Peranan Orang Persia dalam Daulah Abbasiyah: Dihabisi di Era Khalifah Al-Muktasim

Jum'at, 25 Oktober 2024 - 13:00 WIB
Pada masa Daulah Umayyah I berkuasa, orang-orang Persia dianaktirikan baik secara politik, ekonomi maupun sosial. Ilustrasi: AI
Pada masa Daulah Umayyah I berkuasa, orang-orang Persia dianaktirikan baik secara politik, ekonomi maupun sosial. Itu sebabnya, sebagai bangsa yang sudah pernah mencapai kemajuan dan kebudayaan yang tinggi mereka tidak dapat menerima perlakuan tersebut.

Oleh sebab itu mereka berpihak kepada Bani Abbas di saat Bani Abbas ingin menumbangkan Daulah Umayyah.

Setelah Daulah Umayyah tumbang dan Bani Abbasiyah berdiri, maka Bani Abbas menjadikan orang Persia sebagai tulang punggung pemerintahan yang baru mereka dirikan dengan memberikan jabatan-jabatan penting kepada orang-orang Persia.

Hubungan kekeluargaan itu dimulai dari istri Khalifah Abu Abbas al-Syafah memelihara anak perempuan Khalid bin Barmaki, kemudian sebaliknya anak Khalifah dipelihara oleh istri Khalid ibn Barmaki.

Maka terjalinlah hubungan kekeluargaan yang erat di antara mereka.



Oleh sebab itu, kehadiran orang-orang Persia dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah sudah terjalin sebelum berdirinya pemerintahan daulah ini.

Peran orang Persia dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah dimulai sejak masa pemerintahan Khalifah Abu Abbas al-Syafah karena Khalid ibn Barmaki dipercaya menduduki jabatan menteri keuangan oleh khalifah al-Syafah, kemudian sehabis itu diangkat menjadi gubernur di Tabaristan.

Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah al-Mansur peranan orang-orang Persia semakin meningkat. Khalifah al-Mansur mengangkat Khalid bin Barmaki menjadi wazir (perdana menteri) yang kedudukannya sebagai orang kedua di bawah Khalifah.

Tampaknya kecakapan yang dimiliki oleh keluarga Persia tersebut menyebabkan mereka dipercaya khalifah-khalifah untuk menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan.

Kemudian ketika al-Mahdi anak al-Mansur menduduki jabatan khalifah menggantikan ayahnya, maka diapun mempercayakan wazirnya kepada anak Khalid ibn Barmaki, yaitu Yahya ibn Khalid, selain itu dia pun kawin dengan orang Persia yang kelak menjadi ibu Harun al-Rasyid.

Syed Mahmudunnasir dalam bukunya berjudul "Islam Konsepsi dan Sejarahnya" (Bandung: Rosda Bandung, 1988) menyebut andil orang-orang Persia semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Harun alRasyid dan al-Makmun.



Pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid, dia telah benar-benar memberikan peranan yang penting kepada orang-orang Persia.

Selain dia mengangkat Yahya dalam jabatan wazir juga kemudian digantikan oleh Ja’far ibn Khalid, bahkan semua jabatan tinggi negara baik sipil maupun militer telah diduduki oleh orang-orang pilihan dari keluarga Persia, juga mereka diberikan wewenang penuh untuk mengatur pajak dalam pemerintahan.

Selain itu, sumbangan bangsa Persia dalam memajukan pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah mempersembahkan istana-istana yang mereka bangun di Baghdad timur karena mereka telah menjadi hartawan yang kaya.

Ada satu istana yang di bangun oleh wazir Ja’far yang diberi nama “istana Ja’farin” yang disumbangkannya kepada Khalifah Harun al-Rasyid dalam kedudukannnya sebagai khalifah.

Andil mereka yang lain dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah kedermawanan mereka yang memberikan hadiah-hadiah kepada para penyair, ahli ilmu, sehingga ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Mereka juga pandai mengatur administrasi negara, sehingga pemerintahan Daulah Abbasiyah menjadi kaya raya karena pendapatan negara meningkat yang membuat kehidupan rakyat menjadi makmur.



Akibat dari kemampuan dan ketangguhan mereka dalam mengendalikan pemerintahan Daulah Abbasiyah membuat nama mereka terkenal di mana-mana yang membuat mereka menjadi pujaan dan buah tutur atau buah bibir masyarakat.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?  Para sahabat menjawab: Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.

(HR. Muslim No. 4678)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More