Doa Sa'ad bin Abi Waqqash Bukan untuk Dirinya Sendiri yang Buta
Kamis, 03 Desember 2020 - 06:18 WIB
KISAH berikut dinukil dari Idries Shah dalam bukunya yang berjudul The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul " Jalan Sufi : Reportase Dunia Ma'rifat". (
)
BERDOA UNTUK DIRI SENDIRI
Sa'ad bin Waqqash adalah sahabat Nabi SAW . Di masa-masa terakhirnya ia menjadi buta dan tinggal di Makkah , di mana ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang meminta berkahnya. Ia tidak memberkati siapa pun, kecuali mereka yang menemukan jalannya diperlancar.
Abdullah'bin Sa'ad mengisahkan:
"Aku pergi menemuinya, dan ia baik padaku serta memberkatiku. Karena aku hanya seorang anak yang ingin tahu, aku bertanya kepadanya, 'Doamu untuk orang lain tampaknya selalu dikabulkan. Lantas mengapa Anda tidak berdoa agar kebutaanmu disembuhkan?'
Orang tersebut menjawab, 'Tunduk pada Kehendak Allah jauh lebih baik daripada kesenangan pribadi karena dapat melihat'."
PERASAAN
Sekali waktu, ketika Bisyr menjadi seorang murid Sufi yang masih tergantung sepenuhnya atas kesenangan orang-orang, dia berada di pulau Abadan. Di sana dia bertemu seorang yang malang. Dia sedang menderita penyakit kusta, buta, dan tergeletak di tanah tanpa seorang pun di dekatnya.
Bisyr mendekatinya dan mengangkat kepalanya dari lututnya, berbicara beberapa patah kata atas pemulihan keyakinan dan perikemanusiaan, merasa berduka dan kasihan.
Si penderita kusta kemudian berteriak, "Siapa orang asing yang ke sini, berdiri di antara aku dan Tuhanku? Dengan atau tanpa tubuhku, aku memiliki cinta bagi-Nya."
Bisyr menceritakan panjang lebar bahwa pelajaran ini telah tinggal dengannya sepanjang hari-harinya.
Masyghul berkata, "Cerita ini hanya dapat dimengerti oleh mereka yang menyadari betapa orang yang menderita kusta telah dihalangi Bisyr dari kemanjaan perasaan halusnya sendiri dan merusak dirinya sendiri, melalui perubahan menjadi apakah perikemanusiaan menyebutnya 'orang baik'. 'Baik' adalah apa yang engkau kerjakan dengan sukarela, dan tidak dalam dorongan dari nafsu untuk kesenangan yang dipikirkan oleh orang-orang lain atas nama ummat manusia atau kemanusiaan." (Bisyr ibnu al-Harits)
BERDOA UNTUK DIRI SENDIRI
Sa'ad bin Waqqash adalah sahabat Nabi SAW . Di masa-masa terakhirnya ia menjadi buta dan tinggal di Makkah , di mana ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang meminta berkahnya. Ia tidak memberkati siapa pun, kecuali mereka yang menemukan jalannya diperlancar.
Abdullah'bin Sa'ad mengisahkan:
"Aku pergi menemuinya, dan ia baik padaku serta memberkatiku. Karena aku hanya seorang anak yang ingin tahu, aku bertanya kepadanya, 'Doamu untuk orang lain tampaknya selalu dikabulkan. Lantas mengapa Anda tidak berdoa agar kebutaanmu disembuhkan?'
Orang tersebut menjawab, 'Tunduk pada Kehendak Allah jauh lebih baik daripada kesenangan pribadi karena dapat melihat'."
PERASAAN
Sekali waktu, ketika Bisyr menjadi seorang murid Sufi yang masih tergantung sepenuhnya atas kesenangan orang-orang, dia berada di pulau Abadan. Di sana dia bertemu seorang yang malang. Dia sedang menderita penyakit kusta, buta, dan tergeletak di tanah tanpa seorang pun di dekatnya.
Bisyr mendekatinya dan mengangkat kepalanya dari lututnya, berbicara beberapa patah kata atas pemulihan keyakinan dan perikemanusiaan, merasa berduka dan kasihan.
Si penderita kusta kemudian berteriak, "Siapa orang asing yang ke sini, berdiri di antara aku dan Tuhanku? Dengan atau tanpa tubuhku, aku memiliki cinta bagi-Nya."
Bisyr menceritakan panjang lebar bahwa pelajaran ini telah tinggal dengannya sepanjang hari-harinya.
Masyghul berkata, "Cerita ini hanya dapat dimengerti oleh mereka yang menyadari betapa orang yang menderita kusta telah dihalangi Bisyr dari kemanjaan perasaan halusnya sendiri dan merusak dirinya sendiri, melalui perubahan menjadi apakah perikemanusiaan menyebutnya 'orang baik'. 'Baik' adalah apa yang engkau kerjakan dengan sukarela, dan tidak dalam dorongan dari nafsu untuk kesenangan yang dipikirkan oleh orang-orang lain atas nama ummat manusia atau kemanusiaan." (Bisyr ibnu al-Harits)
(mhy)