya di dunia…”
“Lihatlah kepada apa yang engkau benci untuk menjadi temanmu di akhirat, maka zuhudlah terhadapnya ketika engkau di dunia…”( )
“Ketahuilah wahai amir,” lanjutnya. “Sesungguhnya apabila kebatilan telah dibuat menarik dan menjadi laku (laris) di sisimu, niscaya ahli kebathilan dan orang-orang munafik akan menemuimu dan berkumpul di sekitarmu. Dan apabila al-haq telah dibuat menarik dan ia menjadi laku (laris) di sisimu, niscaya ahlul khair akan berkumpul di sekelilingmu, dan mereka akan menolongmu untuk memenangkannya. Maka pilihlah apa yang kau sukai untuk dirimu.”
Tatkala kematian menjemput Abu Hazim al-A’raj, para sahabatnya berkata kepadanya, “Bagaimana keadaanmu wahai Abu Hazim?” (
Ia menjawab, “Andaikan kita selamat dari keburukan apa yang kita dapatkan dari dunia, maka tidaklah akan membahayakan kita sesuatu yang kita dihindarkan darinya.” kemudian beliau membaca sebuah ayat yang mulia, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Surat Maryam: 96)…ia terus saja mengulang-ulangi ayat tersebut hingga ajal menjemputnya. ( )
(mhy)