Gara-gara Harta Kekayaan, Khalifah Umar bin Khattab Menangis

Selasa, 03 November 2020 - 13:58 WIB
Barang-barang rampasan perang itu diletakkan di ruangan Masjid dengan dijaga oleh Abdur-Rahman bin Auf dan Abdullah bin Arqam. Keesokan harinya selesai Umar mengimami salat subuh dan matahari sudah mulai terbit ia meminta barang-barang rampasan perang itu diperlihatkan. Tetapi setelah melihat segala macam permata yakut, zamrud, berlian, emas dan perak, ia menangis: "Apa yang membuat Anda menangis, Amirulmukminin?" tanya Abdur-Rahman bin Auf. "Sungguh semua ini harus kita syukuri."

"Bukan ini yang membuat saya menangis," jawab Umar. "Demi Allah, jika Allah memberikan yang semacam ini kepada suatu bangsa, pasti mereka akan saling mendengki, saling membenci. Dan bila suatu bangsa sudah saling mendengki, permusuhan antara mereka akan berlarut-larut."

Di sini kita berhenti sejenak merenungkan kata-kata mutiara ini:

Orang-orang Arab itu tak pernah mengenal suatu hasil usaha yang mudah sebelum memperoleh rampasan perang yang sangat besar itu dari berbagai penjuru. Dalam mencari sesuap nasi, biasanya mereka berusaha menjelajahi bumi ini, dan yang mereka peroleh sesuai dengan kadar usaha masing-masing. ( )

Mereka pergi dalam musim panas dan musim dingin membawa perdagangan ke Yaman dan ke Syam dengan menghadapi berbagai macam kesulitan dan gangguan keamanan selama dalam perjalanan. Mereka mengawal kafilah-kafilah yang berangkat dari barat ke timur membawa segala macam harta kekayaan sekadar menerima upah dengan mempertaruhkan diri untuk menghadapi bahaya perampokan atas kafilah-kafilah itu. Untuk mendapatkan segala keperluan makan minum dan keperluan hidup, mereka harus bekerja keras. Tetapi sekarang rampasan perang yang mereka peroleh sudah begitu melimpah. Kiranya apa jadinya mereka dengan perubahan hidup makmur dari segi perekonomian mereka itu?

Tidak heran jika mereka kelak berakhir dengan mau hidup nyaman dan senang dengan segala kemewahan. Kenyamanan akan menimbulkan kedengkian dan permusuhan karena masing-masing ingin mendapat rezeki yang lebih banyak yang akan dapat menambah kemewahan dan kesenangan hidupnya.

Manusia jika sudah dininabobokkan oleh kenyamanan ia akan menjadi lunak, kalau sudah saling bermusuhan kekuatannya akan hilang. Lalu di mana letak seruan Allah untuk hidup dalam persaudaraan, tolong-menolong dan saling membantu agar menjadi anggota umat yang memberi kekuatan kepada umatnya, menjadi mendukung kebenaran seperti diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, membela dan memperkuatnya.

Karena khawatir akan kenyamanan yang akan membawa umat hidup santai dan saling bermusuhan itulah, maka Umar menangis. Seolah-olah ia sudah melihat dari celah-celah alam gaib apa yang sudah digariskan oleh takdir dalam suratannya bagi umat yang telah membaiatnya dan saling memperkuat itu. Jadi karena jerih payah umat, maka mengalirlah bongkahan-bongkahan emas ke Sahara Semenanjung Arab yang tandus dan gersang itu.

Umar membagi-bagikan rampasan perang yang telah membuatnya menangis itu kepada umat secara terbuka dan atas musyawarah dengan konsensus dari Muslimin. Sebagian penduduk Meainah ada yang mendapat tambahan. Pembagian ini dilakukan seperti ketika membagikan rampasan perang yang pernah dikirimkan Sa’ad selepas Perang Kadisiah.
(mhy)
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta, janganlah kalian saling mendiamkan, janganlah suka mencari-cari isu, saling mendengki, saling membelakangi, serta saling membenci. Tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.

(HR. Bukhari No. 5604)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More