Sifat dan Potensi Manusia Menurut Al-Qur'an: 3 Anugerah, Salah Satunya Pengalaman Hidup di Surga
Kamis, 26 September 2024 - 09:54 WIB
Prof Dr M Quraish Shihab mengatakan yang banyak dibicarakan oleh Al-Quran tentang manusia adalah sifat-sifat dan potensinya. Dalam hal ini, ditemukan sekian ayat yang memuji dan memuliakan manusia, seperti pernyataan tentang terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya ( QS Al-Tin [95] : 5), dan penegasan tentang
dimuliakannya makhluk ini dibanding dengan kebanyakan makhluk-makhluk Allah yang lain ( QS Al-Isra' [17] : 70).
Akan tetapi, di samping itu sering pula manusia mendapat celaan Tuhan karena ia amat aniaya dan mengingkari nikmat ( QS Ibrahlm [14] : 34), sangat banyak membantah ( QS Al-Kahf [18] : 54), dan bersifat keluh kesah lagi kikir ( QS Al-Ma'arij [70] : l9), dan masih banyak lagi lainnya.
"Ini bukan berarti bahwa ayat-ayat Al-Quran bertentangan satu dengan lainnya, akan tetapi ayat-ayat tersebut menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang harus dihindarinya," tulis Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007).
Di samping menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai potensi (kesediaan) untuk menempati tempat tertinggi sehingga ia terpuji, atau berada di tempat yang rendah sehingga ia tercela.
Seperti dikemukakan di atas, kata Quraish, Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan setelah sempurna kejadiannya dihembuskanlah kepadanya Roh Ilahi ( QS Shad [38] : 71-72) .
Dari sini jelas bahwa manusia merupakan kesatuan dua unsur pokok, yang tidak dapat dipisahkan karena bila dipisahkan maka ia bukan manusia lagi. Sebagaimana halnya air yang merupakan perpaduan antara oksigen dan hidrogen dalam kadar-kadar tertentu. Bila kadar oksigen dan hidrogennya dipisahkan, maka ia tidak akan menjadi air lagi.
Potensi manusia dijelaskan oleh Al-Quran antara lain melalui kisah Adam dan Hawa ( QS Al-Baqarah [2] : 30-39).
Dalam ayat itu dijelaskan bahwa sebelum kejadian Adam, Allah telah merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan di bumi. Untuk maksud tersebut di samping tanah (jasmani) dan Roh Ilahi (akal dan ruhani), makhluk ini dianugerahi pula:
a. Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam.
Quraish menjelaskan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk yang berkemampuan untuk menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan, serta melaksanakannya.
Potensi ini adalah bukti yang membungkamkan malaikat, yang tadinya merasa wajar untuk dijadikan khalifah di bumi, dan karenanya mereka bersedia sujud kepada Adam.
b. Pengalaman hidup di surga, baik yang berkaitandengan kecukupan dan kenikmatannya, maupun rayuan Iblis dan akibat buruknya.
Menurut Quraish, pengalaman di surga adalah arah yang harus dituju dalam membangun dunia ini, kecukupan sandang, pangan, dan papan, serta rasa aman terpenuhi ( QS Thaha [20] : 116-ll9), sekaligus arah terakhir bagi kehidupannya di akhirat kelak.
Sedangkan godaan Iblis, dengan akibat yang sangat fatal itu, adalah pengalaman yang amat berharga dalam menghadapi rayuan Iblis di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan yang belum masuk, yang sudah masuk ke surga pun, bila mengikuti rayuannya akan terusir.
c. Petunjuk-petunjuk keagamaan.
Menurut Quraish, masih banyak ayat-ayat lain yang dapat dikemukakan tentang sifat dan potensi manusia serta arah yang harus ia tuju.
dimuliakannya makhluk ini dibanding dengan kebanyakan makhluk-makhluk Allah yang lain ( QS Al-Isra' [17] : 70).
Akan tetapi, di samping itu sering pula manusia mendapat celaan Tuhan karena ia amat aniaya dan mengingkari nikmat ( QS Ibrahlm [14] : 34), sangat banyak membantah ( QS Al-Kahf [18] : 54), dan bersifat keluh kesah lagi kikir ( QS Al-Ma'arij [70] : l9), dan masih banyak lagi lainnya.
"Ini bukan berarti bahwa ayat-ayat Al-Quran bertentangan satu dengan lainnya, akan tetapi ayat-ayat tersebut menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang harus dihindarinya," tulis Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" (Mizan, 2007).
Di samping menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai potensi (kesediaan) untuk menempati tempat tertinggi sehingga ia terpuji, atau berada di tempat yang rendah sehingga ia tercela.
Seperti dikemukakan di atas, kata Quraish, Al-Quran menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan setelah sempurna kejadiannya dihembuskanlah kepadanya Roh Ilahi ( QS Shad [38] : 71-72) .
Dari sini jelas bahwa manusia merupakan kesatuan dua unsur pokok, yang tidak dapat dipisahkan karena bila dipisahkan maka ia bukan manusia lagi. Sebagaimana halnya air yang merupakan perpaduan antara oksigen dan hidrogen dalam kadar-kadar tertentu. Bila kadar oksigen dan hidrogennya dipisahkan, maka ia tidak akan menjadi air lagi.
Potensi manusia dijelaskan oleh Al-Quran antara lain melalui kisah Adam dan Hawa ( QS Al-Baqarah [2] : 30-39).
Dalam ayat itu dijelaskan bahwa sebelum kejadian Adam, Allah telah merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan di bumi. Untuk maksud tersebut di samping tanah (jasmani) dan Roh Ilahi (akal dan ruhani), makhluk ini dianugerahi pula:
a. Potensi untuk mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam.
Quraish menjelaskan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk yang berkemampuan untuk menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan, serta melaksanakannya.
Potensi ini adalah bukti yang membungkamkan malaikat, yang tadinya merasa wajar untuk dijadikan khalifah di bumi, dan karenanya mereka bersedia sujud kepada Adam.
b. Pengalaman hidup di surga, baik yang berkaitandengan kecukupan dan kenikmatannya, maupun rayuan Iblis dan akibat buruknya.
Menurut Quraish, pengalaman di surga adalah arah yang harus dituju dalam membangun dunia ini, kecukupan sandang, pangan, dan papan, serta rasa aman terpenuhi ( QS Thaha [20] : 116-ll9), sekaligus arah terakhir bagi kehidupannya di akhirat kelak.
Sedangkan godaan Iblis, dengan akibat yang sangat fatal itu, adalah pengalaman yang amat berharga dalam menghadapi rayuan Iblis di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan yang belum masuk, yang sudah masuk ke surga pun, bila mengikuti rayuannya akan terusir.
c. Petunjuk-petunjuk keagamaan.
Menurut Quraish, masih banyak ayat-ayat lain yang dapat dikemukakan tentang sifat dan potensi manusia serta arah yang harus ia tuju.