Surat Ar-Rum Ayat 21 dan Keberkahan Pernikahan

Senin, 09 Desember 2024 - 13:41 WIB
Dalam Surat Ar-Rum ayat 21 tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan tanda kekuasaan-Nya, Dia telah menjadikan pasangan suami, yaitu istri yang menemani dalam suka maupun duka.. Foto ilustrasi/ist
Dalam Ikatan kasih sayang antara suami dan istri adalah sunnahtullah (sesuatu yang diberikan Allah secara nuraniyah). Ikatan cinta ini ditegaskan Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an.

Pada Surat Ar-Rum ayat 21 Allah berfirman :

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ


“Dan termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri agar kalian merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kalian rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Rum: 21)

Memang begitulah, membentuk rumah tangga yang bahagia adalah tujuan dan angan-angan setiap insan. Berapa banyak rumah yang sempit, tetapi terasa luas lagi membahagiakan. Sebaliknya, berapa banyak pula rumah yang luas, tetapi terasa sempit dan menyesakkan, bahkan berujung dengan perceraian penghuninya.

Dalam Surat Ar-Rum ayat 21 tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan tanda kekuasaan-Nya. Dia telah menjadikan pasangan suami, yaitu istri yang menemani dalam suka maupun duka.

Dengan seorang istri, hati suami merasa tenang dan tenteram, dan Dia munculkan al-mawaddah (kasih) dan ar-rahmah (sayang) di antara mereka. Al-mawaddah (kasih) dan ar-rahmah (sayang) adalah perkara batin yang bisa disaksikan oleh hati dan menjadi renungan bagi orang yang berpikir.

Dalam Islam, fondasi yang paling penting untuk membentuk keluarga sakinah yang mawaddah dan rahmah adalah ilmu syar’i. Dengan ilmu syar'i suami dan istri terbimbing dan mengetahui kewajiban masing-masing terhadap pasangannya.

Artinya, terikatnya jalinan cinta dua orang insan dalam sebuah pernikahan adalah perkara yang sangat diperhatikan dalam syariat Islam yang mulia ini.

Karena itulah, merupakan salah satu kemuliaan syariat Islam bahwa orang yang hendak menikah diperintahkan untuk berhati-hati, teliti dan penuh pertimbangan dalam memilih pasangan hidup.

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يَنَظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ


“Sesungguhnya Allah subhanahu wa Ta'ala tidak melihat ketampanan dan harta kalian, tetapi melihat hati dan amalan kalian.”

(HR. al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dan HR. Muslim dalam Shahihnya).

Hadis tersebut menegaskan bahwa amalan syariat Islam lebih utama daripada ketika suami istri lebih fokus berhias untuk dunia. Ini agar dalam rumah tangga tercipta sakinah, mawadah, wa rahmah.

Maka dari itu jika ada kerabat atau teman kita sesama muslim menikah, maka kita dianjurkan untuk mendoakannya. Kita mendoakan keberkahan kepada pengantin sebagaimana yang diajarkan Rosululloh seperti berikut:

ﺑَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻚَ ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻭَﺟَﻤَﻊَ ﺑَﻴْنكمَُا ﻓِﻲْ ﺧَﻴْﺮٍ


“Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan atasmu serta mengumpulkan kamu berdua (pengantin laki-laki dan perempuan) dalam kebaikan.” (Shahih At- Tirmidzi).



Wallahu A'lam
(wid)
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?  Para sahabat menjawab: Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.  Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka.

(HR. Muslim No. 4678)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More