Ummu Habibah,Perempuan Mukminah yang Setia kepada Diennya
Senin, 02 November 2020 - 08:08 WIB
Sedangkan Ummu Habibah bersama rombongan yang datang. Maka bertemulah Rasululah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengannya pada tahun keenam atau ketujuh hijriyah. Kala itu Ummu Habibah berumur 40 tahun dan jadilah beliau Ummul Mukminin.
Ummu Habibah menempatkan urusan dien pada tempat yang pertama.Beliau utamakan akidahnya daripada keluarga. Ikrar loyalitas hanyalah untuk Allah dan Rasul-Nya bukan lainnya. Dibuktikan sikap beliau terhadap ayahnya, Abu Sufyan. Suatu ketika sang ayah masuk ke rumahnya di Madinah. Datang untuk meminta bantuan agar menjadi perantara antara dirinya dengan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam memperbaharui perjanjian Hudaibiyah yang telah dikhianati sendiri oleh orang-orang musyrik. Abu Sufyan ingin duduk di atas tikar Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, namun tiba-tiba dilipat oleh Umm Habibah, maka Abu Sufyan bertanya dengan penuh keheranan:
(Baca juga : Awal Pekan Pascalibur Panjang, KRL Commuter Line Padat )
“Wahai putriku aku tidak tahu mengapa engkau melarangku duduk di tikar itu, apakah engkau melarang aku duduk di atasnya?”. Beliau menjawab dengan keberanian dan ketenangan tanpa ada rasa takut terhadap kekuasaan dan kemarahan ayahnya: “Ini adalah tikar Rasulullah sedangkan engkau adalah orang musyrik yang najis, aku tidak ingin engkau duduk di atas tikar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam“.
Abu Sufyan berkata: “Demi Allah engkau akan menemui hal buruk sepeningalku nanti”.
Namun Ummu Habibah menjawab dengan penuh wibawa dan percaya diri: “Bahkan semoga Allah memberi hidayah kepadaku dan juga kepada anda wahai ayah, pimpinan Quraisy, apa yang menghalangi anda masuk Islam? Sedangkan engkau menyembah batu yang tidak dapat melihat maupun mendengar!” Maka Abu Sufyan pergi dengan marah dan membawa kegagalan.
(Baca juga : Demo Hari Ini di Kedubes Prancis, Tiga Ruas Jalan Akan Ditutup )
Setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau tidak keluar rumahnya kecuali untuk salat. Juga tidak meninggalkan Madinah kecuali untuk haji hingga wafatnya. Ummu Habibah wafat ketika berumur tujuh puluhan tahun setelah memberikan keteladanan yang paling tinggi dalam menjaga kewibawaan diennya dan bersemangat atasnya. Tinggi dan mulia jauh dari pengaruh jahiliyah juga tidak menghiraukan nasab manakala bertentangan dengan akidahnya, semoga Allah meridhainya.
Wallahu A'lam
Ummu Habibah menempatkan urusan dien pada tempat yang pertama.Beliau utamakan akidahnya daripada keluarga. Ikrar loyalitas hanyalah untuk Allah dan Rasul-Nya bukan lainnya. Dibuktikan sikap beliau terhadap ayahnya, Abu Sufyan. Suatu ketika sang ayah masuk ke rumahnya di Madinah. Datang untuk meminta bantuan agar menjadi perantara antara dirinya dengan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam memperbaharui perjanjian Hudaibiyah yang telah dikhianati sendiri oleh orang-orang musyrik. Abu Sufyan ingin duduk di atas tikar Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, namun tiba-tiba dilipat oleh Umm Habibah, maka Abu Sufyan bertanya dengan penuh keheranan:
(Baca juga : Awal Pekan Pascalibur Panjang, KRL Commuter Line Padat )
“Wahai putriku aku tidak tahu mengapa engkau melarangku duduk di tikar itu, apakah engkau melarang aku duduk di atasnya?”. Beliau menjawab dengan keberanian dan ketenangan tanpa ada rasa takut terhadap kekuasaan dan kemarahan ayahnya: “Ini adalah tikar Rasulullah sedangkan engkau adalah orang musyrik yang najis, aku tidak ingin engkau duduk di atas tikar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam“.
Abu Sufyan berkata: “Demi Allah engkau akan menemui hal buruk sepeningalku nanti”.
Namun Ummu Habibah menjawab dengan penuh wibawa dan percaya diri: “Bahkan semoga Allah memberi hidayah kepadaku dan juga kepada anda wahai ayah, pimpinan Quraisy, apa yang menghalangi anda masuk Islam? Sedangkan engkau menyembah batu yang tidak dapat melihat maupun mendengar!” Maka Abu Sufyan pergi dengan marah dan membawa kegagalan.
(Baca juga : Demo Hari Ini di Kedubes Prancis, Tiga Ruas Jalan Akan Ditutup )
Setelah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau tidak keluar rumahnya kecuali untuk salat. Juga tidak meninggalkan Madinah kecuali untuk haji hingga wafatnya. Ummu Habibah wafat ketika berumur tujuh puluhan tahun setelah memberikan keteladanan yang paling tinggi dalam menjaga kewibawaan diennya dan bersemangat atasnya. Tinggi dan mulia jauh dari pengaruh jahiliyah juga tidak menghiraukan nasab manakala bertentangan dengan akidahnya, semoga Allah meridhainya.
Wallahu A'lam
(wid)
Lihat Juga :