Waspada Ghibah Model Ini! Tanpa Disadari Kita Sering Melakukannya
Rabu, 09 September 2020 - 13:40 WIB
(Baca juga : Gegara Covid-19, Menkeu Akui Jumlah Orang Miskin Bakal Membeludak )
3. Menyebutkan kekurangan dengan niatan untuk mengangkat martabat dan merendahkan kedudukan orang yang dia ghibahi.
Seperti perkataan seorang, “Dari kelas satu SMA sampai kelas tiga, rapornya selalu merah. Kalau saya alhamdulillah, walaupun nggak pernah rangking satu, tapi masuk tiga besar terus.” Padahal ada maksud terselubung dari ucapan itu. Yaitu untuk mengangkat martabatnya dan menghinakan kedudukan orang lain. Orang yang seperti ini sudah jatuh tertimpa tangga pula; dia sudah melakukan ghibah, disamping itu, dia juga berbuat riya’.
4. Mengumpat karena dorongan hasad
Setiap kali ada orang yang menyebutkan kebaikan saudaranya, diapun berusaha untuk menjatuhkannya dengan menyebutkan kekurangan-kekurannya. Orang seperti ini telah terjurumus ke dalam dua dosa besar sekaligus; dosa ghibah dan dosa hasad.
5. Menyebutkan kekurangan orang lain, untuk dijadikan bahan candaan
Dia sebutkan aib-aib saudaranya, supaya orang-orang tertawa. Dan lebih parah lagi, bila yang dijadikan bahan candaan adalah kekurangan guru atau ustadznya.
(Baca juga : Polisi Selidiki Paguyuban yang Ubah Lambang Negara dan Cetak Uang Sendiri )
6. Terkadang ghibah juga muncul dalam bentuk ucapan keheranan
Sebenarnya ada terselebung motif menjatuhkan kedudukan orang lain. Semisal ucapan,”saya heran sama dia.. dari tadi dijelaskan oleh ustadznya tapi tidak faham-faham.” atau ucapan lainnya yang semisal.
7. Mengumpat dengan ungkapan yang seakan-akan mengesankan rasa kasihan
Orang yang mendengarnya menyangka bahwa dia sedang merasa kasihan dengan orang yang ia maksudkan. Padahal sejatinya dia sedang mengumpat saudaranya. Seperti ucapan,” Saya kasihan sama dia. Sudah miskin, tapi tidak mau ikut gotong royong. Kalau ada pengajian juga nda’ pernah datang.. dan seterusnya”
8. Mengumpat saat sedang mengingkari suatu maksiat
Seperti perkataan seorang ketika melihat anak-anak muda yang sedang main gitar di poskamling, “Kalian ini masih muda. Gunakanlah waktu kalian untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif. Supaya masa depan kalian lebih cerah, dan kalian bisa memetik buah manisnya nanti di masa tua. Jangan seperti anaknya pak lurah itu, kerjaannya hanya main kartu, gitaran, minum-minuman….” atau ucapan yang semisal.
(Baca juga : Demokrat Nilai Penundaan Proyek IKN Keputusan Bijak )
Demikianlah beberapa praktek ghibah yang sering terjadi dan tidak disadari. Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan kita dari dosa tersebut. Aamiin.
Wallahu A'lam
3. Menyebutkan kekurangan dengan niatan untuk mengangkat martabat dan merendahkan kedudukan orang yang dia ghibahi.
Seperti perkataan seorang, “Dari kelas satu SMA sampai kelas tiga, rapornya selalu merah. Kalau saya alhamdulillah, walaupun nggak pernah rangking satu, tapi masuk tiga besar terus.” Padahal ada maksud terselubung dari ucapan itu. Yaitu untuk mengangkat martabatnya dan menghinakan kedudukan orang lain. Orang yang seperti ini sudah jatuh tertimpa tangga pula; dia sudah melakukan ghibah, disamping itu, dia juga berbuat riya’.
4. Mengumpat karena dorongan hasad
Setiap kali ada orang yang menyebutkan kebaikan saudaranya, diapun berusaha untuk menjatuhkannya dengan menyebutkan kekurangan-kekurannya. Orang seperti ini telah terjurumus ke dalam dua dosa besar sekaligus; dosa ghibah dan dosa hasad.
5. Menyebutkan kekurangan orang lain, untuk dijadikan bahan candaan
Dia sebutkan aib-aib saudaranya, supaya orang-orang tertawa. Dan lebih parah lagi, bila yang dijadikan bahan candaan adalah kekurangan guru atau ustadznya.
(Baca juga : Polisi Selidiki Paguyuban yang Ubah Lambang Negara dan Cetak Uang Sendiri )
6. Terkadang ghibah juga muncul dalam bentuk ucapan keheranan
Sebenarnya ada terselebung motif menjatuhkan kedudukan orang lain. Semisal ucapan,”saya heran sama dia.. dari tadi dijelaskan oleh ustadznya tapi tidak faham-faham.” atau ucapan lainnya yang semisal.
7. Mengumpat dengan ungkapan yang seakan-akan mengesankan rasa kasihan
Orang yang mendengarnya menyangka bahwa dia sedang merasa kasihan dengan orang yang ia maksudkan. Padahal sejatinya dia sedang mengumpat saudaranya. Seperti ucapan,” Saya kasihan sama dia. Sudah miskin, tapi tidak mau ikut gotong royong. Kalau ada pengajian juga nda’ pernah datang.. dan seterusnya”
8. Mengumpat saat sedang mengingkari suatu maksiat
Seperti perkataan seorang ketika melihat anak-anak muda yang sedang main gitar di poskamling, “Kalian ini masih muda. Gunakanlah waktu kalian untuk hal-hal yang bermanfaat dan produktif. Supaya masa depan kalian lebih cerah, dan kalian bisa memetik buah manisnya nanti di masa tua. Jangan seperti anaknya pak lurah itu, kerjaannya hanya main kartu, gitaran, minum-minuman….” atau ucapan yang semisal.
(Baca juga : Demokrat Nilai Penundaan Proyek IKN Keputusan Bijak )
Demikianlah beberapa praktek ghibah yang sering terjadi dan tidak disadari. Semoga Allah ‘azza wa jalla menyelamatkan kita dari dosa tersebut. Aamiin.
Wallahu A'lam
(wid)
Lihat Juga :